07 Oktober 2007

Pemberian dan Persembahan

1. Motif dan Sikap Penggarap 1.1. Baca: Luk 20:9-19.Salah satu makna dari perumpamaan ini adalah bahwa kita ditantang untuk menilai-ulang motif dan sikap kita terhadap harta milik. Para penggarap dalam perumpamaan tadi jelas berikhtiar untuk memiliki kebun anggur itu. Mestinya mereka patut ”menyerahkan sebagian dari hasil kebun anggur itu” kepada pemiliknya. Namun sedemikian besarnya ambisi mereka untuk memiliki kebun itu, maka berbagai cara mereka tempuh untuk mencapainya. Kalau perlu membunuh! Bagi mereka kepemilikan adalah jauh lebih berharga dari pada nyawa sesama.

1.2. Apakah kita memang pemilik dari harta milik kita? Sama seperti para penggarap dalam perumpamaan tadi, kita hanyalah pengelola yang mengurusi apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Alkitab menyaksikan bahwa apa yang kita anggap sebagai harta milik sesungguhnya berasal dari Tuhan sendiri.* Bumi berserta segala kekayaannya adalah pemberian Tuhan (Kej 1:29-31; 2:15; 9:2-3; Mzm 8:6-8).* Tuhan yang memberikan kita kekuatan dan kemampuan untuk memperoleh kekayaan (Ul 8: 18).* Terpenuhinya kebutuhan dasar dalam kehidupan kita, itu juga adalah pemberian Tuhan (Pkh 3:13; 5:18).Pemberian-pemberian ini semua perlu dikelola dan diurus dengan baik. Pada waktunya kita akan mempertanggung jawabkan apa yang telah kita lakukan dengan dan terhadap pemberian-pemberian itu (Kej 5:9; Rm 14:12; 2 Kor 5:10). Itu berarti:* Allah menghendaki supaya kita mendayagunakan kekayaan yang kita miliki sedemikian rupa, tanpa terlalu mementingkan diri sendiri.* Kita wajib menggunakan harta milik (a.l. wang) kita untuk mendukung perkerjaan Allah.* Kita wajib menggunakan harta milik (a.l. wang) kita untuk membantu orang lain yang kurang beruntung dari pada kita.* Kita wajib membayar pajak kepada negara dengan wang kita dan memberikan persembahan kepada Allah dengan hidup kita.

2. Kehidupan adalah Suatu Penatalayanan
2.1. Baca: Luk 12:16-23.2.2. Pertanyaan: Jelaskan mengapa orang kaya dalam perumpamaan tadi adalah seorang yang “bodoh” (coba hitung berapa banyak kata “aku” dan akhiran “-ku” dalam ayat 17-19).
2.3. Penjelasan: Upaya penatalayanan kita bersumber pada kesadaran bahwa kita mengasihi, karena Allah-lah yang telah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19; 3:16f.).
3. Setiap orang Kristen adalah Pengurus/Pengelola
3.1. Baca : 1 Pet 4:10
3.2. Penjelasan: Istilah “penatalayanan” adalah terjemahan dari kata “stewardship” (bahasa Inggris). Kata dasarnya ialah “steward” yang berarti “pengurus” atau “pengelola”.
3.3. Penatalayanan meliputi: * waktu (Rm 13:12-13).* kesehatan tubuh dan rohani (Rm 12:1-3; bnd. 1 Pet 1:13-16).* bakat dan talenta (Rm 12:6-8).* hubungan dengan sesama (Flp 2:1-8).* kemuridan (Mat 28:18-20; 1 Pet 3:15b).* harta milik (Kis 4:32-37; bnd. Luk 12:48b).
4. Hakikat dan Wujud Pemberian4.1. Prinsip dasar pemberian seorang Kristen adalah:
4.1.1. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” ( 2 Kor 9:7).
4.1.2. “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:8b).
4.2. “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (Mzm 116:12).Beberapa kasus dari Alkitab:
4.2.1. Baca: Mrk. 14:3-9.Ternyata apa yang orang lain anggap sebagai pemborosan, oleh Yesus dihargai sebagai persembahan. Wanita tsb. menjadi model bagaimana seseorang telah memanfaatkan harta miliknya untuk persembahan bagi Tuhan. “Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya” (ayat 8).
4.2.2. Baca Mrk 12:41-40 (bnd. Luk 21:1-4).Istilah “miskin” yang dipakai Yesus di sini menunjuk kepada seseorang yang sedemikian melaratnya, sehingga kalau tidak ditolong, ia bisa mati. Janda tsb. sedemikian melaratnya, sehingga sekiranya ia warga Jemaat masa kini, ia layak memperoleh bantuan “diakonia” dari gereja (bnd. 1 Tim 5:5). Namun dalam kemelaratannya, janda tsb. “memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya” (ayat 4). Dari kasus janda tsb., Yesus mengajak kita untuk memahami bahwa masalahnya bukanlah berapa jumlah persembahan yang kita mampu berikan, tetapi bagaimana sikap kita yang benar dan layak dalam memberi persembahan.

Excursus:
  • Dalam Saat Teduh (Selasa, 15 Juni 2004) Shabah Bin Robert dari Nairobi, Kenya, memperbedakan tiga jenis pemberian:
  • (1) Pemberian kepada “yang membutuhkan”. Pelayanan ini kita tujukan langsung kepada mereka yang butuh pertolongan. Yesaya menyebutnya sebagai, “ . . . menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas . . .” (Yes 58:10).
  • (2) Pemberian dalam wujud “perbuatan” baik. Pemberian ini dapat berupa bantuan untuk pembangunan sebuah gedung gereja baru atau secara teratur mendukung pelayanan misionaris, atau penerjemahan Alkitab – mengabarkan Kabar Baik kepada orang lain (2 Kor 9:6-15).
  • (3) Pemberian “menabur benih”. Pemberian ini memberikan hasil yang tak berkesudahan. Yesus mengajarkan bahwa saat kita memberi akan ada sesuatu yang diberikan Allah kembali kepada kita (Luk 6:38). Jenis pemberian ini sama seperti menaburkan benih, yang kemudian menghasilkan panen yang baik. Dengan terus menabur kita akan terus menuai.

4.3. Dalam P.B. warga jemaat perdana (mula-mula) rata-rata memberi persembahan secara sistematis (lihat 2 Kor 8-9; bnd. 1 Kor 16). Berdasarkan 2 Kor 8-9, maka pemberian dan persembahan orang-orang Kristen di Korintus memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:* Rujukan dan alamatnya adalah kepada jemaat/gereja tertentu (8:1). * Timbul dari kerelaan hati (8:2-9).* Sesuai dengan kemampuan setiap orang (8:10-15). * Diurus atau dikelola secara jujur dan bertanggung jawab (8:16-24).* Membawa berkat dan kesejahteraan bagi orang lain (9:1-5).* Juga membawa berkat dan kesejahteraan bagi si pemberi sendiri (9:6-11).* Memuliakan Tuhan Allah (9:12-15).Pokok pikiran yang melandasi kedua pasal dari 2 Kor tadi ialah: MEMBERI PERSEMBAHAN MERUPAKAN UNGKAPAN SYUKUR DAN PELAYANAN KASIH KARUNIA. (2 Kor 8:1, 6-7, 9, 19 dan 9:8).

--- o0o ---
Kepustakaan:
About Tithing. S. Deerfield, MA: C.L. Bete Co., 1982.
Ajaran Alkitab tentang Wang. Bandung: LLB, 1988.
Alkitab. Jakarta: LAI, 1992.
Anwari, M.S., Peran Penatalayanan dalam Pengembangan Jemaat. Malang: Gandum Mas, 1984.
Brownlee, M., Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta: BPK-GM, 1987.
Danes, Simon dan Christopher, Masalah-Masalah Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman Kristen. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Meador, Clyde, Mengurus Keuangan Gereja. Bandung: LLB, 1983.Singgih, E.G., Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21. Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Soekahar, Herman, Bagaimana Memotivasi Jemaat Melayani. Malang: Gandum Mas, 1988.
Stott, John, Satu Umat. Malang: SAAT, 1992.
What does the Bible Say About . . .? Nashville: Thomas Nelson, 2001.

Tidak ada komentar: