(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Garis Besar: Susunan dan Sinopsis
Ay. 1-2 : meminta perhatian Tuhan dari dalam jurang;
3-4 : hanya Tuhan saja dapat mengatasi pemisahan yang disebabkan dosa;
5-6 : menanti-nantikan TUHAN;
7-8 : yang membebaskan umat-Nya
[kutipan dari Marie C. Barth dan B.A. Pareira, Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur 73-150 (Jakarta: BPK-GM, 1999), hlm.
408].
Informasi: Mazmur ini mempunyai ke-khas-an sendiri. Dibandingkan dengan Mzm 51, maka
Mzm 130 mempunyai nuansa permohonan tobat yang lebih kental. Sedangkan
Mzm 51 mengetengahkan bobot pengakuan dosa. Namun terlepas dari perbeda-
an penekanan tadi, kedua Mazmur ini mencerminkan konteks unsur pengakuan
dosa dalam tata ibadah. Perlu juga diperhatikan bahwa ayat 7a dan 8, di mana
dosa umat Israel dimohonkan untuk diampuni, merupakan tambahan kemudian
[Sumber: Claus Westermann, The Living Psalms, trans. (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans,
1989), p. 117].
2. Eksposisi
2.1. Ayat 1 : Tersirat di sini bahwa Allah mau mendengarkan doa orang-orang yang dengan
“ketulusan dan kejujuran” mengakui kegagalan dan keterpurukan mereka diha-
dapanNya. Sekaligus ini menjadi suatu “model for how we might express our-
selves to Him” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari What does the Bible Say About . . .
(Nashville, Tenn.: Thomas Nelson, 2002), p. 82].
2.2. Ayat 3-4: Apa Tuhan memangnya punya sejenis ‘buku catatan’ (Inggris: book of
record)?
Ya (bnd. Mzm 56:9: “menghitung-hitung”; “Kaudaftarkan”). Namun dalam
PL juga disaksikan bahwa untuk catatan-catatan [dosa] ini, Tuhan rela meng-
hapusnya. “God’s mercy provided a means for his people to start over again
with a clean record” --- asal mereka dengan “tulus dan jujur” mengakui dosa-
dosanya dan sungguh-sungguh bertobat [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Quest
Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p. 881; untuk seterusnya sumber ini dipen-
dekkan QSB].
Informasi: God’s motive in forgiving is clear in the OT, and there is celebration
of God’s character as a forgiving Person [Kel 34:7; Bil 14:18; Neh 9:
17; Mzm 86:5; 99:8; 130:3-4; Dan 9:9] [kutipan bahasa Inggris dari New
International Encyclopedia of Bible Words (Grand Rapids, Mich.: Zondervan,
1991), p. 289].
2.3. Ayat 5-6: Mengapa si pemazmur sebegitu mendambakan Tuhan?
Dengan menyadari bahwa Allah rela mengampuni, maka ini menimbulkan
hasrat dan niat yang dalam dari pemazmur untuk lebih mengenal Allah. Juga
dengan meyakini kasih setia Allah, maka si pemazmur tidak ragu-ragu men-
curahkan isi hatinya kepada Allah. Keyakinannya ini melebihi keyakinan
seorang pengawal akan kepastian berlalunya malam dan terbitnya surya pagi
2.4. Ayat 7-8: Bagaimana Perjanjian Lama memahami “pembebasan” [NIV: “redemp-
tion” = “penebusan”]?
Dengan latar belakang tindakan pembebasan Allah bagi Israel, baik dari
perhambaan di Mesir, maupun dari pembuangan di Babel, maka pembebasan/
penyelamatan adalah untuk seluruh umat, yakni secara kolektif, bukan secara
pribadi. Walaupun di sana-sini ada tersirat dalam PL (a.l. Yeh 18:14-20) tentang
pembebasan/penyelamatan pribadi, baru kelak dalam PB gagasan penyelamatan
pribadi berkembang penuh dalam hubungannya dengan tindakan pembebasan/
penyelamatan/penebusan Yesus Kristus [Sumber: QSB, loc. cit.].
Informasi: Perlu diperhatikan bahwa dalam keseluruhan PL, hanyalah dalam Mzm
130:7-8 inilah istilah “pembebasan” (Ibrani: padah] dikaitkan dengan pembe-
basan dari dosa. Gagasan ini baru kelak dikembangkan secara penuh dalam
PB [Sumber: New International Encyclopedia . . ., p. 516].
Ungkapan “berharap” [Ibrani: yahal] sering sekali muncul dalam Mazmur-
Mazmur. Dengan seruan “berharaplah”, maka kita diundang untuk sekarang ini
berharap dalam hubungan kita dengan Allah. Pendek kata, “harapan” menyirat-
kan relasi. Dalam pemahaman inilah, maka PL beranggapan bahwa [1] Allah
adalah Pembebas yang akan membebaskan seseorang yang berharap kepa-
daNya, dan oleh karena itu [2] adalah patut bahwa kita menanti dengan “tawak-
kal” sampai Allah bertindak [Sumber: Ibid., p. 343f.].
“Kasih setia” (Ibrani: khesed) dalam Mazmur-Mazmur dikaitkan dengan (1)
ibadah (5:8; 26:3); dengan (2) diluputkan dari musuh (6:5; 17:7; dsb.); dengan
(3) perlindungan (21:8; 32:10; 6 dsb.); dengan (4) pengampunan (25:7; 51:3;
86:5; 130: 7; dsb.) [Sumber: Ibid., p. 419].
Kasih setia merupakan padanan kata Ibrani khesed. Paling banyak muncul
dalam Mzm. Di tempat-tempat lain khesed diterjemahkan ‘belas kasihan’,
‘kemurahan hati’, dan ‘kebaikan’. . . . Asal usul etimologisnya tidak jelas. Suatu
penyelidikan mengenai ay-ay di mana kata itu dijumpai (mis Mzm 89), meng-
ungkapkan bahwa kata itu sangat erat hubungannya dengan dua pengertian,
yaitu ‘perjanjian [anugerah]’ dan ‘kesetiaan’. Artinya mungkin dapat dirangkum
sebagai ‘kasih yang mantap teguh atas dasar perjanjian yg telah dibuat’. Arti ini
digunakan untuk menggambarkan baik sikap Allah terhadap umat-Nya maupun
sikap umat Allah terhadap Dia; penggunaan yg kedua khususnya dalam Hos.
[kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jild 1, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, t.t.), hlm. 528].
3. Refleksi
C a t a t a n D o s a K i t a
Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-
kesalahan,Tuhan, siapakah yang dapat tahan?
(Mzm 130:3)
“Dari jurang yang dalam”, pemazmur berseru kepada Allah (Mzm 130:1). Lalu, masalahnya dikemuka-
kan, yaitu rasa bersalah yang luar biasa karena berbagai hal yang telah ia lakukan dan tidak lakukan di
masa lalu. “Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat
tahan?” (ayat 3).
Namun, puji Tuhan, Allah mengampuni. Dia tak menyimpan catatan dosa masa lalu, entah betapa
banyak atau menyedihkannya dosa itu. “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka
yang ada di dalam Kristus Yesus” (Roma 8:1). Pengampunan Allah membuat kita takut akan Dia (Mzm
130:4). Kita menyembah dan mengagungkan Allah, karena anugerah dan pengampunan yang membu-
at kita mengasihi Dia.
Namun bagaimana jika kita terpeleset lagi ke dosa lama? Bagaimana jika dosa itu masih ada? Kita
harus bertobat dan “menanti-nantikan Tuhan” (Mzm 130:5). Dan, bersabar saat Allah bekerja. Kita bu-
kan orang sakit yang tak berpengharapan. Kita bisa “berharap” kepada Pribadi yang akan melepaskan
sesuai waktu-Nya.
Kita tahu dua kepastian: Kasih Allah tak pernah gagal, yaitu bahwa Dia tak akan pernah meninggal-
kan kita atau mengabaikan kita (Ibrani 13:5). Dan, janji Allah tentang penebusan total akan berlangsung
pada waktunya --- Dia akan menebus kita dari semua pelanggaran kita (Mzm 130:8), lalu membawa ki-
ta ke dalam kemuliaan-Nya tanpa noda dan penuh sukacita (Yudas 24).
Kita diampuni! Kita bebas! Bersama pemazmur, mari kita menyembah Tuhan saat menantikan keda-
tangan-Nya ---DHR [kutipan dari Renungan Harian, Kamis, 30 Agustus 2007 (Yogyakarta: Yayasan
Gloria/RBC Ministries)].
4. Excursus: “Kesalahan [dan Rasa Bersalah] . . .”
Banyak ahli psikologi mencatat kesalahan [yakni rasa bersalah] sebagai salah satu masalah utama
para klien mereka. Seringkali kesalahan mempengaruhi sebagian besar orang beragama. Mengapa
ajaran Kristen, yang menjanjikan pengampunan dan perbaikan terhadap kesalahan, kadang-kadang
seakan-akan menjadi penyebab persoalan lebih besar?
Sarana yang menyatakan kepada Anda bahwa Anda bersalah biasanya disebut kesadaran. Kesa-
daran berkomunkasi melalui emosi Anda dan memberi peringatan kepada Anda apabila ada masalah
di dalam kehidupan Anda. [ . . . ]
Kalau Anda Benar-Benar Bersalah
[ . . . ] Bagaimana kalau kesalahan Anda ternyata kesalahan yang sesungguhnya? Apakah yang
akan Anda lakukan kemudian? Saya dapat memperkirakan tiga tindakan yang memungkinkan untuk
dilaksanakan.
Yang pertama adalah menghukum diri Anda sendiri. “Saya tentulah orang yang buruk laku. Oh, be-
tapa bersalahnya saya! Wah, saya sangat menyakiti Tuhan!” [ . . . ]
Tindakan lainnya adalah menyangkali bahwa kesalahan akan menampakkan diri. “Kesalahan adalah
getaran perasaan saja. Ia melumpuhkan dan menekan perasaan banyak orang yang hebat serta mem-
buat mereka tidak menikmati kehidupan mereka. Tuhan menghendaki agar saya merasa bahagia. Ka-
rena itu saya tidak membiarkan diri saya merasa bersalah.” [ . . . ]
Tindakan ketiga ialah berusaha menemukan alasannya mengapa Anda merasa bersalah dan beru-
saha menghentikannya. Secara analogi, hal ini sama seperti Anda merasa sakit sekali pada kaki Anda,
kemudian Anda melepas sepatu Anda serta mencari sumber rasa sakit itu. Itulah cara terbaik untuk
menghadapi rasa sakit. Pada kenyataannya, tujuan rasa sakit itu adalah untuk menarik perhatian Anda.
Sama saja, rasa bersalah dimaksudkan supaya Anda menemukan sumber perasaan Anda. [ . . . ]
Dengan ini, saya tidak bermaksud untuk mulai mendorong seseorang menilik dirinya. Itu tidak sehat.
Kita dapat menemukan banyak sekali dosa kalau kita mau berusaha cukup keras untuk menemukan-
nya, dan beberapa di antara kita bahkan menemukan dosa-dosa yang sama sekali bukan hasil perbuat-
an mereka. Jangan lakukan hal itu! Cukup Anda bertanya: Adakah Tuhan menghendaki saya melaku-
kan sesuatu yang telah saya abaikan selama ini? Adakah hal itu benar-benar dikehendaki Tuhan untuk
saya lakukan, sesuatu yang akan disetujui oleh orang Kristen lain? Kalau benar demikian, lakukanlah.
Jangan terlalu lama berdoa, mendoakan sambil menangis untuk mendapatkan pengampunan. Cukup
ubahlah perilaku Anda.
Mengobati Luka
Namun Anda juga perlu penyembuhan. Ketika Anda jatuh, Anda dapat segera membuat keputusan
untuk tidak berlari dan lebih berhati-hati lagi, tetapi Anda masih harus memperhatikan lutut Anda yang
terluka yang memerlukan obat. [Rasa bersalah] juga memerlukan obat: obat yang berupa pengampun-
an dan pemeliharaan Tuhan. Sekali lagi, 1 Yohanes menolong: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan” (1:9). Janganlah hal ini kita jadikan pokok persoalan besar dengan memeriksa diri secara
berlebihan. Firman ini sederhana bunyinya. Satu-satunya harapannya ialah bahwa pengakuan Anda
hendaknya tulus: “Tuhan, saya menyadari bahwa saya salah dan Engkau benar. Saya bingung, saya
menyesal. Apakah Engkau berkenan mengampuni saya dan menempatkan saya di jalan yang benar
lagi?” Sudah cukup, dan Yohanes berkata dengan jelas bahwa setelah Anda melakukan tindakan
berdoa itu, Tuhan akan membersihkan Anda dari semua dosa Anda. Tuhan tidak [sekedar] member-
sihkan sampai mencapai kebersihan 80 % [saja] atau melalui proses pengampunan yang memerlukan
bertahun-tahun lamanya. Saat itu juga, Ia membersihkan Anda dari dosa tersebut [kutipan dari Verne
Becker et al., Muda-Mudi, Inilah Jawabannya, terj. (Jakarta: BPK-GM, 2000), hlm. 34ff.].
- - - NR - - -
03 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar