22 Juni 2008

U L A N G A N 1 0 : 1 2 – 2 2 (25 Jun 08)

U L A N G A N 1 0 : 1 2 – 2 2
(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar
Pembukaan Kitab Ulangan menggambarkan Israel berkemah di dataran Moab, kira-kira em-
pat puluh tahun sesudah peristiwa-peristiwa besar keluaran dan Sinai, di ambang tanah Kana-
an. Dengan demikian kitab ini adalah dokumen “pembaharuan perjanjian” (bnd. Ul 29:1) di
mana pengalaman bangsa ini diceritakan kembali (Ul 1-3) untuk mendorong pengucapan syu-
kur dan kesetiaan yang sepenuh hati (Ul 4-11). Sama dengan “Hukum Kekudusan”, kitab ini
diakhiri dengan berkat-berkat dan kutuk-kutuk (Ul 27-28). Bagian tengahnya, Ul 12-26, berisi
hukum-hukum.
Nama “Ulangan” diambil dari nama Latin kitab ini, Deuteronomium yang berarti ‘hukum
kedua’. Maksudnya bukanlah hukum yang baru, melainkan yang mengulang dan menguatkan
hukum yang lebih dahulu. Banyak hukum-hukum Kitab Perjanjian diulang kembali dalam Kitab
Ulangan dengan perubahan kecil, perluasan dan motivasi tambahan. Kitab Ulangan disebut
pula “hukum yang dikhotbahkan” dan memang itulah yang dikatakan dalam Ulangan 1:5: “Di
seberang sungai Yordan, di tanah Moab, mulailah Musa menguraikan hukum taurat ini” [kutipan
dari Christopher Wright, Hidup Sebagai Umat Allah, terj. (Jakarta: BPK-GM, 1995), hlm. 155].
Perbedaan yang paling mencolok antara Ulangan dengan Keluaran, Imamat dan Bilangan
ialah: Ulangan tidak berupa kisah, melainkan wejangan. Menurut gambaran Kitab Ulangan pa-
da akhir perjalanan umat Israel di gurun, yaitu ketika berada di negeri Moab di perbatasan ne-
geri yang dijanjikan, Musa menyampaikan kepada segenap umat yang sedang berkumpul
wejangan-wejangan terakhir.
Wejangan-wejangan itu (ada tiga, yaitu 1:-4:40; 5:1-11.32 + 26:16-28:68; 29:2-30:20) me-
ngajak dan menasehati umat supaya tetap setia pada perjanjian yang diadakan di gunung Si-
nai dan yang sekarang dibaharui. Kecuali wejangan disajikan pula perintah, hukum dan aturan
yang mejadi syarat perjanjian (12:1-26:15). Hanya bagian terakhir Kitab Ulangan berupa kisah
mengenai akhir hidup Musa [kutipan dari C. Groenen, Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta:
Kanisius, 2001), hlm. 127f.].

2. Eksposisi
Informasi: 10:12-22 Apa yg dituntut Allah dari umatNya Suatu pandangan terakhir ten-
tang sebabnya harus taat kepada TUHAN dan akibat-akibatnya. Bnd Ul 6:5; Mat
22:37 dan jawaban Mikha terhadap pertanyaan yg diajukan dalam ay 12 (Mi 6:8).
Bagi Musa penyembahan kepada Allah dengan hormat merupakan asas bagi se-
gala ungkapan keagamaan [kutipan dari Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, terj. (Jakarta: YKBK/
OMF, 1998), hlm. 320f.].
Ayat 12: Apa yang dimaksud dengan ungkapan “takut akan Tuhan”?
Disamping di sini, Perjanjian Lama sering sekali menggunakan ungkapan ini (a.l. Ayb 28:28;
Ams 1:7, bnd. 9:10; 16:6). “Takut akan Tuhan itu suci” (Mzm 19: 10; Inggris, NIV: pure]. Ini
adalah dampak dari pengenalan orang percaya kepada Allah yang hidup.
Informasi: . . . ketakutan yang kudus adalah pemberian Allah, yang memampukan orang ta-
kut sekaligus menghormati kekuasaan Allah, menaati perintah-perintah-Nya, mem-
benci sambil menjauhkan diri dari semua bentuk kejahatan (Yer 32:40; bnd Kej 22:
12; Ibr 5:7). Lagipula takut akan Tuhan itu adalah permulaan hikmat (Mzm 111:10),
rahasia kelurusan hati (Ams 8:13), ciri umat yg disenangi Allah (Mzm 147:11), dan
kewajiban setiap orang (Pkh 12:13). Roh takut akan Tuhan adalah salah satu sifat
yg ditanamkan Allah pada Mesias-Nya (Yes 11:2-3).
Dalam PL, agama sejati sering dianggap sama dengan takut akan Tuhan (bnd
Yer 2:19; Mzm 34:10), sebagian besar penyebabnya adalah hukuman sesuai tun-
tutan hukum Taurat. Pada zaman PB ungkapan ‘hidup dalam takut akan Tuhan’ di-
gunakan berkaitan dengan orang Kristen perdana (Kis 9:31). Para warga rumah
sembahyang asal kafir disebut ‘orang-orang yang takut akan Allah’ (Kis 10:2 dst;
bnd Flp 2:12) [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II (Jakarta: YKBK/OMF, 1995), hlm.
438f.].
Ayat 15: Sekalipun Allah menciptakan alam semesta, Ia dan hanya Dialah yg memilih Israel
dari segala bangsa. Tanggapan mereka seharusnya tingkatan penyerahan dan kasih karena
janjiNya yg kuat. Bnd. Rm 2:29 [kutipan dari Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, hlm 321].
Informasi: “ . . . tetapi hanya oleh nenek-moyangmulah”. Kata Ibrani yang diterjemahkan de-
ngan “tetapi hanya” dapat diartikan juga “namun demikian”. Pokoknya ada kontras
yang besar sekali antara kuasaNya yang mahabesar dengan perhatianNya kepada
kelompok yang begitu rendah-kecil seperti nenek-moyang Israel [kutipan dari I.J.
Cairns, Tafsiran Alkitab: Kitab Ulangan Pasal 1-11 (Jakarta: BPK-GM, 2003), hlm. 184].
Ayat 16: Bagaimana kita memaknai perintah “sunatlah hatimu”?
“Sunat” merupakan tanda yang menunjuk pada perjanjian (anugerah) antara Allah dan umat-
Nya (Kej 17:9-14). Ungkapan di atas merupakan kiasan yang membantu kita memahami bah-
wa umat hendaklah mengasihi dan mengabdi kepada Allah dari kemurnian hati mereka (10:
12). Jadinya, sunat di sini bermakna rohani/spiritual --- “this spiritual circumcision required a
decision and action from the people [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Quest Study Bible (Grand
Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p. 262].
Informasi: “sunatlah hati” disejajarkan dengan “jangan tegar tengkuk”, sehingga artinya mirip
dengan Im 26:41. Itu berarti bahwa “hati yang bersunat” ialah hati yang menyadari
serta menerima anugerah Allah sampai masuk sebagai anggota umatNya, kemudi-
an menghasilkan buah-buah keanggotaannya itu, berupa belas-kasihan seperti
yang diperlihatkan TUHAN sendiri [kutipan dari Cairns, op.cit., hlm. 185].
Ayat 17: [Untuk DISKUSI] Dari pernyataannya di sini, apakah Musa mengakui adanya
allah(-allah) lain?
Informasi: “Allah segala allah”. Istilah ini tidak langsung menyinggung soal politeisme, mela-
inkan termasuk bahasa puitis: artinya “Allah yang mahakuasa” [kutipan dari Cairns, loc.
cit.].
This lofty language is typical of Deuteronomy. This phrase essentially means that
God is God in the most absolute sense. He transcends our understanding, leaving
us in awe of him. Moses was not acknowledging other gods (which are only false
gods). Rather, he was expressing that there is only one true God [kutipan dari Quest
Study bible, loc. cit.].
Ayat 19: Kasihmu kepada orang asing. Tuntutan terhadap Israel untuk mengasihi orang asing
ini tidak ada kesejajarannya dalam perundang-undangan Timur Dekat Purba. Sedangkan orang
Israel diperintahakan supaya menghormati dan takut kepada orang tua mereka, dan supaya
mendengarkan amanat para nabi, mereka diperintahkan juga supaya memasuki suatu hubung-
an kasih sayang dengan orang asing sebagai peringatan kepada kasih Allah selama perbudak-
an di Mesir [kutipan dari Tafsiran Alkitab Masa Kinmi 1, loc. cit.].
Ayat 21: “Dialah pokok puji-pujianmu”. Bnd Yer 17:14; Mzm 109:2. Peristilahan di sini menarik:
memang TUHAN dikenal melalui perbuatanNya yang dahsyat dan yang patut dipuji-puji (ayat
21b). Namun yang dikagumi ialah bukan perbuatan-perbuatan itu, melainkan TUHAN sendiri,
Sang Pembuat [kutipan dari Cairns, op. cit., hlm. 188].

- - - NR - - -

Tidak ada komentar: