20 Mei 2008

Kis 3 : 1 – 2 6

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar

Dalam pasal 2:43 kita membaca tentang banyak mujizat dan tanda, yang dilakukan para rasul dalam hari-hari ini, berdasarkan kewenangan dan kekuasaan yang diterima mereka dari Roh Kudus. Dari segala mujizat . . . [yang] diceritakan oleh Lukas kepada kita, [ada] satu kejadian [yang merupakan] . . . permulaan “kisah perbuatan” para rasul. Menurut perintah Tuhan, tidak boleh terdapat pengemis di Israel (Kel 22:25; 23:6). Tetapi hukum sosial ini sudah lama tidak dipertahankan lagi. Hal memberi sedekah dipandang oleh orang Farisi sebagai jasa besar dan dipergunakan untk memperoleh nama harum (Mrk 12:40; Mat 6:1,2). Terutama di sekeliling kompleks Bait Allah terdapat banyak pengemis, sebagaian besar adalah orang bercacat; pagi- pagi dibawa dan malam-malam diangkat untuk mendapat makan dengan jalan demikian. Orang yang sejak lahirnya lumpuh yang berumur 40 tahun itu (Kis 4:22) mempunyai tempatnya yang tetap di pintu gerbang Bait Allah, yang bernama “Gerbang Indah”. Umumnya diterima, bahwa inilah pintu, yang menghubungkan halaman muka orang kafir (pintu halaman umum) dengan bagian yang lebih tinggi, yaitu halaman wanita. Pintu ini, menurut tulisan Flavius Yo- sephus, dihadiahkan oleh seorang Yahudi yang berasal dari Iskandriah, yaitu Nicanor, dan ternama oleh lapisan tembaga Korintus yang dikerjakan sangat indahnya [kuitpan dari H.v.d. Brink, Tafsiran Alkitab, Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 55].

2. Eksposisi
Ayat 1: Bukankah Petrus dan Yohanes adalah Kristen? Mengapa mereka dan orang-orang Kristen lainnya beribadah di gedung ibadah (“Bait Allah”) orang-orang yang ber- agama Yahudi? Lukas, penulis Kis, ingin menunjukkan bahwa para pengikutYesus adalah orang- orang Yahudi yang masih setia dengan kebiasaan lama mereka. Juga dengan itu nya- talah bahwa Yesus telah memenuhi janji-janji Allah bagi Israel --- “showing God’s faithfulness, not his rejection.” Juga dengan itu menjadi jelas bahwa Bait Allah tetap merupakan tempat beribadah bagi orang-orang Kristen perdana. Mereka secara tetap berdoa mengikuti jam-jam berdoa orang-orang Yahudi pada waktu itu [Sumber dan ku- tipan bahasa Inggris dari Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), hlm. 1565; untuk seterusnya sumber ini dipendekkan QSB].

Sinopsis:

Kita dapat mengerti, bahwa orang lumpuh ini sudah tak biasa lagi meminta dan su- dah biasa dengan pulang-baliknya begitu banyak orang, yang tidak menaruh perha- tian kepadanya, atau yang memberi sebuah mata uang kepadanya. Tetapi kini ada dua pengunjung Bait Allah yang melihat dia sebagai sesama manusia, dan ia tidak meminta perhatian mereka, tetapi kedua pengunjung ini [justru] memerintahkan ke- padanya untuk menaruh perhatian kepada mereka. Mungkin akan diperolehnya le- bih daripada sedekah yang dipintanya. Pandangan orang-orang ini tak mendusta. Tetapi . . . apa yang dikatakan mereka? Bukan uang, melainkan . . . Dan di saat itu didengarnya kata-kata . . . penyembuhan! Kemudian disusul dengan perintah un- tuk berdiri dan berjalan. Dalam nama Yesus, orang Nazaret. Bukan rasul-rasul, te- tapi Yesus yang menyembuhkan manusia ini. Dan karena banyaknya percakapan tentang Yesus dari Nazaret ini (terutama di mingu-minggu terakhir) di Yerusalem, mengertilah orang ini bahwa panggilan ini terjadi berdasarkan nabi yang terkenal dari Nazaret itu. Dalam hatinya pasti masih hidup ketidak-percayaan dan kebimbangan, tetapi juga iman. Lalu Petrus yang diyakinkan oleh Roh Kudus bahwa si sakit ini menaruh percaya untuk disembuhkan (Kis 3:15) memegang tangannya dan menarik dia. Serentak itu ia berdiri. Ia mengalami kebenaran perkataan Yesus (Mrk 9:23) [kutipan dari Brink, loc. cit.].

Informasi:

This story illustrates the signs and wonders, parallel to those of Jesus, per- formed in his name by his followers. Like the miracles of Jesus, they are effective signs that the ‘age to come’ has already dawned and is now operative. The story begins abruptly, and although Luke has carefully set it in its present context, he seems to have retained its original form as an independent unit of the oral tradition [kutipan dari Peake’s Commentary on the Bible (London: Thomas & Nelson, 1972), p. 890].
Ayat 6: Mengapa Petrus menyerukan penyembuhan dan bukan dengan berdoa? Di satu pihak Petrus tak mau memerintahkan Tuhan untuk menyembuhkan orang tsb. Namun, di pihak lain, ia menghendaki orang tsb. dapat sembuh. Jadinya ia memberi petunjuk kepadanya bagaimana dia me-respons mujizat Allah. “The man would never have received God’s healing if he had not responded in faith” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari QSB, loc. cit.]. Informasi: “Nama Yesus [Kristus]” mengandung arti dari seluruh kepribadian Yesus dan karya Yesus untuk menyelamatkan kita. Dengan rasa penuh hormat dan percaya, Petrus menyebut nama Yesus [Kristus] supaya kuasa ilahi yang ada pada Yesus dicurahkan pada orang lumpuh itu [kutipan dari R. Dixon, Tafsiran Kisah Para Rasul (Malang: Gandum Mas, 1997), hlm. 19].

Diskusi:

Apakah kuasa penyembuhan yang dimiliki para rasul waktu itu tidak berlaku lagi masa kini? Christians today disagree about this. Generally, we do not see miracles occurring in the way they were performed by the apostles. When they do occur, they seem to be in cutting-edge settings, where the gospel is being proclaimed for the first time or where spiritual darkness rules. Since these miracles appear throughout Acts, it appears that God gave the apostles the ability to perform signs, wonders and miracles (2 Cor. 12:12) to validate their authority [kutipan dari QSB, loc.cit ] Sinopsis: ayat 12-16 --- Allah dan Yesus dipermuliakan; ayat 17-21 --- panggilan betobat; a- yat 22-26 --- nubuat-nubuat Perjanjian Lama menyaksikan hal itu. Ayat 14-15,17: Apakah “ketidaktahuan” (ayat 17; NIV: “ignorance”) dapat terampuni? Kalaupun mereka tahu bahwa Yesus adalah Kristus, kemungkinan besar mereka pun tetap tak berdaya menghalangi penguasa pada waktu itu. Jadi sadar atau tidak sadar, mereka telah terlibat, langsung atau tidak langsung, dalam pembunuhan itu. Dan ka- rena itu mereka perlu bertobat (ay. 19). Dan di sinilah makna Injil itu, “[it] gives us hope of forgiveness. God’s mercy can cover all our sins,” apakah itu dilakukan de- ngan sengaja atau dalam “ketidaktahuan”. Berdasarkan pengalaman pribadinya da- lam memperoleh pengampunan itu, sehubungan dengan penyangkalannya terhadap Yesus, Petrus memang patut menyaksikan pengampunan ini [Sumber dan kutipan baha- sa Inggris dari QSB, loc. cit.]. Ayat 21: Ayat ini mengandung suatu berita yang kaya pemberitaan pada hari Kenaikan. Pa- ra rasul dan jemaat Kristen [perdana], sama seperti kita ini, hidup sesudah kenaikan dan sebelum kedatangan [Kristus] kembali. Berarti benar ucapan, bahwa sorga harus menerima Yesus. Tugasnya mengada- kan penghapusan dosa isi dunia, sudah digenapkan dengan cara yang sempurna. Dan Pemenang, Yesus Kristus ini, kini diperuntukkan bagi jemaatNya, untuk menjadi Kepala dan Tuhannya sampai kepada hari kedatanganNya kembali. Sampai pada hari itu, jemaatNya masih akan hidup di bawah penindasan dan penghambatan, se- perti juga dengan jelas pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga beratnya penindasan ini, penghiburan dan kekuatan kemenangan Yesus Kristus tetap ada. Kepastian penghiburan ini berakar di dalam kenyataan bahwa Yesus sebagai Kristus ada di dalam sorga (lihatlah juga keterang- an Katekismus Heidelberg, Minggu 18 dan 19) [kutipan dari Brink, op. cit., hlm. 66].
- - - NR - - -

Tidak ada komentar: