22 Desember 2007

Yesaya 66 : 18 – 24

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar

Kita sampai pada penggalan terakhir dari kitab nabi (Trito-)Yesaya. Penggalan ini berisi program misi sejagat. Ini tersirat dalam ayat 18. Tujuan misi ini ialah untuk meluhurkan Tuhan, agar Ia dikenal dan dihormati sebagai Allah yang sejati. Informasi: Dari isi Trito-Yesaya kita dapat mengambil kesimpulan mengenai keadaan historis: rupa-rupanya bangsa Israel hidup kembali di Palestina dan Yerusalem sudah dibangun lagi. Pokok-inti nubuat-nubuat . . . bukanlah kelepasan dari Babylon, tetapi keadaan yang kurang baik pada masa sesudah pembuangan di Babylon, misalnya kesalahan para pemimpin bangsa itu (fasal 56:9 dst), sinkret- isme (fasal 57:3 dst; 65:1 dst; 66:3 dst), alasan-alasan terhadap pembangunan Bait Allah (fasal 66:1 dst) [kutipan dari J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BOK-GM, 1996), hlm. 116].

2. Eksposisi

Dalam ayat 19 dicatat sebuah tempat: “Tarsis”. Diperkirakan ini sebuah kota atau wilayah di Sepanyol (bnd. Yun 1:3). Bersama dengan nama tempat-tempat lainnya, kesemuanya mewakili “ujung bumi”. Di tempat-tempat ini nama Tuhan belum diketahui. Juga belum pernah menyaksikan tindakan nyata dari Allah. Untuk itu Tuhan akan mengutus orang-orangNya ke tempat-tempat tsb. Para utusan ini akan mengerahkan para wakil dari tempat-tempat tersebut untuk datang menyembah Tuhan di “gunung . . . yang kudus, . . . Yerusalem” (ayat 20). Informasi: The place names in the last part of verse 19 are drawn from Isaiah’s own world, but as the farthest outposts they stand symbolically for the whole earth. Mission is to know no geographical or national boundaries. It is to extend everywhere [kutipan dari Barry Webb, The Message of Isaiah (Leicester, England, IVP, 1996), p. 78]. Visi Yesaya ini adalah menarik, lebih-lebih kalau kita melihatnya dari perspektif Perjanjian Baru. Yesus mengutus para muridNya untuk menjadi saksiNya “di Yerusa- lem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Yesus mengutus mereka ke tempat-tempat ini adalah untuk menjadikan “semua bangsa “ muridNya (Mat 28:19). Dengan itu visi Yesaya terpenuhi dan terwujud. Paling tidak visi Yesaya dan misi Yesus yang dilakukan para muridNya, dan kelak diteruskan oleh gereja perdana, masih berlangsung terus. Tidak berubah! [Sumber: What does the Bible Say About . . . ? (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson, 2001]. Informasi: In Isaiah 66:22-23 there is a . . . reference to the new earth: “For as the new heavens and the new earth which I will make . . .” In the previous verses of chapter 66 Isaiah has been predicting copious future blessings for the people of God: God will give his people great prosperity (v. 12), will comfort his people (v. 13), will cause his people to rejoice (v. 14), and will gather them from all the nations (v. 20). In verse 22 God tells us through Isaiah that his people will remain before him as everlastingly as the new heavens and the new earth which he will create. From verse 23 we learn that the inhabitants of that new earth will faithfully and regularly worship God. Though this worship is described in terms borrowed from the time when Isaiah wrote [“bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat”] these words must not be understood in a strictly literal way. What is predicted here is the perpetual worship of all the people of God, gathered from all nations, in ways which will be suitable to the glorious new existence they will enjoy on the new earth [kutipan dari Anthony A. Hoekema, The Bible and the Future (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1979), p283].

3. Excursus: “Penglihatan Universal”

Perjanjian Lama mempunyai penglihatan tentang masuknya semua bangsa dalam rencana penebusan Allah. Dalam panggilan Abraham, pencerai-beraian dan keka- cauan di Babel secara tidak langsung telah dibalikkan. Namun, dinyatakan lebih jelas dalam kitab Nabi Zefanya. Setelah penghukuman murka Allah atas kejahatan bangsa- bangsa, dikatakan: “Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama Tuhan, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu” (Zef 3:9) Tetapi kesatuan eskatologis dalam peribadatan kepada Allah itu tidak mengha- puskan jati diri masing-masing bangsa. Sebaliknya, kemuliaan pemerintahan Allah yang akan datang itu ialah masuknya keanekawarnaan segala bangsa. Inilah sukacita yang besar dalam Yesaya 60 dan peringatan-peringatan dalam Zakharia 14:16 dan seterusnya. Selain itu, tidak hanya bangsa-bangsa, tetapi segala hasil, kekayaan dan kemuliaan mereka akan dibawa, dikuduskan, di Yerusalem Baru dalam pemerintahan Allah. Penglihatan ini terdapat dalam Yesaya 60:5-11, Hagai 2:6-8, dan dalam kesim- pulan ucapan ilahi yang mengagumkan terhadap Tirus dalam Yesaya 23:18. Dalam nats ini dinyatakan bahwa semua keuntungan pedagangan bangsa itu “akan kudus bagi Tuhan” demi kesejahteraan umat-Nya. [ . . . ] Allah bermaksud “mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang ada di sorga maupun yang di bumi” (Ef 1:10) dan “oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus” (Kol 1:20) [kutipan dari Christopher Wright, Hidup Sebagai Umat Allah, terj. (Jakarta: BPK-GM, 1995), hlm. 132f.].
- - - NR - - -

Tidak ada komentar: