Johny_Sirait@wvi.org wrote:
> Renungan Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia
Rekan-rekan dalam Kristus, Berikut ini saya share renungan tentang Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia yang dicanangkan PBB beberapa tahun yang lalu karena keprihatinan terhadap kemiskinan global yang tidak pernah teratasi. Kiranya menjadi berkat. Salam saya, Tri
17 Oktober
Lukas 4:18-19 Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia Pada waktu umat manusia memasuki millennium yang ketiga, seperempat penduduk dunia hidup dalam kemiskinan. Betapa sangat relevannya rumusan missi Tuhan Yesus itu yang menjadikan masalah kemiskinan sebagai pusat pelayananNya. Juga sewaktu ke-Mesias-anNya dipertanyakan, maka kepedulian kepada mereka yang miskin, yang sakit dan terlupakan dipakainya sebagai landasan pembenarnya (Lukas 7:18-23). Alkitab tidak memandang kemiskinan sebagai kekurangan secara sosial ekonomis semata-mata. Kuasa kemiskinan akan bekerja sedemikian rupa sampai manusia benar-benar kehilangan martabatnya dan tidak lagi mencerminkan kemuliaan Allah penciptanya. Kemiskinan adalah juga ketidakberdayaan dan ketiadaan harapan akan hari esok. Hidup kekal menjadi terlalu mewah karena hidup hari ini sudah sedemikian mahalnya. Hal itu tercermin dalam aneka ragam kosa kata tentang kemiskinan. Secara implisit, dapat diperkirakan bahwa Alkitab melakukan analisa sosial tentang sebab musabab kemiskinan dan menjelaskan gejala-gejala yang berkaitan dengan kemiskinan itu. Kosa kata yang digunakan di dalam Alkitab, terutama dalam Perjanjian Lama tentang kemiskinan antara lain adalah CHASER, yang arti harafiahnya adalah kekurangan, Ayub 30:3,Ul 28: 57; YARASH, yang berarti tidak mempunyai harta milik, tidak mempunyai apa-apa, 2 Sam 12:1-4, Am13: 8, Am 13:23, 14:20, 19:4; DAL, yang berarti lemah, rapuh dan rentan, 2 Raja 24:14, 25:12, Am 10:15, Kej 41:19; EBYON, yang berarti ketergantungan, Ayub 5:15-16, Amos 4:1 Kel 23:11, Ul 15:4 dan kata yang paling sering dipakai, ANI. Secara harafiah kata ini berarti orang yang harus membungkuk pada waktu berurusan dengan orang lain, yang menggambarkan hubungan yang opresif, bernuansa penindasan dan berwarna ketidakadilan, Amos 2:6-7, Am 18:23. Alkitab memandang kemiskinan sebagai suatu realitas yang kompleks ditandai dengan tata hubungan yang tidak adil. Orang percaya dipanggil untuk menyikapinya secara tuntas, baik melalui perbuatan baik (amal), berbagi (koinonia), membangun dan mengubah tata kehidupan bersama (transformasi). Namun, berbeda dari falsafah pengentasan kemiskinan sekuler yang memusatkan usahanya pada analasis masalah kemiskinan dan penghapusannya, Alkitab menunjukkan tujuan akhir penanggulangan kemiskinan. Wahyu 21:24-26 menantikan datangnya suatu ketika pada waktu para raja dan penguasa menghadap Allah sang Pencipta dengan membawa kekayaan dan kemuliaan bangsa-bangsa. Hal ini tidak mungkin terjadi bila lebih dari 1/4 tiga penduduk dunia dan 3/4 bangsa di dunia hidup dalam kemiskinan. Pengentasan mempunyai wawasan eskatologis. Memang, pengentasan kemiskinan mempunyai dimensi spiritual. Tugas itu terlalu mulia untuk dilakukan hanya oleh lembaga-lembaga sekuler saja, baik pemerintah, antar pemerintah maupun LSM. Selain karena kemiskinan itu bertentangan dengan cita-cita Allah sewaktu Ia menciptakan alam semesta, lebih jauh dari itu, Allah menghendaki pada akhir jaman nanti, bangsa-bangsa menghadap hadiratnya dengan membawa kemuliaan dan kekayaan mereka. Rencana keselamatan Allah bukan hanya membawa jiwa-jiwa ke dalam surga, tetapi bangsa-bangsa menghadap hadiratnya dengan mempersembahkan kemuliaan dan kekayaannya.
24 Oktober 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar