2 KORINTUS 9 : 6 – 15
Tema: “Memberi dengan Kerelaan Hati”.
N a t s: 2 Kor 9:7
Tujuan: Sesudah mendengar khotbah ini, warga jemaat diharapkan dapat terdorong
untuk mulai berupaya ber-disiplin memberi dengan kerelaan hati.
1. Pengantar
Dalam pasal terakhir dari suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus (1 Kor
16:1-4), Paulus memberi petunjuk praktis tentang cara pengumpulan dana untuk mem-
bantu jemaat/gereja [induk] di Yerusalem. Jemaat/gereja di Yerusalem sangat membu-
tuhkan bantuan. Ini disebabkan oleh penganiayaan dan tekanan dari para pemimpin
orang-orang Yahudi, yang beranggapan bahwa apa yang disebarkan oleh para rasul dan
pengikut mereka adalah ajaran sesat. Ada juga yang memperkirakan kemungkinan ada-
nya bala kelaparan di Yerusalem. Oleh karena itu para warga jemaat di sana sangat
mem butuhkan bantuan [Sumber: What does the Bible Say About? (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson,
2001), p. 168].
Masih dalam hubungan dengan pengumpulan bantuan yang disinggung di atas,
maka dalam bacaan kita hari ini (2 Kor 9:6-15) Paulus memberi “pencerahan” kepada
warga jemaat di Korintus tentang hakikat pemberian Kristiani. Mendahului bagian
bacaan kita (9:1-5), Paulus menjelaskan mengapa ia meminta Titus dan dua saudara
lainnya datang ke Korintus. Mereka ditugaskan oleh Paulus untuk membantu dan
menuntun usaha pengumpulan dana dari warga jemaat. Paulus memperkirakan bahwa
menjelang ia sendiri tiba di Korintus, dana bantuan itu sungguh-sungguh sudah ter-
kumpulkan untuk siap dibawa ke Yerusalem.
2. Uraian dan Pendalaman
Paulus memuji warga jemaat di Makedonia, yang sekali pun mengalami penderitaan
dan miskin, namun mereka “kaya dalam kemurahan” (8:1-2). Kita patut bertanya:
[a] Apakah yang mendorong orang-orang Kristen di Makedonia untuk menyumbang
kepada orang-orang Kristen lainnya yang jaraknya ribuan kilometer di Yerusalem
sana?
[b] Apa yang mendorong mereka untuk menyumbang kepada orang-orang yang sebe-
narnya mereka tidak kenal?
Dengan bercermin kepada jemaat-jemaat di Makedonia seperti yang diutarakan di atas,
mari kita mencoba memahami dua aspek dalam upaya memberi:
(i) Hal-hal apa saja yang menjadi penyebab kekurang-mampuan warga jemaat Korin-
tus [dan mungkin kita-kita juga] untuk memberi?
(ii) Upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kita untuk
memberi?
2.1. Warga jemaat di Makedonia “kaya dalam kemurahan”, padahal mereka
mengalami penderitaan dan miskin. Sebaliknya warga jemaat di Korintus “kaya
dalam segala sesuatu” (8:7), tetapi tidak atau kurang “kaya dalam kemurahan”.
Ada apa di kalangan warga jemaat Korintus [dan mungkin di jemaat kita juga]?
Mari kita teliti!
[a]. Warga jemaat di Makedonia “memberikan diri mereka, pertama-tama kepada
Allah” (8:5). Dalam penyerahan kepada Allah, mereka didaya-gunakan oleh
Allah. Di kalangan warga jemaat di Korintus penyerahan diri kepada Allah ini
tidak atau kurang diwujud-nyatakan.
[b]. Ajaran/doktrin yang keliru. Karena pengaruh ajaran yang keliru (“Gnostik”),
para warga jemaat di Korintus mengutamakan “pengetahuan” dan kurang
memperhatikan nilai-nilai spiritual. Ini tercermin dalam kehidupan berke-
luarga di kalangan warga jemaat di Korintus. Perceraian dan perselisihan
dalam keluarga sering terjadi. Dalam situasi demikian betapa sulitnya untuk
mempraktekkan kemurahan hati, apalagi memberi dengan kerelaan hati.
[c]. Para warga jemaat di Korintus terbagi-bagi dalam berbagai kelompok. Ada
kelompok Paulus. Ada kelompok Apollos. Timbul persaingan dan iri hati.
Akhirnya saling berselisih. Fanatisme kelompok sedemikian ini mengalihkan
perhatian dan/atau hasrat untuk memberi dan/atau menyumbang. Kalau pun
akhirnya ada di antara mereka yang memberi, itu pun hanya sebatas bagi
sesama anggota kelompoknya saja [bagaimana dengan persekutuan etnis/
rumpun keluarga, bahkan BPK di kalangan warga jemaat kita?].
[d].Warga jemaat kurang terlatih dalam membiasakan diri untuk ber-“disiplin”
dalam memberi. Buktinya Titus diutus Paulus untuk menuntun dan meng-
kordinir mereka dalam memberi dan mengumpulkan dana bantuan. Barangkali
tidak terlalu meleset untuk membayangkan bahwa Titus pun mestinya melatih
juga “Majelis Jemaat/PHMJ” di sana bagaimana mengelola secara benar
perbendaharaan jemaat (bnd. Jemaat-jemaat yang melatih dan mendorong
warganya dengan pemberian berupa “pledge” dan/atau “perpuluhan”, atau
sumbangan “kaul”).
2.2. Berbicara tentang kemampuan para warga jemaat di Makedonia, Paulus menulis,
“Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka,
bahkan melampaui kemampuan mereka” (8:3; huruf miring oleh penulis). Tersirat
Paulus ingin menyatakan bahwa para warga jemaat di Makedonia benar-benar
menyadari pengorbanan Yesus untuk mereka. “Karena kamu telah mengenal
kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu
menjadi miskin, sekalipun ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena
kemiskinanNya (8:9).
[a]. Paulus menulis dalam ayat 6 dari bacaan kita, “Camkanlah ini: Orang yang
menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak,
akan menuai banyak juga”. Apa yang ditulis Paulus tadi sesungguhnya
merupakan salah satu azas manajemen produksi: “The measure of profit
(baca: “blessing”:berkat) equals the measure of investment (baca: “giving”:
pemberian). Jadinya upaya kita untuk memberi merupakan “God’s way for
us to keep his wealth in circulation” (kutipan dari Zondervan 2006 Pastor’s Manual, p.
288). Melalui pemberian kita, maka sesama kita yang membutuhkan bantuan
dimungkinkan juga untuk ikut menikmati berkat-berkat Allah.
[b]. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya. . .” (ayat
7; huruf miring oleh penulis). Memberi harus dimulai dengan “kerelaan hati”.
Itu berarti kita memberi dengan ketetapan hati yang bulat. Dan ini hanya
dimungkinkan oleh doa. Secara sadar Paulus memakai istilah “hati”, karena
kalau memberi dimulai dengan kesadaran “rasional”, warga jemaat di Korin-
tus, yang rata-rata “berpengetahuan”, tak akan pernah memberi. Mereka akan
berkata untuk apa menjadi repot untuk orang-orang yang jauh di Yerusalem
sana. Kita juga tidak kenal siapa mereka! Dan kalau pun akhirnya ada dari
antara mereka mau memberi, sudah bisa diterka bahwa mereka akan memberi
dengan “sedih hati atau karena paksaan”.
[c]. Dalam ayat 12-14 Paulus mengutarakan makna lain dari pemberian itu:
(i) Upaya kita dan pemberian kita menjadi suatu kesaksian (“testimony”).
(ii) Dengan itu nama Allah dipermuliakan, dan sesama kita ditopang dalam
pergumulan dan penderitaan mereka.
3. Ilustrasi
Di provinsi Mizoram, India, terdapat sebuah jemaat yang anggota-anggota PW-nya
mempunyai cara khusus untuk menunjang PELKES jemaat mereka. Setiap kali
seorang ibu rumah tangga akan menanak nasi, ia mengambil segenggam beras yang
akan dimasak itu dan menyisihkannya ke sebuat tempat khusus. Pada hari Minggu
beras yang telah disisihkannya itu di bawa ke gereja. Ibu-ibu lain yang datang ke
gereja juga membawa beras yang juga telah mereka sisihkan. Beras-beras sisihan tadi
dikumpulkan, lalu dijual. Melalui ketekunan mereka mengumpulkan dan menjual
beras sisihan itu, akhirnya terkumpul cukup dana untuk membeli sebuah komputer.
Komputer itu kemudian disumbangkan kepada sebuah lembaga penerjemahan Alkitab
di provinsi mereka. Lembaga yang dimaksud tadi memang sangat membutuhkan
komputer tambahan dalam upaya mereka merampungkan pernerjemahan Alkitab
kedalam bahasa daerah orang-orang di provinsi itu (bnd. Mrk. 12:41-44) (disadur dari Our
Daily Bread, Sunday, January 30, 2000).
- - - NR - - -
07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar