Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Latar Belakang Perikop
Sampai dengan ayat 20 dari fasal 22, kita disuguhi dengan pidato Paulus kepada orang-orang Yahudi yang justru berniat membunuh dia. Dalam garis besarnya pidato Paulus tsb. dapat di- bagi ke dalam tiga bagian: [1] Ayat 3-5 : Asal-usul dan pendidikan Paulus. [2] Ayat 6-16 : Pertobatan Paulus. [3] Ayat 17-21: Panggilan Tuhan untuk menginjili orang-orang bukan-Yahudi. Paulus diamankan oleh kepala pasukan Romawi di dalam markas sampai dia dapat diadili (ayat 23-29). Setelah kepala pasukan tahu bahwa Paulus adalah warga negara Roma, ia jadinya ditahan secara wajar dan sopan. Komandan itu belum mengetahui apa persoalan Paulus sebenarnya. Ketika sebelum ini Paulus berbicara kepada khalayak ramai, Paulus berbicara dalam bahasa Ibrani. Bahasa ini tidak dipahami oleh si komandan. Didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya, si koman- dan menyuruh Paulus dan orang Yahudi berhadapan muka dengan muka. Memenuhi perintah tsb. diadakanlah Mahkamah Agama. Informasi: Pada akhir fasal 21 Paulus ditahan oleh serdadu-serdadu Roma itu agar ia dapat diaman- kan dari tangan orang Yahudi. Dari situ sampai akhir Kisah Para Rasul ini Paulus tetap berada dalam tahanan. Diduga bahwa peristiwa dalam fasal 21 terjadi kira-kira pada permulaan tahun 57 Masehi. Pada akhir fasal 28 Paulus sudah tiba di Roma dan tinggal di situ selama 2 tahun. Maka Kisah Para Rasul ini berakhir kira-kira pada tahun 61 Masehi. Jadi Paulus ditahan paling sedikit 4 tahun dan kemungkinan besar hampir 5 tahun ia ditahan. Selama tahanan ini Paulus bersaksi kepada: 1) Rakyat Yerusalem, 2) Kepala pasukan dan prajurit-prajurit Roma, 3) Mahkamah Agama orang Yahudi bersama Imam Besarnya, 4) Gubernur daerah Yudea --- Feliks, 5) Gubernur yang menggantikan gubernur itu --- Festus, 6) Agrippa II, raja propinsi Iturea, Trakhonitis dan Abilene, 7) Perwira dan pasukan Roma beserta penumpang-penumpang di kapal-kapal laut yang membawa Paulus ke Roma, 8) Kepala pulau Malta, 9) dan lain-lain. (Sumber dan kutipan dari R. Dixon, Tafsiran Kisah Para Rasul (Malang: Gandum Mas, 1997), hlm. 164].
2. Eksposisi
Dari fasal 23 bacaan kita sekarang ini, kita disuguhkan dengan pembelaan Paulus di depan Mahkamah Agung, berikut akibat-akibatnya. Ayat 1 --- Paulus mengatakan bahwa ia hidup dengan hati nurani yang murni. Dalam fasal 24:16 Paulus mengulangi kesaksian itu. Maksudnya: bukan Paulus sempurna dalam wataknya tetapi menurut Filipi 3:6 “dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat . . . .” Menurut 1 Korintus 4:4 dan ayat-ayat lainnya kita lihat bahwa Paulus masih merasa dirinya sebagai orang berdosa [kutipan dari Ibid.]. Refleksi: Free to Be Honest The foundation of a believer’s witness must be honesty. If we can be open with God about our own sinfulness (Ps. 51) and our continuing struggle with sin (Rom. 7:14-8:1), we won’t be prone to mislead others about sin and faith. God knows we aren’t sinless and He calls us to be honest (1 John 1:8). As Paul stood before the hostile Jewish council, he could honestly declare that he had a clear conscience (Acts 23:1). He said the same thing later when he and his accusers appeared before Governor Felix (Acts 24:16). That gave him tremendous freedom and boldness, even though his powerful opponents were hostile and wrong. Honesty and a clear conscience are not the same as perfection. Paul was by no means perfect, just honest about his failures. He apologized, for example, after lashing out in anger (Acts 23:5). But he was real. He didn’t cover up in an attempt to look good as a Christian witness. Jesus does not ask us to project an impossibly perfect image. That would be a lie. Instead, He challenges us to admit our failures. He also delights in forgiving us when we do (Mark 11:25). If we can be honest about ourselves with others, it can give them hope for their own failings and turn them toward our gracious God [kutipan dari What Does the Bible Say About . . .? (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson, 2001), p. 202]. Ayat 2 --- Ananias, Imam Besar, A.D. 47-58/9. Informasi: Imam Besar itu dikenal sebagai seorang yang buruk wataknya dan sangat dibenci rakyat. Mahkamah agama ini tidak lain dari majelis yang menjatuhkan hukuman mati atas Tuhan Yesus dan Stefanus. Sejak kematian Tuhan Yesus itu telah berlalu 28 tahun dan oknum- oknum yang berkuasa di Mahkamah Agama ini tentu sudah banyak berobah. Akan tetapi sifat dewan ini masih buruk. . . . Pada tahun 66 [Ananias] dibunuh oleh orang-orang Yahudi yang memberontak terhadap Roma. Nubuat Paulus dalam ayat ketiga digenapi [kutipan dari Dixon, op. cit.]. Ayat 3-5 --- “tembok yang dikapur putih-putih” (Inggris: “whitewashed wall” [NIV]), sebuah ungkapan yang menuduh/memaki Imam Besar sebagai seorang yang munafik (bnd. Mat 23:27). Rupanya Paulus tidak tahu siapa Imam Besar itu. Soalnya Paulus sudah lama tidak ada di Yerusalem dan pemerintah Roma suka menggantikan Imam Besar dari waktu ke waktu. Oleh karena pertemuan ini disuruh oleh kepala pasukan barangkali Imam Besar tidak berpakaian resmi [Sumber: Dixon, ibid.].
Refleksi:
Tentulah timbul pertanyaan, apakah Paulus tidak melanggar batas. Bahwa ia kemudian minta maaf ternyata bahwa memang ia telah melewati batas. Dalam hubungan ini kita teringat juga kepada perkara terhadap Juruselamat kita, yang tentangnya Petrus menulis dalam 1 Pet 2:23. Secara manusia dapat dimengerti ketajaman [mulut] Paulus. Tetapi menyumpah dan memaki tidaklah termasuk kewenangan Paulus [kutipan dati H. v. d. Brink, Tafsiran Alkitab: Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 359f.]. Ayat 6-10 --- Sehabis ditampar Paulus tidak melanjutkan pembelaannya. Ia mengapungkan doktrin “kebangkitan orang mati”, seperti yang diyakininya, yang membuat persidangan itu pecah terbelah. Orang-orang Farisi memihak Paulus, sedangkan orang-orang Saduki menolak dan menentang ajaran itu. Informasi: At all events two things stand out in the sequel: (i) Paul henceforth addresses the Pharisees by appealing to a doctrine which they and he as a Christian shared --- the resurrection of the dead (denied by Sadducees, the high-priestly party, 4.1,2; Mark 12,18, etc.), and in response he gains the approval of this part of the Jewish legislature (9). (ii) In the subsequent outworking of his relations with the Jewish leaders, his main enemies are the Sadducees (23.14) [kutipan dari R.P. Martin, Bible Study Books: Acts (London: Scripture Union, 1967), p. 75].
4. Refleksi
Ada sesuatu mengenai Injil Yesus Kristus yang terkadang menimbulkan ketakutan dalam diri orang-orang yang kepadanya Injil itu hendak membawa pengharapan. Yesus membawa kabar baik ke Yerusalem dan akibatnya, Ia pun dibunuh. Orang Kristen yang mengikuti teladan-Nya [a.l. Paulus] mendapati bahwa perkerjaan mereka yang baik dibalas dengan aniaya, penderitaan, dan bahkan kematian. Keberadaan kita yang penuh kemenangan di tengah umat Allah bisa menimbulkan rasa takjub, takut, aniaya, dan suka cita [cuplikan dari Saat Teduh, Minggu, 9 Apr 2006 (Jakarta: BPK-GM)].
- - - NR - - -
24 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar