02 Juni 2008

Kis 10:1-48

= PENCURAHAN ROH DI KAISAREA =
(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pertanyaan pertama yang perlu dimunculkan ialah mengapa Petrus yang diutus Tuhan ke
Kaisarea? Bukankah di sana sudah ada Filipus (8:5) yang sudah lebih duluan mengabarkan
Injil di sana? Mengapa justru Petrus yang harus jauh-jauh datang dari Yerusalem? Pemba-
caan dari perikop kita hari ini menyiratkan bahwa Allah ingin merontokkan “tembok pemisah
rasial” dalam hati Petrus.
2. Cukup menarik untuk memperbandingkan pandangan/sikap Petrus kepada Kornelius dengan
pandangan/sikap Tuhan sendiri kepada Kornelius.

PETRUS terhadap KORNELIUS ALLAH terhadap KORNELIUS
* Kornelius tinggal di Kaisarea [wilayah * Kornelius adalah seorang yang
“orang kafir”], markas tentara yang saleh (10:2).
penjajah Romawi (10:1)
* Perwira pasukan pendudukan Romawi * Takut akan Allah termasuk seisi
(10:1). rumah/keluarga-nya (10:2).
* Dari pasukan Italia --- semuanya orang * Penyumbang besar bagi orang-
Italia --- “orang-orang asing” (10:1). orang miskin (10:2).
* Jadinya bukan orang Yahudi (10:1). * Seorang yang tekun berdoa.
Doa dan sedekahnya berkenan
di hadirat Tuhan (10:2, 4).
* Karena itu dianggap najis, sama * Patuh dan hormat kepada ma-
seperti binatang-binatang bagi orang- laikat Tuhan (10:7-8).
orang Yahudi (10:11-16).
* “Haram” untuk dikunjungi (10:28). * Dinyatakan tidak haram oleh
Tuhan (10:15).
* Tak bersunat; haram untuk makan * Amat mendesak untuk Petrus
bersama (11:3). datangi (10:5. 19-20).
2.1. Untuk Petrus, dan sebagai seorang Yahudi sejati, apa yang diutarakan di atas seyogya-
nya membuat Kornelius “tahu diri” untuk tidak mengundang Petrus datang ke
rumahnya. Lebih tak pantas lagi bagi Kornelius untuk se-kepercayaan dengan orang-
orang Yahudi. Harap disadari bahwa pandangan Petrus di atas merupakan pandangan
rata-rata semua orang Yahudi pada jaman itu. Ketika menjadi Kristen adalah masih
sangat sukar bagi mereka untuk melepaskan pandangan di atas, termasuk Petrus sendiri
Jadinya betapa sukarnya pula bagi mereka untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang
bukan Yahudi (Inggris: “Gentiles”), seperti a.l. Kornelius.
2.2. Betapa pandangan/sikap Tuhan bertolak belakang dengan pandangan/sikap Petrus tadi.
Demi dan karena PutraNya, Allah mulai membuka pintu bagi orang-orang bukan
Yahudi. Tuhan menghardik Petrus, kataNya: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah,
tidak boleh engkau nyatakan haram” (10:15; bnd. Mrk.7: 19). Karena Kristus, perwira
itu, yang walaupun bukan orang Yahudi, dapat ditahirkan dari dosa dan dengan itu ia
menjadi layak di hadapan Allah. Dengan itu pula “tembok pemisah rasial” di hati
Petrus dirontokkan, ketika Roh Kudus dicurahkan juga kepada Kornelius dan orang-
orang bukan Yahudi lainnya yang berkumpul di rumahnya saat itu (10:44-45).
Topik untuk Diskusi (1):
Pandangan/sikap Petrus di atas merupakan contoh dari pandangan/sikap eksklusif. Di
mana letak perbedaan pandangan/sikap Petrus itu dengan pandangan/sikap saudara-
saudara sebangsa kita yang melarang golongan Islam Ahmadiyah dan/atau menutup
gedung-gedung gereja, bahkan disertai dengan tindakan kekerasan atau dengan
ancaman?
3. Kisah Para Rasul melaporkan empat peristiwa pencurahan Roh Kudus, masing- masing
dengan ke-khas-annya. Dalam Kis 2:1-4 Roh dicurahkan kepada (i) orang-orang Yahudi.
Dalam Kis 8:15-17 kepada (ii) orang-orang di tanah Samaria. Dalam Kis 10:44 dst. kepada
(iii) orang-orang bukan Yahudi (Inggris: “Gentiles”). Dalam Kis 19:6 kepada (iv) para
pengikut Yohanes [Pembaptis].
Catatan: Bagi kita orang-orang Kristen di Indonesia, yang merupakan orang-orang bukan
Yahudi, peristiwa pencurahan Roh di Kaisarea (Kis 10:44 dst.) pada dasarnya tak
kalah pentingnya dengan peristiwa Pentakosta di Yerusalem (Kis 2:1-4). Mengapa
demikian? Karena di Kaisarea-lah untuk pertama kalinya Roh Kudus dicurahkan
atas orang-orang bukan Yahudi (10:45). Pentingnya peristiwa pencurahan Roh di
Kaisarea juga didukung oleh kenyataan bahwa sebanyak dua kali peristiwa ini
dituturkan dalam Kisah Para Rasul, yakni dalam (i) perikop bacaan kita, dan (ii)
dalam 11:15 dst. Dan Kornelius? “[He] is the pagan saint par excellence of the
New Testament,” demikian pernyataan Dr. Clark H. Pinnock [Sumber dan kutipan
bahasa Inggris dari Robert L. Reymond, A New Systematic Theology of the Christian Faith (Nash-
ville, Tenn.: Thomas Nelson, 1998), p. 1090; huruf tebal oleh penulis].
4. Pertanyaan Petrus dalam ayat 47 hendaknya lebih banyak dipahami sebagai tantangan Petrus
yang ditujukan khusus kepada orang-orang Yahudi Kristen yang menyertainya dari Yope
(ayat 23 dan 45). Petrus mau menandaskan kepada mereka bahwa ternyata orang-orang tidak
bersunat pun dihinggapi Roh Kudus, sama seperti yang dialami oleh orang-orang Yahudi
yang bersunat pada peristiwa Pentakosta di Yerusalem sebelumnya. Tindakan “membaptis . . .
dengan air” (ayat 47) merupakan akta simbolis yang menandai pelepasan dari kuasa kegelap-
an dan dipindahkan/dialihkan ke dalam Kerajaan AnakNya (Kol 1:13).
Catatan: Pemahaman di atas penting dihayati, justru karena saudara-saudara se-iman kita
dari gereja-gereja aliran “Pantekosta” dan/atau golongan Karismatik merujuk, antara
lain, pada peristiwa Kaisarea tsb. sebagai landasan untuk “keharusan” seseorang
berusaha memperoleh baptisan Roh.
5. Ilustrasi. Gary Dougherty, seorang Penginjil yang melayani di RBC Ministries di Grand
Rapids, Michigan, sedang dalam perjalanan ke rumah dari gereja pada suatu sore, saat ia
melihat seorang pria muda datang dari arah yang berlawanan dengannya. Suatu dorongan
yang kuat muncul di dalam diri Gary untuk berbicara kepada pemuda ini mengenai menjadi
seorang Kristen. Awalnya dia ragu-ragu, namun kemudian dia berkata kepada orang yang
benar-benar asing baginya itu, “Maafkan saya, tetapi saya percaya Allah menginginkan saya
untuk memberi tahu Anda tentang bagaimana menjadi seorang Kristen.”
“Saya baru saja mengajukan pertanyaan itu kepada ibu pacar saya,” kata pemuda itu, “tetapi
dia tidak tahu.”
“Maksudnya, Anda mau menjadi seorang Kristen?” tanya Gary.
“Ya, saya mau!” jawabnya.
Masih dalam keraguan, Gary bertanya lagi kepadanya dan kemudian menceritakan rencana
keselamatan dengannya. Malam itu, seorang pemuda menerima Yesus sebagai Juru Selamat-
nya (dikutip dari Santapan Rohani, Minggu, 13 Nopember 2005)

Topik untuk Diskusi (2):
Petrus mula-mula berprasangka dan ragu-ragu. Gary dalam ilustrasi di atas kurang-lebih
sama. Tetapi kedua-duanya dengar-dengaran kepada Roh Kudus. Bagaimana dengan kita?
Maukah kita mendengar dan menaatiNya bila Roh berkata: “. . . jangan bimbang, sebab Aku
yang menyuruh . . . (10:20).


- - - NR - - -










`

Tidak ada komentar: