07 April 2008

Kis 2 : 1 4 , 3 6 – 4 1

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar

Khotbah Petrus dalam pasal pembacaan kita sekarang ini dapat dibagi kedalam penggalan- penggalan sebagai berikut: [1] Pendahuluan (ayat 14-16), yang mengkaitkan khotbah tersebut dengan situasi dan kon- disi saat itu, juga dengan empat penggalan berikutnya yang ditandai dengan sapaan langsung. [2] Uraian I (ayat 17-21) yang berisi kutipan dari nubuat nabi Yoel. Dengan latar belakang nubuat ini, Petrus menafsirkan peristiwa Pentakosta sebagai pemenuhan dari nubuat nabi Yoel tersebut. Pernyataan dalam ayat 21 menjadi landasan untuk isi khotbah Petrus seterusnya. Tu- han yang menyelamatkan itu adalah tak lain dari Yesus sendiri. [3] Uraian II (ayat 22-28) berisi kerygma (pesan, kesaksian, message) tentang Yesus dalam versi Lukas [penulis Kis] --- “Yesus . . . yang telah kamu salibkan adalah Dia yang Allah telah bangkitkan. Pembangkitan-Nya itu telah diramalkan oleh Daud dalam Mzm 16 yang menya- takan bahwa “orang Kudus[Nya] tak akan berakhir dalam kematian”. [4] Uraian III (ayat 29-36) menafsirkan Mzm 16 tadi. Penafsiran tersebut lalu dikaitkan de- ngan ketuangan Roh Kudus, juga dengan nubuat nabi Yoel. Ayat 36 menjadi klimaks untuk Uraian I dan II --- “Jadi seluruh kaum Israel [jadi tidak hanya semata-mata orang-orang Ya- hudi di Yerusalem saja] harus tahu dengan pasti [berdasarkan kesaksian Kitab Suci yang di- singgung dan ditafsirkan Petrus sebelum ini, termasuk kesaksian rasuli dari Petrus sendiri] bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus”. [5] Uraian IV [ayat 37-40] bukan sekedar penggalan penutup, tetapi sebenarnya lebih me- rupakan titik puncak dari keseluruhan khotbah Petrus itu. Ayat 41 melaporkan “phenomenal success [and the impact]” dari khotbah Petrus itu [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Gerhard Krodel, Proclamation Commentaries, Acts (Philadelphia: Fortress, 1981), pp. 20ff.].

Informasi:

[This speech] is an indication of Luke’s exaltation Christology that both in his Gospel and in Acts the idea of the ascension is given significant space, which makes evident Christ’s absence, including the absence of his body. A variety of texts stress that Jesus is in heaven, even if by means of vision he appears to some on earth, such as Stephen or Paul . . . This is why the sending of the Spirit is so crucial in Acts. If Jesus is absent, the church must have some source of power and direction, and this they receive from the Spirit. God now acts by means of the Spirit or an angel on earth . . . Nor is there any sort of “Immanuel” theology predicated of Christ in Acts, as we find at the beginning and end of Matthew’s Gospel. The ascension, however, should probably not be seen as a Lukan theolo- goumena, not least because the christological hymn reflect this notion when they refer to the exaltation of Christ to the right hand (cf. Phil. 2:9-11; Heb. 1:3-4) . . . In the paradigmatic speech in Acts 2 we are told of the whole compass or scope of this work and ministry of Jesus, and thus his fitness to act in a historical drama, is stressed in Acts by the repeated reference to the fact that he is from Nazareth (3: 6; 4:10 et al.; notice it is often in conjunction with the name Jesus Christ, not just the name Jesus [kutipan dari Ben Witherington III, The Acts of the Apostles, a Socio-Rhetorical Commentary (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1998), p. 152].

2. Eksposisi

2.1. Ayat 37: Sebegitu persuasif-nya khotbah Petrus, sehingga impact-nya bagi para pen- dengarnya ialah “hati mereka sangat terharu” [Inggris: cut to the heart]. Menyadari betapa mereka telah melakukan suatu tindakan yang keji, yang berakhir dengan terbu- nuhnya sang Mesias yang akan menyelamatkan Israel, mereka bertanya apa yang harus mereka lakukan? [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Ibid., p. 153]. Informasi: Kegoncangan tentulah mendalam sampai kepada perasaan hati yang telah berubah dan tetap. Daripada mengaku Nama Yesus, orang-orang Yahudi te- lah menyalibkanNya. Bagaimana mereka dapat kembali kepadaNya, kecuali jika tidak berubah sama sekali? Dan hal ini berarti bahwa haruslah dilepas- kan pikiran Yahudi bahwa orang dapat menerima keadilan dengan hukum Ta- urat. Justru dalam agama Yahudi yang bersifat hukum taurat ini terletak rinta- ngan untuk mencapai keselamatan dan karunia hanya pada Kristus saja [kutip- an dari H.v.d. Brink, Tafsiran Alkitab, Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM, 1996), hlm. 42f.].
2.2. Ayat 38-39: Petrus memaparkan ikhtisar dari ikhtiar yang diperlukan untuk seseorang yang ingin menjadi pengikut Yesus dan manfaat yang diperoleh dari ikhtiar tersebut. Ini bukanlah hal yang baru sama sekali. Yohanes Pembaptis juga telah menyerukan hal yang sama sebelum ini (bnd. Luk 3). Oleh karena itu respons para pendengar juga tidak jauh berbeda dengan respons para pendengar seruan Yohanes Pembaptis pada waktu itu (Luk 3:10). Namun demikian, terdapat juga perbedaan. Di sini kita diperkenalkan dengan ke-khas- an baptisan kristiani. Di samping hubungan pertobatan dan baptisan, kini ada yang baru, yakni bahwa kini baptisan dikaitkan dengan nama Yesus dan penerimaan karunia Roh Kudus. Juga tidak ada indikasi sama sekali bahwa baptisan itu hanya boleh dilakukan oleh para rasul saja [Sumber: Witherington III, op. cit, p. 154]. Informasi: Petrus berkata, bahwa baptisan harus berlangsung atas dasar (terjemahan Baru: dalam) nama Yesus Kristus. Di tempat-tempat lain, di mana dibicarakan tentang baptisan, senantiasa kita membaca: dalam nama. Bahwa di sini dipa- kai katadepan atas dasar (menurut naskah aslinya) dan tidak dibicarakan tentang Bapa dan Roh Kudus, menunjukkan bahwa di sini Petrus dengan sengaja hendak memberi tekanan yang kuat kepada dasar yang atasnya baptisan itu terletak (1 Kor 3:2). Nama Yesus Kristus berbicara tentang pe- kerjaanNya sebagai pelepas. Jadi “menginginkan baptisan”, adalah sama dengan suatu pengakuan percaya akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Gambaran pekerjaan Yesus Kristus ini (lihat juga Rm 6:3-5) da- lam baptisan, dengan jelas menunjukkan dasar yang atasnya kepercayaan kita akan penyucian dari segala kesalahan/dosa kita, harus dan dapat berdiri. Baptisan tidak menimbulkan karunia Roh Kudus secara magis. Karunia ini di- berikan, oleh sebab Kristus sendiri memberikannya kepada semua orang, yang menerima Dia di dalam iman. . . . Jadi bahwa di sini tidak dipergunakan formulir baptisan yang lengkap, tidak lain disebabkan bahwa Petrus hanya memberikan dasar baptisan . . . Dalam seruannya supaya bertobat dan me- ngaku percaya, Petrus bersandar pada janji Allah bagi Israel yang sudah diu- capkan kepada Abraham (Kej 17: 7), yaitu suatu berkat yang di dalamnya ter- masuk juga anak-anak para orang beriman. Karena itu Petrus memberanikan diri untuk berkata dengan tegasnya bahwa keselamatan ini diperuntukkan bagi . . . mereka dan anak-anak mereka [kutipan dari Brink, op.cit., hlm. 43f.]. Acts 2 also serves as the pre-enactment of the universal mission of the church. The list of nations in 2:9-11 as well as the reference to “those far off [LAI: orang yang masih jauh] in 2:39 indicate the worldwide dimension of the church (cf. Luke 3:6). Under the guidance of the Holy Spirit and in accordance with the promise (2:21) the church will break out of its Jewish context and offer salvation to half-Jews and gentiles (Acts 8-10) [kutipan dari Krodel, op. cit., p. 24].

- - - NR - - -

Tidak ada komentar: