10 Oktober 2007

Yesus Sejarah

COMMENTS: (Sebuah kutipan)

Dapatkah kita mengetahui Yesus historis? Tentu tidak pada tempatnya memaparkan perdebatan atas masalah ini secara lengkap; hanya perlu dijelaskan pra-anggapan yang melatar belakangi[nya] . . . Mungkinkah kita sungguh-sungguh mengetahui macam apakah orang itu ataukah hanya interpretasi- interpretasi tertentu yang timbul kemudian dalam gereja perdana? Dahulu banyak ahli berpendapat bahwa pribadi Yesus sendiri tampil dalam injil- injil. Ia tetap tersembunyi di balik tirai penafsir para penginjil. Menurut pandangan itu, Yesus sendiri tak kelihatan karena para penginjil dalam menyusun karangan masing-masing melaporkan, bukan peristiwa dan perkataan dari riwayat Yesus, melainkan penafsiran dan wawasan yang sedang beredar dalam pelbagai aliran dan tradisi gereja perdana. Dan penafsiran-penafsiran ini melukiskan Kristus yang bangkit, Tuhan yang dimuliakan, sambil menutupi wajah yang asli dari Yesus sendiri. Bultmann bahkan menulis: "Saya berpen- dapat bahwa kita tidak dapat mengetahui apa-apa tentang riwayat dan kepribadian Yesus". Dan ia anggap remeh ketidaktahuan ini karena iman mesti dipusatkan pada Kristus yang mulia semata. Demikianlah cara Bultmann menyelesaikan baik masalah historis maupun masalah teologis. Tetapi iklim sekarang sedang berubah. Keba- nyakan ahli Perjanjian Baru, termasuk bekas murid-murid Bultmann sekalipun, tidak lagi sepakat dengan pendirian skeptis tersebut. Kasemann, misalnya, berpendapat bahwa: "Yesus historis pasti mempunyai relevansi bagi iman Kristen"; lagi pula, "kesinambungan antara Yesus historis [i.e. yang diingat] dan Kristus [i.e. yang diimani] harus dipertahankan untuk merintangi doketisme." Bornkamm juga mene- gaskan bahwa Yesus historis dan Kristus menurut iman adalah tersatupadu dalam pengakuan: Yesus adalah Kristus. Dalam injil-injil, katanya, Yesus sebagai pribadi historis ditampilkan di depan mata kita "sejelas-jelasnya". Sebagai penyaksi yang ketiga dapat dipanggil C.H. Dodd yang menyatakan: Melalui kisah-kisah injili terlihat "pribadi nyata yang tengah bertindak dikancah sejarah". Tentu saja tidak boleh disangkal bahwa kesaksian injil-injil memantulkan juga kepercayaan gereja perdana kepada Kristus yang telah bangkit; lagi pula bahwa mereka cendereng menerapkan kisah-kisah injil pada persoalan dan pergumulan yang dihadapkan pada jemaat-jemaat Kristen satu atau dua generasi sesudah zaman Yesus. Namun demikian, injil- injil tidak merupakan tirai yang menyembunyikan Yesus tetapi lebih bersifat JENDELA yang mela- luinya sungguh terpancar wajah Yesus sendiri. Di situ kita dapat menemukan Yesus sebagaimana Ia diingat dan sekaligus ditafsirkan.

[kutipan dari Verne H. Fletcher, LIHAT SANG MANUSIA ! (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1990), hlm. 202ff.; huruf-huruf kapital oleh NR)

Semoga bermanfaat dan membangun dengan "ketulusan dan kejujuran". Wassalam, NR
--- "A.M.T. Harrisakti" <nonkonformis@yahoo.com wrote:

Siapakah Yesus menurut anda? Jawaban dapat bervariasi menurut masing-masing orang dengan segala latarbelakangnya. Jawaban pun bervariasi antara jawaban-jawaban subyektif dan jawaban-jawaban obyektif. Seorang umat Islam mungkin akan menjawab, Isa (Yesus) itu salah satu dari ke-25 nabi yang wajib diimani. Seorang kristiani menjawab, Yesus itu kristus, Tuhan dan Penyelamat. Orang Evangelikal lebih spesifik lagi, "Saya sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat PRIBADIKU, pada tanggal .... ketika aku "lahir baru" (baptis selam) dilayani oleh pendeta...." Subyektif dan relatif. Namun adakah kesepakatan bersama antara jawaban-jawaban subyektif di atas? Ya. Semua golongan di atas sepakat, Yesus itu bukan tokoh dongen isepan jempol, melainkan tokoh historis, yang pernah hidup dalam sejarah dunia. Semua sepakat. Pencarian Yesus yang historis secara jujur dan obyektif pun dilakukan. Pencarian ini haruslah bebas-nilai, tak terbelenggu dogma dan lepas dari ideologi subyektif penelitinya. Muncullah penemuan Yesus sejarah yang obyektif, Yesus itu pernah hidup sebagai anak tukang kayu, pengajar agama Yahudi-Yudais, pemimpin gerakan Mesianik, memaklumkan pemerintahan Allah (datangnya kerajaan Allah) di bumi, namun perjuangannya harus di-terminated di bukit Tengkorak luar kota Yerusalem. The End. Pak guru Yesus, pemimpin gerakan Mesianik yang gagal. Mendengar Yesus sebagai "Mesias yang gagal" menimbulkan perasaan tertentu bagi banyak orang kristen. Blasphemy. Heretic. Namun kalau orang kristen yang bersangkutan bersedia melakukan perenungan dan permenungan, studi yang komprehensif dan sabar, terbuka sekaligus kritis, maka klaim "Mesias yang gagal" tadi perlahan tak lagi menimbulkan perasaan tertentu yang mengganggu. Markus mengawali Injilnya dengan "Inilah permulaan Injil (kabar baik, euaggelion) tentang Yesus Kristus, Anak Allah." dan diakhiri di pasal 16:8 (selebihnya tambahan redaksional abad >II zb) "Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka." Injil (kabar baik) tentang Yesus Kristus menurut Markus tidaklah harus happy ending, Markus justru memberikan ending mengerikan, redakturlah yang membuatnya happy ending. Mungkin bagi paguyuban kristen perdana abad I zb, peristiwa kebangkitan Yesus itu bukan tema sentral pemberitaan. Mereka membentuk paguyuban untuk mengenang ajaran Yesus, amanat-amanatNya, meneruskan cita-cita MesianikNya menghadirkan pemerintahan Allah di bumi, yang belum kesampaian karena wafatNya. Pak guru Yesus sudah memaklumkan kerajaan Allah itu dengan kedatangan, pengajaran, pelayananNya, namun kerajaan Allah tidak serta merta mewujud di bumi. Mungkin sekali Allah tidak menghendaki kerajaan Allah itu muncul bersamaan dengan datangnya Yesus. Kedatangan kerajaan Allah dalam bentuknya yang utuh di mana Allah memerintah dan manusia tidak lagi mengalami penindasan masih menjadi harapan eskatologis. Justru karena harapan itu belum mewujud secara utuhlah kita tiba di abad XXI zb ini dengan masih mengharapkan "langit dan bumi baru" itu. Jika Yesus Mesias tidak gagal, apa lagi yang diharapkan? Mari sama-sama kita nantikan waktunya Tuhan kita berkata "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru."
Salam dari teman sepeziarahan,
A.M.T. HARRISAKTI
Minds are like parachutes. They only work when open.

Tidak ada komentar: