Y O H A N E S 1 7 : 2 0 – 2 6
(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar
Dimulai dengan perikop bacaan kita sekarang ini (Yoh 17:20 dst.), doa syafaat Tuhan Ye-
sus meluas menjangkau seantero dunia. Bagian pertama dari doaNya dibatasi untuk diriNya
saja dalam rangka menghadapi hukuman penyalibanNya. Sesudah itu Dia berdoa untuk para
muridNya agar Sang Bapa memelihara mereka. Lalu dalam penggalan/perikop bacaan kita
sekarang ini, Dia melihat ke masa depan dan ke tempat lain di luar Palestina dan berdoa juga
bagi mereka yang akan menerima kepercayaan Kristiani, sebagai hasil penginjilan dari para
murid dan pengikutNya.
Informasi: Here two great characteristics of Jesus are fully displayed. First, we see his complete
faith and his radiant certainty. At that moment his followers were few, but even with the
cross facing him, his confidence was unshaken, and he was praying for those who would
come to believe in his name. This passage should be specially precious to us, for it is
Jesus’ s prayer for us. Second, we see his confidence in his men. He knew that they did
not fully understand him; he knew that in a very short time they were going to abandon
him in his hour of sorest need. Yet to these very same men he looked with complete
confidence to spread his name throughout the world. Jesus never lost his faith in God or
his confidence in men [Sumber dan kutipan dari William Barclay, The Daily Study Bible, the
Gospel of John, Volume 2 (Edinburgh: the Saint Andrew, 1981), p. 217; huruf-hurf miring oleh NR].
Yesus berdoa untuk tiga perkara: (i) Dia berdoa agar para pengikutNya menjadi satu; (ii) Dia
berdoa untuk dunia agar menjadi sadar dan tanggap akan kasih Allah; dan (iii) Dia berdoa
untuk kelanjutan dan perampungan misiNya.
Informasi: This final section of Jesus’ prayer is a deeply moving one because it brings Jesus into
direct relationship with us. There are hints elsewhere of Jesus’ recognition that further
generations of believers would arise and express allegiance to him. Nowhere in the New
Testament, however, is that larger company (including the readers of this exposition!) so
clearly in Jesus’ direct vision as here. Jesus is poised between the conclusion of his
earthly task and the glory awaiting him at the Father’s side. . . . so Jesus gazes out
across the rolling centuries, the church of the Redeemer, gathered from every nation,
people, language and tribe. He is praying for us [Sumber dan kutipan dari Bruce Milne, The
Message of John (Leicester, England: IVP, 1993), p. 247].
2. Kesatuan
Rasanya tidaklah berkelebihan untuk beranggapan bahwa kesatuan orang-orang Kristen
merupakan pokok utama dari doa Yesus dalam perikop bacan kita sekarang ini (ayat 21, 22,
23). Ada tiga wajah kesatuan yang diketengahkan.
2.1. Kesatuan dengan Tuhan secara rohani (ayat 21, 26).
. . . Jesus prays that our unity would be like the perfect unity between the Father and the Son in
the Trinity. This is a reminder to us that our unity should be eternal and perfectly harmonious (as
God’s unity is).
But this analogy with the members of the Trinity is very important for another reason: it warns
us against thinking that union with Christ will ever swallow up our individual personalities. Even
though the Father, Son and Holy Spirit have perfect and eternal unity, yet they have distinct
persons. In the same way, even though we shall someday attain perfect unity with other
believers and with Christ, yet we shall forever remain distinct persons as well, with our own
individual gifts, abilities, interests, responsibilities, circles of personal relationships, preferences,
and desires [kutipan dari Wayne Gruden, Systematic Theology (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2000),
p. 844].
Kesatuan Roh sudah ada [ . . . Ef 2:14-16]. Tapi walaupun kesatuan Roh ini sudah ada, itu
merupakan suatu kesatuan yang rapuh, yang mudah dihancurkan. Karena itu dalam Efesus 4:2
kita diberitahu akan kualitas-kualitas yang diperlukan untuk itu [ . . . ].
Itulah maknanya disebut “kesatuan Roh”, bukan hanya pekerjaan Roh Kudus diperlukan untuk
membangun dan mempersatukan kita bersama, tapi “buah Roh” (Gal 5:22) juga diperlukan untuk
memelihara kesatuan itu. Perhatikanlah bahwa semua buah Roh itu merupakan nilai-nilai sosial
dan nilai-nilai bersama. “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri” merupakan nilai-nilai yang diperlukan dalam
suatu konteks jemaat [kutipan dari Michael Griffiths, Gereja dan Panggilannya Dewasa Ini, terj. (Jakarta:
BPK-GM, 1995), hlm. 52f.].
2.2. Kesatuan dalam persekutuan (ayat 23)
Di dalam pengakuan iman rasuli, kita bersama-sama mengakui “Gereja yang kudus dan am,
persekutuan orang kudus”. Berhubung dengan bunyi pengakuan iman yang demikian itu, maka
biasanya disebutkan, bahwa gereja memiliki tiga sifat: satu, kudus dan am. . . .
Di dalam rumusan yang asli tiada terdapat kata “satu”, tetapi dalam terjemahan memang
sering kata “satu” itu diselipkan. Berdasarkan doa Tuhan Yesus dalam Yoh 17:21: “Supaya
semuanya menjadi satu”, kita memang biasa mengakui adanya satu gereja. Pengakuan ini
menunjukkan, bahwa gereja yang banyak di dunia ini dipersatukan menjadi satu tubuh, yaitu
tubuh Kristus. Adapun yang menjadi dasar kesatuan gereja adalah karya penyelamatan Kristus.
Di kayu salib segala sesuatu dijadikan satu. . . . Kesatuan di dalam Kristus ini memang hanya
dapat dilihat di dalam iman. Oleh karena itu maka “gereja yang satu” tadi adalah suatu peng-
akuan iman [kutipan dari H. Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1973), hlm. 319].
Gagasan kesatuan sangat penting mengingat Yohanes 17:22 (“supaya mereka menjadi satu,
sama seperti Kita adalah satu”), yang pasti mendukung gagasan mengenai akan adanya suatu
perhimpunan orang percaya. Namun, penting untuk mengamati bahwa kesatuan yang dimaksud
di sini bukanlah kesatuan secara organisasi, tetapi kesatuan organis (dalam satu tubuh). [Catatan:
Kesatuan yang dimaksud di sini pasti lebih daripada kesatuan rohani saja. Kesatuan itu harus
cukup jelas kelihatan sehingga dunia ditantang untuk percaya kepada Yesus] [kutipan dari Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, terj. (Jakarta: BPK-GM, 1996), hlm. 44].
2.3. Kesatuan dalam misi terhadap dunia (ayat 21, 23)
Doa Yesus dalam Yohanes 17 menjelaskan maksud Yesus bagi kelompok murid-murid-Nya.
Terdapat bukti yang kuat bahwa Yesus memandang ke depan pada kesinambungan misi-Nya
melalui murid-murid itu. Kata-kata dalam Yohanes 17:18 khususnya membandingkan misi yang
diberikan kepada Anak dengan misi yang diberikan kepada murid-murid (“Sama seperti . . . “).
Murid-murid sebagai suatu kelompok ditugaskan untuk melanjutkan tugas misi. Mereka tidak
dapat mencapai tugas itu bila mereka bekerja sendiri-sendiri. Penekanan pada kesatuan dalam
Yohanes 17 memperlihatkan betapa diperlukannya perhimpunan yang bersifat lembaga untuk
kesinambungan misi Yesus. Tujuan bersama dari semua murid sangat membantu untuk mem-
buat perasaan kesatuan [kutipan dari Ibid., hlm. 47].
3. Mengapa dan Untuk Apa?
Mengapa orang-orang percaya perlu bersatu? Karena Yesus dan Sang Bapa adalah satu.
Ini harus dicerminkan oleh para murid Yesus melalui kesatuan/persatuan mereka. Nasihat
Paulus dalam Gal 5:15 perlu diperhatikan.
Ilustrasi: Suatu suku terpencil di India, yang anggotanya mencapai hampir lima juta orang, tertarik
menjadi Kristen. Kepala suku mengundang para penginjil agar mau datang membimbing
mereka. Betapa kagetnya, ketika kemudian ternyata bahwa para penginjil itu berasal dari
berbagai gereja. Diam-diam mereka ternyata saling bersaing untuk membimbing warga
suku itu untuk menjadi warga gereja mereka masing-masing. Karena khawatir bahwa su-
kunya akan terpecah-pecah ke dalam berbagai gereja yang saling bersaing, maka setelah
berunding dengan para sesepuh sukunya, akhirnya kepala suku itu merubah niatnya: ia
dan warga sukunya batal menjadi orang-orang Kristen. Para penginjil diminta mening-
galkan daerah mereka (Sumber: Anon.).
Untuk apa orang-orang Kristen perlu dan harus dapat bersatu? Baca ayat 21 dan 23.
- - - NR - - -
07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar