07 Oktober 2007

Surat Terbuka Ioanes Rakhmat

COMMENTS:
Ketika saya studi pasca-sarjana di Southern Methodist University (1977- 1980), Dallas, Texas, saya sempat mengambil mata kuliah "Systematic Theology" yang diampuh oleh Prof. Dr. Schubert Ogden (salah satu "pentolan" Process Theology). Saya agak kaget ketika mengetahui bahwa beliau bukanlah "pendeta". Pada suatu kesempatan, ketika habis kuliah, saya membuntuti beliau, untuk sekedar 'ngobrol, untuk akhirnya bertanya: "You're not an ordained minister, are you?" Beliau langsung menjawab (dalam gaya bahasa Inggris Texas): "Nope, mister! I am a theologian proper."Dengan rasa empati yang tulus (maklumlah, hampir 10 tahun pernah menjadi dosen di STT INTIM, Makassar) terhadap rekan tercinta Pdt. Dr. Ioanes Rachmat dalam kasusnya sekarang ini, saya kini lebih memahami pernyataan Prof. Ogden di atas. Prof. Ogden memilih menjadi ilmuwan murni. Dan beliau memilih untuk TIDAK menjadi "pendeta" gerejanya (United Methodist Church in USA), karena memang tidak mau "repot" dengan para pejabat gerejawi sehubungan dengan ajaran/tradisi gerejanya ("take it or leave it, guys!)Memang menjadi persoalan ialah apakah dosen tetap STT/Fak. Teologia kita di Indonesia bisa "non-pendeta", jadi bukan utusan gereja?Best wishes, Gbu all. NR

COMMENTS:
The theologian is a strange creature. He is obliged to talk about God who is unconditionally present to all men [and women] in all times and all places, but he[/she] is him[/her]self only a man [/woman] who is limited in his[/her] capacities and who is conditioned in his[/her] views by his[/her] own tradition and culture. . . . He[/she] will therefore combine his[/her] certainty in God with humility in his[/her] humanity, and thus esteem the truth that is greater than him[/her]self and his[/her] best theology . . . Theology is a gratifying as well as a very humbling science. Only those who are honest about their human frailty can speak for it. This virtue, too, belongs to the formation of the theologian [kutipan dari J. Moltmann, THE EXPERIMENT OF HOPE (Philadelphia, Penn.: Fortress, 1975), p. 2 and 13]. With best wishes, Gbu all. NR

Surat Terbuka Ioanes Rakhmat tgl 20 Agustus 2007
Dear friends, Surat di bawah ini adalah surat pribadi saya yang sudah diterima BPMSW GKI Jabar pada 20 Agustus 2007; dan melalui kantor sinode GKI JB sudah 2 hari yang lalu (agak telat!!) dikirim ke jemaat-jemaat GKI.
Salam Ioanes
---------------------------------------
Kepada yth. Warga GKI dan komunitas Kristen pada umumnya
Dengan hormat, Sebagaimana sudah kita ketahui bersama, tulisan saya di lembaran Bentara Kompas 5 April 2007, yang berjudul Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus, telah menimbulkan banyak reaksi dari kalangan warga gereja. Setelah melewati beberapa percakapan dengan BPMSW GKI Jawa Barat, saya tiba pada kesadaran bahwa adalah tanggungjawab saya untuk mencoba meredakan dan mengatasi pelbagai reaksi itu melalui pengakuan dan pernyataan berikut.
Pertama, saya akui bahwa saya telah bertindak tidak bijaksana ketika mengaitkan paparan temuan makam keluarga Yesus langsung dengan pemahaman iman gereja mengenai kebangkitan Yesus. Atas kejadian ini, saya meminta maaf;
Kedua, saya akui bahwa tulisan saya itu menunjukkan ketidakpekaan saya terhadap penghayatan iman kebanyakan warga gereja yang memahami kebangkitan Yesus sebagai kebangkitan ragawi. Atas kejadian ini, saya meminta maaf;
Ketiga, berdasarkan dua hal di atas, dengan ini saya menyatakan menarik kembali bagian Penutup dari tulisan saya di lembaran Bentara Kompas tersebut di atas; dan bersedia untuk menulis sebuah artikel ilmiah populer yang berisi pertimbangan- pertimbangan kritis saya terhadap penelitian temuan makam keluarga Yesus;
Keempat, saya ingin menegaskan kembali, makam keluarga Yesus di Talpiot sebagai makam keluarga Yesus dari Nazareth adalah sebuah hipotesis;
Kelima, sesuai dengan berita Perjanjian Baru, saya percaya kebangkitan Yesus itu mencakup kebangkitan ragawi natural sekaligus non-ragawi supernatural, berlangsung sebagai kejadian historis sekaligus kejadian trans-historis, dan karena itu merupakan sebuah misteri iman. Demikian pengakuan dan pernyataan saya.
Jakarta, 20 Agustus 2007
ttd
Pdt. Ioanes Rakhmat

1 komentar:

hai hai mengatakan...

Bapak Pdt. (Em) Nazarius Rumpak, D.Min yang terhormat, saya ada menulis sebuah blog mengenai penghakiman membabibuta atas Pdt. Ioanes Rakhmat atas tulisannya "Kontroversi Temuan Makam Yesus," Bila adna berminat untuk membacanya silahkah!
http://www.sabdaspace.org/kontroversi_penghakiman_atas_kontroversi_temuan_makam_keluarga_yesus

Dalam tulisan tersebut,saya mengutip surat terbuka Pdt. DR. Ioanes Rakhmat dari blog anda ini.

salam
hai hai