30 Juni 2008

N E H E M I A 1 0 : 3 2 – 3 9 ( 6 Juli 08)

N E H E M I A 1 0 : 3 2 – 3 9
(Beberapa Catatan dan Infromasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar
Kronologi
th. 586 sM : Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan.
th. 539 sM : Babilonia ditaklukkan oleh Persia.
th. 538 sM : Rombongan pertama orang-orang Yahudi kembali ke
Yerusalem.
kr. (kira-kira) th. 520-480 sM: Masa pelayanan nabi Hagai dan Zakharia.
th. 516 sM : Pembangunan kembali Bait Suci dirampungkan.
th. 458 sM : Di bawah pimpinan Nehemia, rombongan kedua orang-orang
Yahudi kembali ke Yerusalem.
th. 445 sM : Yerusalem selesai dipugar kembali.
kr. th. 430 sM : Kitab Nehemia ditulis.
Why read this book [Nehemiah]: If you’re ever faced an overwhelming task or felt inade-
quate to meet a challenge, you’ll be able to identify with Nehemiah. He struggled with issues
still with us today: motivation, fatigue and criticism. But the book also offers inspiration and
vision. Without neglecting the practical, Nehemiah shows how to tackle God’s difficult as-
signments and survive both opposition and apathy [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Quest
Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p. 670; untuk seterusnya sumber ini dipendekkan QSB].
NEHEMIA. Satu-satunya sumber pengetahuan kita mengenai Nehemia adalah kitab yg mem-
bawakan namanya. Dialah juruminum raja Persia, Artahsasta (465-424 sM). Juruminum meru-
pakan kedudukan istimewa. Karena tidak disebut-sebut isterinya, maka mungkin dia seorang
kasim. Setelah menerima berita mengenai keadaan Yerusalem yg begitu menyedihkan (mung
-kin oleh kejadian-kejadian dlm Ezr 4:7-23), dia memohon dan memperoleh izin berangkat ke
tanah airnya sendiri dan diangkat menjadi gubernur. Biarpun ada perlawanan seru . . . dia dan
orang Yahudi membangun kembali tembok-tembok Yerusalem dalam 52 hari. Dia dan orang
Yahudi mempersilakan Ezra membaca hukum Taurat, dan [umat] berjanji akan mematuhi
perintah-perintahnya [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, 1995), hlm. 149;
untuk seterusnya sumber ini dioendekkan EAMK ].

2. Eksposisi
Informasi: Pasal 9 : Orang Israel berpuasa dan mengaku dosa.
Pasal 10: Bangsa Israel berjanji akan hidup menurut Torah.
Pasal 11: Pengaturan penduduk Yerusalem dan daerah sekitarnya.
[kutipan dari J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BKP-GM, 1996), hlm.
170].
(Ay) 32: Sepertiga syikal adalah kurang dari jumlah yg diakui (bnd Kel 30:13; Mat 17:24), ka-
rena situasi ekonomi yg menjadi miskin [kutipan dari EAMK, hlm. 667].
(Ay) 33: Apa yang dimaksud dengan [masa raya] “bulan baru” (Inggris [NIV}: New Moon
Festivals)?
Perayaan bulan baru merupakan perayaan keagamaan dan masyarakat umum. Dira-
yakan pada setiap awal bulan, biasanya disebut berdampingan dengan hari Sabat
dalam Perjanjian Lama (a.l. Yes 1:13). Diberlakukan sebagai perayaan (Hos 2:11),
untuk bersantai dan istirahat (Am 8:5), untuk persembahan ekstra (Bil 28:11-15; Yeh
45:17) dan untuk ibadah (Yes 66:23; Yeh 46:1-7) [Sumber: QSB, p. 402].
(Ay) 34: Apa yang dimaksudkan dengan “membuang undi”?
Praktek ini berlaku umum saat itu. Cara melakukannya tidak jelas, tetapi rupanya
memakai batu yang diberi tanda atau memakai potongan kayu (bnd. Ams 18:18).
Informasi: Casting lots was a means used to settle disputed questions. In the
absence of clear moral justification for deciding one way or another, this
ancient equivalent of “flipping a coin” resolved the matter quickly and
decisively. Though the means might appear arbitrary, participants fully
believed God was involved: The lot is cast into the lap, but its every
decision is from the Lord [Ams 16:33]. God could certainly have directed
the results of any such process [kutipan dari QST, p. 925].
Menyediakan kayu api . . . di atas mezbah Tuhan; ketentuan ini adalah suatu per-
kembangan wajar bersumber pada perintah mempertahankan api mezbah tetap me-
nyala (bnd Im 6:12-13) [kutipan dari TAMK, loc. cit.].
(Ay) 36: Mengapa anak-anak dibawa ke para imam?
Untuk menyatakan bahwa mereka dan anak-anak mereka adalah milik Tuhan.
Membawa anak-anak ke para imam adalah wajib, sebagai simbol penyerahan
kepada Tuhan (Kel 22:29-30; 34:19). Tapi yang dipersembahkan sebagai korban
adalah anak-anak sulung ternak. “Parents offered these sacrifices in place of their
firstborn sons and then took their sons home to raise. This law reminded them of how
God spared Israel’s firstborn sons during Passover in Egypt” [Sumber dan kutipan bahasa
Inggris dari QSB, p. 686].
(Ay) 37: Perpuluhan-perpuluhan berupa ternak lembu tidak disebut di sini (bnd Im 27:32) bi-
arpun anak sulung disebut dalam ay 36 (bnd Bil 18:15-18). Mungkin ada kekurang-
an ternak lembu pada waktu kemiskinan yg membuat sedikit kelemahan akan peme-
nuhan tuntutan Taurat [kutipan dari TAMK, loc. cit.].
3. Excursus
[Memahami Fungsi “Torah” dalam PL]
Cara terbaik untuk menghampiri sistem etika Perjanjian Lama sebagai “Torah” adalah me-
ngingat maksud Perjanjian Lama yang terutama bukanlah memberikan informasi mengenai
moralitas, . . . melainkan untuk memberikan bahan-bahan yang, apabila direnungkan dan di-
resap ke dalam pikiran, akan memberikan kesan tentang pola atau bentuk cara kehidupan
yang dijalankan di hadapan Allah. Meskipun Perjanjian Lama mengandung “hukum-hukum”
atau “aturan-aturan” dalam pengertian kita, ia mengandung lebih banyak hal lainnya lagi, dan
ia tidak dapat begitu saja disamakan dengan sekumpulan aturan. Para pembaca ingin diarah-
kan pada ketaatan akan kehendak Allah dan hidup dalam persekutuan dengan Dia, bukan ha-
nya dengan jalan melaksanakan perintah-perintah hukum yang terinci (dalam pengertian yang
lebih sempit), tetapi juga dengan membaca cerita-ceritanya --- yang, demikian pendapat kami,
memang mempradugakan dan menolong menciptakan sebuah pola perilaku; dengan me-
nyembah Allah melalui bantuan Kitab Mazmur; dan dengan merenungkan ucapan-ucapan pa-
ra bijak dan para nabi. Jadi, untuk bentuk akhir Perjanjian Lama, perilaku moral praktis ber-
kaitan erat dengan apa yang barangkali kita sebut “spiritualitas”: masalah gaya hidup, bukan
saja aturan-aturan khusus dalam “urusan-urusan moral”. “Torah adalah sebuah sistem yang
dengannya kita menjalani keseluruhan hidup di hadapan Allah, dan bukan hanya serangkaian
aturan terinci untuk mencakup setiap situasi individual di mana suatu petunjuk moral mungkin
dibutuhkan. Meskipun gagasan ini dapat, dan kadang-kadang memang, membawa kepada
perhatian “jelimet” kepada rincian-rincian perilaku seperti yang disebut orang Kristen sebagai
“legalisme”, kekuatan pendorong di belakangnya adalah kehendak untuk meletakkan seluruh
kehidupan di bawah kehendak kuasa Allah --- “menerima kuk Kerajaan sorga”, sebagaimana
kadang-kadang disebutkan oleh sumber-sumber Rabinik [kutipan dari John Barton, “Berbagai Pende-
katan Etika dalam Perjanjian Lama” dalam John Rogerson (ed.), Studi Perjanjian Lama bagi Pemula, terj. (Jakar-
ta: BPK-GM, 1993), hlm. 139f.].
- - - NR - - -

Tidak ada komentar: