(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar
Seperti yang sering Paulus lakukan dalam surat Roma ini, di sini sekali lagi ia memberikan suatu argumentasi dalam perdebatannya melawan penentang yang dikhayalkan. Pokok per- debatan itu timbul dari kalimat terakhir dari pasal yang lalu: “. . . di mana dosa bertambah ba- nyak [5:20], di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.” Perdebatan [khayalan] itu ber- langsung demikian: Penentang: Kamu baru saja mengatakan, bahwa kasih karunia Allah cukup besar untuk memberi pengampunan untuk setiap dosa. Paulus : Begitulah. Penentang: Dengan demikian kamu mengatakan, bahwa kasih karunia Allah adalah sesuatu yang amat ajaib di bumi ini. Paulus : Begitulah. Penentang: Baiklah, marilah kita berbuat dosa. Makin banyak kita berbuat dosa, makin ber- tambahlah kasih karunia itu dilimpahkan. Berdosa itu tidak apa, karena Allah akan selalu mengampuni. Selanjutnya bisa kita katakan, bahwa dosa adalah hal yang baik, karena itu memberi kesempatan kasih karunia Allah dinyatakan. Ke- simpulan dari argumentasimu ialah, dosa menghasilkan sesuatu yng termulia di dalam dunia ini. Paulus sangat menentang pandangan seperti itu. Ia bertanya: “Apakah kamu berpendapat, bahwa seharusnya kita tetap berbuat dosa agar supaya memberikan lebih banyak kesempat- an kasih karunia dinyatakan? Allah melarang kita melakukan jalan yang seperti itu” [kutipan dari William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Roma, terj. (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 127f.]. Informasi: Some people misunderstand this good news about a new life. They say that if God forgives us freely, then we can live as we like. But they do not know what it means to be “in Christ”. It means that what happened to Christ has happened also to us. He died on the cross --- we also died, we were buried, we have been raised with Him to a new kind of life, as our baptism shows us. We are not what we were. Now we belong to God, not to sin. Sin, which used to control us without our realizing it, has been conquered. Christians need to know this and to fight against anything of sin which remains in them [kutipan dari Roger Bowen, A Guide to Romans (London: SPCK, 1978), p. 81].
2. Eksposisi
Seperti sudah disinggung sedikit di muka, pasal ini dikaitkan dengan pasal-pasal sebelumnya dalam tiga pokok: [1] Pertanyaan dalam ayat 1 muncul dari pandangan yang diketengahkan dalam 5:20b: “di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah”. Dalam pasal 6 inilah Paulus meluruskan kembali salah paham yang muncul dari pernyataan tadi. Jadinya 5: 20b dapat dianggap sebagai jembatan penghubung ke pasal 6 sekarang ini. [2] 5:12-21 menjadi landasan untuk ajaran Paulus tentang berada di “dalam Kristus”. Da- lam pasal 6 ini Paulus kembali menjelaskan pokok ini secara panjang-lebar. Jadinya tanpa membaca penggalan dari pasal 5 di atas, kita akan agak tersendat-sendat mengikuti uraian Paulus dalam pasal 6 ini. [3] Dalam 5:15-19 Paulus menguraikan bagaimana kita telah menjadi suatu keluarga baru dalam Kristus, bahkan menjadi “ciptaan baru”. Hubungan kekerabatan yang lama, ‘oleh A- dam’, telah berakhir. Dalam pasal 6 sekarang ini kenyataan tadi diutarakan dalam ungkapan- ungkapan “manusia lama kita telah turut disalibkan” (6:6) dan “kita telah mati” (6:2).Di sisi lain Paulus juga menyatakan bahwa kita terikut-serta dalam pembangkitan Kristus (ayat 4) dan bahwa kita “hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (ayat 11). Sebagaimana kita terikut-serta dalam dosa dan penghukuman Adam, maka sekarang kita pun terikut-serta dalam kematian dan hidup baru dengan Kristus. Melalui ungkapan “mati bagi dosa” (ayat 2) kita diantar masuk ke pasal 6 sekarang ini. De- ngan itu pula Paulus mengetengahkan kebebasan yang kedua: kebebasan dari dosa [kebebas- an pertama ialah dari hukum/Taurat]. Pokok ini sangat penting dipahami, kalau kita mau hidup sebagai orang Kristen [Sumber: Ibid.]. Informasi: Agar kita memahami ayat-ayat ini [6:1-14] dengan tepat, harus kita perhatikan bahwa istilah ‘mati’ dan ‘bangkit’ itu dipakai dengan pengertian yang berbeda- beda. Pembedaan itu akan membantu kita mencegah salah paham bila kita mengartikan perkataan Paulus dalam ayat-ayat yang menyusul. (1) Orang Kristen telah mati bagi dosa dalam pandangan Allah, yaitu saat Kristus mati bagi mereka pada salib. Begitu pula mereka telah bangkit bersama Kristus ketika Ia bangkit pada hari ketiga (bnd. Kol 3:1). (2) Mereka telah mati dan dibangkitkan dalam pembaptisan yang telah mereka terima. Dalam pembaptisan itu Allah memeteraikan bahwa Dia memandang kema- tian Kristus sebagai kematian mereka, dan kebangkitan Kristus sebagai kebangkit- an mereka. Di dalamnya orang Kristen menyatakan kepercayaan mereka akan ka- sih karunia Tuhan itu. (3) Orang Kristen dipanggil untuk dalam kehidupan sehari-hari ‘mematikan’ tabi- at mereka yang tetap cenderung pada dosa, dan menempuh kehidupan yang baru dalam ketaatan kepada Tuhan. (4) Mereka akhirnya akan sepenuhnya ‘mati bagi dosa’ pada saat kematian me- reka, dan akan bangkit untuk menerima kehidupan yang baru, yang tak dapat di- ganggu-gugat lagi, pada saat kedatangan kembali Yesus Kristus. Keempat sudut pandangan ini berbeda-beda, namun terjalin, sebab sama-sama bertolak dari karya keselamatan Tuhan. Karya keselamatan itu berpangkal dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan akan berakhir dengan kedatangan-Nya kem- bali, yang disusul oleh kebangkitan kita dalam kemuliaan yang baru (1 Kor 15) [ku- tipan dari Th. Van den End, Tafsiran Alkitab, Surat Roma (Jakarta: BPK-GM, 2003), hlm. 297f.]. 2.1. Ayat 4: Ayat ini menggambarkan persekutuan antara orang percaya dengan Kristus, yang telah tercipta oleh ‘baptisan ke dalam kematian-Nya’ (ayat 3). Persekutuan itu diungkapkan dengan kata-kata kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia. Dalam penafsiran kiasan singkat . . . seorang yang telah meninggal . . . [sanak- saudara dan handai taulan] menurunkannya ke dalam liang kubur, lalu [mereka] meninggalkan tempat itu --- pada sat itulah kita mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa si mati itu tidak lagi bersama kita. Begitu pula pembaptisan, yang menurut ayat 3 adalah baptisan (ke) dalam kematian, sekaligus merupakan perpi- sahan yang tuntas dengan kehidupan kita yang lama, manusia kita yang lama [kutipan dari Ibid., hlm. 303f.]. 2.2. Ayat 11: “memandang” merupakan terjemahan dari kata Yunani logizesthai. Istilah ini dipakai juga dalam 4:3 dan diterjemahkan “memperhitungkan”. Dalam 2 Kor 10:2 diterjemahkan “berpendapat”. Dalam ayat 11 ini artinya tidak sekedar “berpenda- pat”, tetapi “memperhitungkan” (Inggris: consider, understand). “Christian’s first duty is to understand what has happened to us . . . what [we] are in Christ. Kita telah mati bagi dosa bersama Kristus dan kita hidup bagi Allah, juga bersama Kristus. Ini adalah keyakinan iman. Dan keyakinan iman tersebut diungkapkan oleh kata kerja “memandang/memperhitungkan” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Bo- wen, op. cit., p. 85].
3. Excursus
Jangan Simpan John Geddie, misionaris dari Kanada, memberi diri untk memberitakan Injil di Kepulauan Vanuatu, Samudra Pasifik bagian Selatan. Sejak ia datang, hanya satu hal yang dilakukannya setiap hari: berbagi tentang Kristus yang telah mati dan bangkit bagi orang-orang Vanuatu yang belum pernah mendengarnya! Perjuangannya berpuluh-puluh tahun di sana berbuah nyata. Geddie yang mempelajari bahasa mereka dari nol, akhirnya berhasil menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Vanuatu. Dengan itu, ia telah membawa ribuan orang untuk mengenal, percaya, serta mengikut Kristus. Geddie setia melayani di pulau itu hingga akhir hayatnya. Saat ia meninggal, orang-orang memasang plakat peringatan bagi Geddie di gereja mereka, yang bertuliskan: “Ketika Geddie datang dan mendarat pada tahun 1848, di sini tidak ada orang kristiani. Ketika ia berpulang pa- da tahun 1872, di sini tak ada orang yang tidak mengenal Kristus”. Percaya bahwa Kristus menyelamatkan kita lewat pengurbanan-Nya, adalah langkah pen- ting yang pertama (Rm 10:9). Lalu, bila jiwa kita sudah diselamatkan, pantaskah kita berdiam diri? Paulus dan Geddie telah merasakan anugerah yang tak terukur melimpahi dan membaha- rui hidup mereka. Itu sebabnya dengan yakin mereka mengambil langkah kedua: menceritera- kan kebangkitan Kristus kepada mereka yang belum mendengar tentang Kristus (Rm 10:14, 15), agar mereka menemukan pengharapan bagi jiwa. Setiap hari, pasti ada seseorang yang perlu mendengar kabar baik tentang Kristus. Yesus telah mati untuk semua orang (Rm 10:12). Adakah kita hendak menyimpannya untuk diri sendiri? --- AW [kutipan dari Renungan Harian (Yog- yakarta: Yayasan Gloria, Rabu, 26 Maret 2008]. -
- - NR - - -
24 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar