30 April 2008

Ibr 6:13-20

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar
1.1. Kronologi
kr. (kira-kira) 30 M (A.D.) : Yesus wafat, bangkit dan terangkat ke surga.
kr. 35 M : Pertobatan Saulus/Paulus.
kr. 50-51 M : Sidang gerejawi (Konsili) di Yerusalem.
kr. 54-68 M : Masa kekuasaan Kaisar Nero.
kr. 60-70 M : Surat Ibrani ditulis.
kr. 67-68 M : Rasul Paulus dipenjarakan.
kr. 70 M : Yerusalem direbut dan dihancurkan oleh bala
tentara Romawi, termasuk Bait Suci. “Diaspora”
orang-orang Yahudi.
[Sumber: Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p. 1724].
1.2. Informasi
Who wrote this [letter]? The author does not identify himself. Some think it was Paul,
but others suggest Barnabas, Luke or Apollos as possible
writers.
To whom was it written and why? Hebrews sounded a warning to early Jewish believers
(originally called Hebrews before being called Israelites) who,
because of persecution and hardship, were tempted to revert
back to their Old Testament way of life and give up their
newfound faith and freedom in Jesus Christ.
[kutipan dari Ibid.].

2. Eksposisi
2.1. Latar belakang dan Konteks
Tema ajaran: superioritas Kristus, 1:1 – 10:18
Pekerjaan Kristus, 4:14 – 10:18
Ke-imam-anNya sesuai peraturan Melkisedek (5:11 – 7:28).
[Sumber: Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, 1992), hlm. 411f.].
After an introductory paragraph, this long central section [4:14 – 10:39] begins and ends with
powerful exhortations in which the author underlines his warning (5:11 – 6:12; 10:19-39). In
between fall two long passages in which he considers first the person of Jesus the High Priest
(6:13 – 7:28), and then his ministry (8:1 – 10:18) [kutipan dari John Stott, Men with a Message (Suffolk,
England: ELT, 1996), p. 110].
2.2. Ayat 13: Mengapa Allah “bersumpah demi diriNya sendiri”?
Untuk menunjukkan kepada Abraham, sekaligus membuatnya yakin, bahwa Allah pasti
akan memenuhi apa yang dijanjikanNya (lihat ayat 14).
Untuk DISKUSI: Kalau Allah sendiri bersumpah, apakah kita juga bisa
bersumpah?
Informasi: Is it wrong to swear to tell the truth in court? (Matt. 5:34-37)
Jesus was talking about misuse of oaths common in Jewish culture (the equivalent of some-
one today saying, “I swear to God”). He was not prohibiting solemn vows. Jesus’ point is
that truth-telling is essential, no matter how costly. At times it may be appropriate to commit
ourselves to the truthfulness of our words. Even God set an example of swearing by himself
to prove his word trustworthy . . . (Heb. 6:13) [kutipan dari Quest Study Bible . . ., p. 1391].
Kristus mengajarkan bahwa sumpah mengikat (Mat 5:33). Percakapan sehari-hari orang
Kristen haruslah sama sucinya dengan sumpahnya. Dia tidak boleh mempunyai dua ukuran
tentang kebenaran, seperti orang Yahudi tertentu yg memakai ukuran licik berkaitan dengan
sumpah. Dalam Kerajaan Allah pada akhirnya sumpah tidak diperlukan (Mat 5:34-37). Kris-
tus sendiri diperhadapkan dengan sumpah (Mat 26:63 dab), dan Paulus juga bersumpah
(2 Kor 1:23; Gal 1:20).
Alkitab mencatat bahwa Allah mengikat diriNya dengan sumpah (Ibr 6:13-18) . . . Dalam
kedatanganNya, Yesus Kristus memenuhi janji-janji Allah yg lama kepada Bapak-bapak
leluhur (Luk 1:68-73; 2:6-14), kepada Daud (Kis 2:30), dan kepada Raja-Imam PL (Ibr 7:20
dab, 28) [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, 1995), hlm. 426].
SUMPAH PALSU
Berjanji di hadapan Tuhan Allah, dengan menyebut “NamaNya” secara resmi, tetapi apa
yang diucapkan itu tidak dihayati dan tidak ditepati. Misalnya: untuk meraih gelar, untuk
gengsi belaka, untuk naik pangkat, supaya kemudian dapat keuntungan dari jabatannya itu.
Sumpaj palsu = menghina Tuhan. Sebab apa yang dikatakan sebenarnya untuk menipu
orang lain atau untuk menutupi kelemahannya dan maksud jahatnya [kutipan dari Al. Budyaprana-
ta pr., Etika Praktis (Yogyakarta: Andi, 1987), hlm. 13].
2.3. Ayat 18: Apa yang dimaksudkan dengan “dua kenyataan yang tidak berubah-
ubah”(Inggris: “two unchangeable things” [NIV])?
[1] Janji Allah, dan [2] sumpahNya (ayat 13).
What was true of God’s promise to Abraham is equally true of his promise to Christians.
Our author might almost have quoted Ro. 4:23f., ‘But the words . . . were not written
for his sake alone, but for ours also’ (for 11:8-19 shows that Abraham was promised
the same heavenly blessings to which Christians look forward) [kutipan dari Peake’s Com-
mentary on the Bible (London: Nelson, 1972), p. 1012].
2.4. Ayat 19-20: Bagaimana kita memahami pernyataan bahwa Yesus “telah masuk
sebagai Perintis bagi kita”?
Penulis memanfaatkan dua gagasan untuk menggambarkan apa yang telah dilakukan
oleh Yesus. Gagasan pertama ialah Imam Besar Perjanjian Lama yang mewakili umat
memasuki Bilik Maha Kudus di Bait Suci. Yesus sebagai Imam Besar bagi kita telah
melakukan itu. Gagasan kedua ialah sebuah kapal mendekati pelabuhan. Tapi karena
ombak keras, kabut tebal atau air surut, jadinya kapal itu tak bisa merapat ke dermaga.

Ialah bahwa kapal itu, walaupun terombang-ambing, berlayar terus dengan susah
payah dan akhirnya merapat di dermaga. Yesus mendahului kita memasuki pelabuhan,
yang menjadi sauh pengharapan kita dan merintis kita ke hadirat Allah [Sumber: Quest
Study Bible . . ., loc. cit.].
Let us put it very simply in [this] way. Before Jesus came, God was the distant
stranger whom only a very few might approach and that at peril of their lives. But
because of what Jesus was and did, God has become the friend of every man. Once
men thought of him as barring the door; now they think of the door to his presence as
thrown wide open to all [kutipan dari William Barclay, The Daily Study Bible, the Letter to the Hebrews
(Edinburgh: the Saint Andrew, 1981), p. 63].


- - - NR - - -

Tidak ada komentar: