(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar
Dengan merenungkan Kitab Suci dalam terang sengsara dan kebangkitan, pengarang Surat kepada orang Ibrani menyadari bahwa imamat yang lama mencapai kepenuhannya dalam Yesus Kristus dan ia menunjukkan kepada kita hubungan antara Harun dan Kristus dalam bentuk kesamaan dan kesinambungan. Inilah yang ditekankan dalam bab sebelumnya. Namun demikian, hubungan ini tidak secara penuh menerangkan imamat Kristus. Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar. Pengarang surat sadar sepenuhnya akan perbedaan- perbedaan ini dan tidak ragu-ragu untuk berbicara mengenai imamat yang berubah (7:12). [ . . . ] Ada kesinambungan yang sungguh-sungguh; namun selalu ada perbedaan-perbedaan dan pada titik tertentu ada perbedaan yang mendasar dan tampak dari sana adanya peningkatan ke tingkat yang lebih tinggi. Apa yang berlaku bagi sejarah penyelamatan, dalam kadar terten- tu berlaku juga bagi tahap-tahap kehidupan rohani kita. Dalam hubungan dengan imamat Kristus, perbedaan-perbedaan itu tidak kecil. Perbedaan -perbedaan itu bahkan ditekankan dalam bagian-bagian yang menunjukkan kesamaan. Defini- si imam besar (5:1-4) dan penerapannya pada Kristus (5:5-10) tidak persis cocok dalam hal kegiatan pengorbanan [kutipan dari Albert Vanhoye, Kristus Imam Kita menurut Surat kepada Orang Ibrani, terj. (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 37f.].
2. Eksposisi
2.1. Imamat yang lama perlu diganti dengan imamat yang baru (7:11-19) Ayat 7:11: “. . . andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan . . . apakah sebabnya masih perlu seorang yang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut peraturan Melkisedek . . .?” Pikiran penulis berkembang dari pokok pembicaraan tentang imamat Melkisedek kepada keempat hal berikut ini: Dengan adanya imamat Melkisedek terbukti bahwa imamat Lewi tidak memadai. Bahwa Yesus berasal dari suku Yehuda [dan bukan dari suku Lewi] berarti Ia berada di luar imamat Lewi. “Untuk selama-lamanya” mengenai imamat Melkisedek membukti- kan bahwa imamat Lewi tidak dapat bertahan seterusnya. Dengan adanya imamat yang baru berarti seluruh hukum Taurat harus diganti dengan sistem hukum yang baru karena imamat Lewi tidak dapat dipisahkan dari hukum Taurat. Dengan mengemukakan hal-hal tersebut terbukti bahwa hukum Taurat sudah diganti dengan suatu pola yang baru. Ini sesuai dengan yang dikata- kan oleh Rasul Paulus dalam 2 Korintus 3:7-11 di mana hukum Taurat dika- takan pudar. Di sini istilah “Perjanjian Baru” tidak dipakai, tetapi gagasan tersebut tersirat dalam semua diskusi ini [kutipan dari Dave Hagelberg, Tafsiran [Surat] Ibrani (Bandung: YKH, 1999) hlm. 41f.]. Informasi: . . . pengarang membaca kembali kalimat-kalimat yang terdapat dalam Kitab Kejadian yang berhubungan dengan Melkisedek (Kej 14:18-20; Ibr 7:1-3). Oleh karena cara Melkisedek diperkenalkan dalam kisah tersebut, penga- rang tidak menemukan kesulitan untuk mengenal dalam diri Melkisedek, pre-figurasi Kristus mulia, raja dan imam, yang lebih besar daripada Abra- ham (7:6-7 bdk. Yoh 8:58) dan dengan demikian juga lebih besar daripada imam-imam Yahudi. Kuasa imamat Kristus tidak disebabkan Ia termasuk dalam keluarga imam [ingat: Yesus bukan dari suku Lewi]. Kuasa itu dimiliki karena Ia mempunyai kehidupan abadi (7:16), hidup Putra Allah, hidup yang berkat sengsara-Nya, mekar dalam kemanusiaan-Nya yang mulia (7:3,28). Maka hubungan Kristus mulia dengan Bapa-Nya sama sekali melebihi imam besar dengan Allah [dalam cara dan pemahaman] yang lama [kutipan dari Vanhoye, op. cit., hlm. 41]. When the writer to the Hebrews says that the people became a people of the law on the basis of the Levitical priesthood, he means that without the Levi- tical sacrifices to atone for breaches of it, the law would have been complete -ly impossible. But, in fact, the system of Levitical sacrifices had proved in- effective to restore the lost fellowship between God and man. So then a new priesthood was necessary, the priesthood after the order of Melchizedek [ku- tipan dari William Barclay, The Daily Study Bible, the Letter to the Hebrews (Edinburgh: the Saint Andrew, 1987), p. 78].
2.2. Imam yang baru lebih baik daripada imam yang lama (7:20-28). Dengan mengemukakan “sumpah” yang diucapkan Allah, penulis membuktikan bah- wa Imam yang baru lebih baik daripada imam yang lama. Ia juga mengingatkan para pembaca bahwa Dia yang menjadi Imam Besar itu adalah “sempurna”, dan tidak seperti imam-imam yang perlu ditebus dari “dosa” mereka sendiri [kutipan dari Hagelberg, op. cit.]. Informasi: Imamat Kristus tidak mengandung kelemahan yang terdapat dalam ima- mat yang lama. Imam-imam Yahudi tidak berubah sesudah pengangkatan mereka. Kelemahan-kelemahan mereka tetap ada dalam diri mereka seperti sebelum diangkat (7:28). Mereka adalah makhluk yang dapat mati dan kema- tian mengakhiri peranan mereka (7:23). Meskipun secara ritual mereka dipi- sahkan dari orang-orang berdosa, mereka sendiri sebenarnya juga orang ber- dosa yang tidak mampu untuk dekat dengan Allah (9:8-10). Kemanusiaan Kristus seutuhnya diperbaharui lewat sengsara yang membawa-Nya kepada kemuliaan. Tidak lagi dapat dicemarkan oleh kelemahan. Kristus yang bangkit tidak mati lagi, dan oleh karena itu imamat-Nya juga tidak akan berakhir dan noda tidak menyentuh-Nya lagi (7:26) [kutipan dari Vanhoye, op. cit.]. Sumpah berfungsi untuk menjamin kebenaran dari apa yang dinyatakan se- seorang. Untuk Allah sebenarnya sumpah tidak dibutuhkan, karena Ia tak mungkin berbohong. Jadinya kalau Allah sampai bersumpah (ayat 21), itu berarti bahwa pernyataan yang disampaikan-Nya itu dengan sumpah adalah sungguh-sungguh amat sangat penting. Dengan itu jelaslah bahwa keimamat- an Kristus tak akan pernah berakhir. Dan di sini pulalah letak perbedaannya dengan ke-imamat-an para imam Yahudi. Kematian mengakhiri peranan me- reka (7:23) [Sumber: Barclay, op. cit., p. 80]. Ayat 22 : Justru karena ke-imamat-an Kristus itulah maka “Yesus adalah jaminan [RSV: “surety”] dari suatu perjanjian yang lebih kuat.” Informasi: Hanya di sini sajalah istilah “jaminan” dipakai dalam Perjanjian Baru. Perlu dipahami bahwa gagasan “jaminan” disini bukanlah berarti bahwa Yesus menjadi “jaminan” kita di hadapan Allah. Justru sebaliknya, Yesus-lah yang menjadi “jaminan” dari Allah bagi kita. “Jesus is God’s surety to us! . . . By all that Jesus was and is, by all the clean strength of the Man, by all the deep wisdom of the teaching, by all the completeness of his sacrifice, Jesus is the guarantee of God to man. He is himself God’s pledge that the covenant will not be broken [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari The Interpreter’s Bible, Vol. XI (Nasville, Tenn.: Abingdon, 1955), “Exposition”, p. 670].
3. Excursus MELKISEDEK.
Ibrani malki-tsedeq, artinya ‘Sedek ialah raja (ku)’ atau seperti dalam Ibr 7:2 ‘raja kebenaran’. Dia raja Salem (mungkin kota Yerusalem) dan imam ‘Allah Yg Mahatinggi’ (‘el ‘elyon), yg menyongsong Abram sekembalinya dari perang melawan Kedorlaomer dan sekutu-sekutunya. Melkisedek memberi Abram roti dan anggur, memberkati dia dalam Nama Allah Yg Mahatinggi, dan menerima dari Abram sepersepuluh rampasan dari tangan musuh (lih Kej 14:18 dab). [ . . . ] Dalam Mzm 110:4 seorang raja keturunan Daud ditetapkan dengan sumpah menjadi ‘imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek’. Latar belakang penetapan ini terdapat dalam hal penaklukan Yerusalem oleh Daud kr thn 1000 sM, dan berdasarkan ini Daud dan keturunan- nya menjadi ahli waris atas jabatan imam-raja dari Melkisedek. Raja yg ditetapkan dengan cara demikian disebut oleh Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud (Mrk 12:35). Jika Yesus ialah Mesias, anak Daud, Dia harus menjadi ‘imam untuk selama- lamanya menurut Melkisedek’. Kesimpulan yg tak terelakkan ini diambil oleh penulis Ibr, yg mengembangkan temanya tentang keimamatan Tuhan Yesus di sorga berdasarkan Mzm 110:4, dengan penjelasan dari Kej 14:18 dab; di situ Melkisedek tampil dan menghilang tiba- tiba tanpa keterangan tentang kelahirannya atau kematiannya, asal nenek moyangnya atau keturunannya, dalam suatu cara yg menjelaskan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari Abram, dan tanpa disebut-sebut dari keimaman keturunan Harun sebagai keturunan Abram. Maka dengan itu ditetapkan bahwa keimaman Kristus lebih tinggi dari keimaman Lewi zaman PL (Ibr 5:6-11; 6:20-7:28). Suatu naskah (yg robek) dari Gua 11 di Qumran . . . menggambarkan Melkisedek sebagai Hakim yg ditentukan Allah di pengadilan sorgawi, atas dasar Mzm 77 dab; 82:1 dab . . . [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, 1995), hlm 50]. - - - NR - - -
19 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar