(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Konteks:
Yes 26:7-19 (“A Prayer of Entreaty and Trust”) Penggalan ini dimulai dengan pernyataan/seruan keyakinan akan kebenaran/keadilan Yahweh (ayat 7). Lalu dimulai dengan ayat 8 tersirat keluhan, bahkan protes, dari umat dan memohon Yahweh agar bertindak tegas (ayat 9, 11b) dalam mewujudkan kebenaran/ keadilan. Ini muncul dari apa yang mereka lihat dan alami, seperti yang diketengahkan dalam ayat 10-11 --- “Seandainya orang fasik dikasihani, ia tidak akan belajar apa yang benar . . . Ya Tuhan, tanganMu dinaikkan, tetapi mereka tidak melihatnya.” Dalam ayat 12-15 kembali disuarakan keyakinan mereka bahwa Allah akan memberikan mereka damai sejahtera. Walaupun mereka pernah tunduk pada tuan-tuan/ilah-ilah lain, tetapi hanya Yahwehlah yang mereka akui dan masyhurkan. Dalam ayat 16-18 kembali disua- rakan keluhan kesesakan umat. Mereka merasakan kesakitan bagaikan seorang perempuan yang akan bersalin. Akhirnya ayat 19 menyuguhkan jawaban: “Ya, Tuhan, orang-orangMu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula.” Tersirat dalam ayat ini pertanyaan tentang bagaimana “nasib” orang-orang yang telah mati dalam masa penantian, yang menaruh pengharapan kepada Tuhan, namun tak sempat terpenuhi semasa hidup mereka. Apakah “nasib” mereka akan sama dengan orang-orang yang tak benar? Berdasarkan ayat 19 ini, jawabannya jelas: Tidak! Jadinya ayat ini memaklumatkan kebangkitan orang-orang yang benar dan dengan itu merupakan pernyataan paling dini tentang kebangkitan orang mati dalam Alkitab [Sumber: Peake’s Commentary on the Bible (London: Thomas Nelson, 1972), p. 507 dan Barry Webb, The Message of Isaiah (Leicester, England: IVP, 1997), p. 111].
2. Kebangkitan apakah yang Yesaya maksudkan?
Bisa saja kita langsung beranggapan bahwa yang dimaksud oleh Yesaya adalah kebangkitan orang-orang benar (bnd. Dan 12:2; 1Kor 15:51-52) pada hari-hari terakhir. Namun kalau diamati dari konteksnya, di mana Yesaya menyuarakan keluhan umat Yehuda sehubungan dengan penderitaan mereka, maka kita juga bisa beranggapan bahwa disini Yesaya berbicara tentang kebangkitan dalam arti restorasi umat Yehuda [Sumber: Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: 2003), p. 1014]. Informasi: Di dalam PL juga sudah ada harapan akan kebangkitan orang mati . . . , sekalipun gambaran orang beriman mengenai maut adalah suram sekali. . . . Hal itu semua- nya menjadikan orang saleh takut akan mati. Mereka berharap jangan sampai ma- ti pada pertengahan umur hidupnya (Mzm 102:24,25), dan mereka yakin, bahwa umur orang jahat disingkatkan (Ams 10:27). . . Sekali pun demikian, di dalam PL ada keyakinan bahwa keadaan orang di da- lam alam maut itu tidak sama. . . . Mati bukannya dipandang sebagai suatu nasib yang tak dapat diatasi. Tuhan adalah Allah yang hidup, yang lebih kuasa daripada maut dan alam maut . . . Kuasa Tuhan itu akan dinyatakan di dalam Ia akan me- nelan maut dengan kemenangan (Yes 25:8), menghidupkan kembali orang ber- iman dan membangkitkan jenazahnya (Yes 26:19), sehingga mereka akan gemer- lapan seperti terang cuaca di langit kekal selama-lamanya (Dan 12:2.3) [kutipan dari Haroen Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1973), hlm 386 dst.]. There are two Old Testament passages, both of them in the prophets, which explicitly speak of the resurrection of the body. The first of these is Isaiah 26:19 . . . Isaiah here contrasts the future lot of the believing dead . . . with the lot of Judah’s enemies, about whom he had spoken in verse 14 . . . Isaiah 26:19, therefore, speaks only about the future bodily resurrection of believers --- specifically of believers among the Israelites [kutipan dari Anthony A. Hoekema, The Bible and the Future (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1979), p. 245]. . . . about man’s personal future [in the Old Testament] . . . One can refer to Isa. 26:19 and Dan. 12:2, and possibly to Ps. 16:9-11; 49:16; 73:25f. Very likely all those statements are from a rather late phase of OT covenant history. At first the individual person was only a part of the nation as a totality, and only gradually did he become detached from it. Until NT era, the promise concerning the individual person remained a matter of dispute (Matt. 22:23; Acts 23:8); the decisive answer was only given in Jesus’ resurrection (1 Cor. 15:12-22) [kutipan dari Hendrikus Berkhof, Christian Faith, trans. (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1983), p. 485]. In connection with the coming Day of the Lord the Old Testament prophets also envisioned the resurrection of both the righteous and the unrighteous (Job 19:25-27; Ps. 73:24-25; Isa 26:19; Dan 12:2; see Matt. 22:29-32; Heb. 11:10, 13- 16, 19) and a judgment to follow (Ps. 50:4-6; Eccles. 12:14; Mal. 3:2-5). All of these things loomed on the horizon for the Old Testament believers who had neither a clear understanding of when these things would come to pass nor a complete blueprint of how these events would all be related temporally to each other. Even the prophets themselves, Peter informs us, “searched intently and with the greatest care, trying to find out the time and circumstances to which the Spirit of Christ in them was pointing when he predicted the suffering of Christ and the glories that would follow.” But Peter also states that at least this much was revealed to them --- “that they were not serving themselves but [the faithful of a coming age], when they spoke of the things that have now been told . . . by those who have preached the gospel . . . by the Holy Spirit sent from heaven” (1 Pet. 1:10-12) [kutipan dari Robert L. Reymond, A New Systematic Theology of the Christian Faith (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson, 1998), p. 988].
3. Untuk Diskusi
Pertanyaan: Hiburan apakah yang saudara dapat dari kebangkitan daging? [kutipan dari Pengajaran Agama Kristen (Katekismus Heidelberg), “Pertanyaan Minggu ke-22”, terj. (Jakarta: BPK-GM, 1982), hlm. 37]. (Untuk jawabannya, lih. Ibid.) - - - NR - - -
19 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar