PENCURAHAN ROH DI KAISAREA
(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pertanyaan pertama yang perlu dimunculkan ialah mengapa Petrus yang diutus Tuhan ke Kaisarea? Bukankah di sana sudah ada Filipus (8:5) yang sudah lebih duluan mengabarkan Injil di sana? Mengapa justru Petrus yang harus jauh-jauh datang dari Yerusalem? Pemba- caan dari perikop kita hari ini menyiratkan bahwa Allah ingin merontokkan “tembok pemisah rasial” dalam hati Petrus.
2. Cukup menarik untuk memperbandingkan pandangan/sikap Petrus kepada Kornelius dengan pandangan/sikap Tuhan sendiri kepada Kornelius. PETRUS terhadap KORNELIUS ALLAH terhadap KORNELIUS * Kornelius tinggal di Kaisarea [wilayah * Kornelius adalah seorang yang “orang kafir”], markas tentara yang saleh (10:2). penjajah Romawi (10:1) * Perwira pasukan pendudukan Romawi * Takut akan Allah termasuk seisi (10:1). rumah/keluarga-nya (10:2). * Dari pasukan Italia --- semuanya orang * Penyumbang besar bagi orang- Italia --- “orang-orang asing” (10:1). orang miskin (10:2). * Jadinya bukan orang Yahudi (10:1). * Seorang yang tekun berdoa. Doa dan sedekahnya berkenan di hadirat Tuhan (10:2, 4). * Karena itu dianggap najis, sama * Patuh dan hormat kepada ma- seperti binatang-binatang bagi orang- laikat Tuhan (10:7-8). orang Yahudi (10:11-16). * “Haram” untuk dikunjungi (10:28). * Dinyatakan tidak haram oleh Tuhan (10:15). * Tak bersunat; haram untuk makan * Amat mendesak untuk Petrus bersama (11:3). datangi (10:5. 19-20).
2.1. Untuk Petrus, dan sebagai seorang Yahudi sejati, apa yang diutarakan di atas seyogya- nya membuat Kornelius “tahu diri” untuk tidak mengundang Petrus datang ke rumahnya. Lebih tak pantas lagi bagi Kornelius untuk se-kepercayaan dengan orang- orang Yahudi. Harap disadari bahwa pandangan Petrus di atas merupakan pandangan rata-rata semua orang Yahudi pada jaman itu. Ketika menjadi Kristen adalah masih sangat sukar bagi mereka untuk melepaskan pandangan di atas, termasuk Petrus sendiri Jadinya betapa sukarnya pula bagi mereka untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi (Inggris: “Gentiles”), seperti a.l. Kornelius.
2.2. Betapa pandangan/sikap Tuhan bertolak belakang dengan pandangan/sikap Petrus tadi. Demi dan karena PutraNya, Allah mulai membuka pintu bagi orang-orang bukan Yahudi. Tuhan menghardik Petrus, kataNya: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (10:15; bnd. Mrk.7: 19). Karena Kristus, perwira itu, yang walaupun bukan orang Yahudi, dapat ditahirkan dari dosa dan dengan itu ia menjadi layak di hadapan Allah. Dengan itu pula “tembok pemisah rasial” di hati Petrus dirontokkan, ketika Roh Kudus dicurahkan juga kepada Kornelius dan orang- orang bukan Yahudi lainnya yang berkumpul di rumahnya saat itu (10:44-45). Topik untuk Diskusi (1): Pandangan/sikap Petrus di atas merupakan contoh dari pandangan/sikap eksklusif. Di mana letak perbedaan pandangan/sikap Petrus itu dengan pandangan/sikap saudara- saudara sebangsa kita yang melarang golongan Islam Ahmadiyah dan/atau menutup gedung-gedung gereja, bahkan disertai dengan tindakan kekerasan atau dengan ancaman?
3. Kisah Para Rasul melaporkan empat peristiwa pencurahan Roh Kudus, masing- masing dengan ke-khas-annya. Dalam Kis 2:1-4 Roh dicurahkan kepada (i) orang-orang Yahudi. Dalam Kis 8:15-17 kepada (ii) orang-orang di tanah Samaria. Dalam Kis 10:44 dst. kepada (iii) orang-orang bukan Yahudi (Inggris: “Gentiles”). Dalam Kis 19:6 kepada (iv) para pengikut Yohanes [Pembaptis].
Catatan: Bagi kita orang-orang Kristen di Indonesia, yang merupakan orang-orang bukan Yahudi, peristiwa pencurahan Roh di Kaisarea (Kis 10:44 dst.) pada dasarnya tak kalah pentingnya dengan peristiwa Pentakosta di Yerusalem (Kis 2:1-4). Mengapa demikian? Karena di Kaisarea-lah untuk pertama kalinya Roh Kudus dicurahkan atas orang-orang bukan Yahudi (10:45). Pentingnya peristiwa pencurahan Roh di Kaisarea juga didukung oleh kenyataan bahwa sebanyak dua kali peristiwa ini dituturkan dalam Kisah Para Rasul, yakni dalam (i) perikop bacaan kita, dan (ii) dalam 11:15 dst. Dan Kornelius? “[He] is the pagan saint par excellence of the New Testament,” demikian pernyataan Dr. Clark H. Pinnock [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Robert L. Reymond, A New Systematic Theology of the Christian Faith (Nash- ville, Tenn.: Thomas Nelson, 1998), p. 1090; huruf tebal oleh penulis].
4. Pertanyaan Petrus dalam ayat 47 hendaknya lebih banyak dipahami sebagai tantangan Petrus yang ditujukan khusus kepada orang-orang Yahudi Kristen yang menyertainya dari Yope (ayat 23 dan 45). Petrus mau menandaskan kepada mereka bahwa ternyata orang-orang tidak bersunat pun dihinggapi Roh Kudus, sama seperti yang dialami oleh orang-orang Yahudi yang bersunat pada peristiwa Pentakosta di Yerusalem sebelumnya. Tindakan “membaptis . . . dengan air” (ayat 47) merupakan akta simbolis yang menandai pelepasan dari kuasa kegelap- an dan dipindahkan/dialihkan ke dalam Kerajaan AnakNya (Kol 1:13). Catatan: Pemahaman di atas penting dihayati, justru karena saudara-saudara se-iman kita dari gereja-gereja aliran “Pantekosta” dan/atau golongan Karismatik merujuk, antara lain, pada peristiwa Kaisarea tsb. sebagai landasan untuk “keharusan” seseorang berusaha memperoleh baptisan Roh.
5. Ilustrasi.
Gary Dougherty, seorang Penginjil yang melayani di RBC Ministries di Grand Rapids, Michigan, sedang dalam perjalanan ke rumah dari gereja pada suatu sore, saat ia melihat seorang pria muda datang dari arah yang berlawanan dengannya. Suatu dorongan yang kuat muncul di dalam diri Gary untuk berbicara kepada pemuda ini mengenai menjadi seorang Kristen. Awalnya dia ragu-ragu, namun kemudian dia berkata kepada orang yang benar-benar asing baginya itu, “Maafkan saya, tetapi saya percaya Allah menginginkan saya untuk memberi tahu Anda tentang bagaimana menjadi seorang Kristen.” “Saya baru saja mengajukan pertanyaan itu kepada ibu pacar saya,” kata pemuda itu, “tetapi dia tidak tahu.” “Maksudnya, Anda mau menjadi seorang Kristen?” tanya Gary. “Ya, saya mau!” jawabnya. Masih dalam keraguan, Gary bertanya lagi kepadanya dan kemudian menceritakan rencana keselamatan dengannya. Malam itu, seorang pemuda menerima Yesus sebagai Juru Selamat- nya (dikutip dari Santapan Rohani, Minggu, 13 Nopember 2005) Topik untuk Diskusi (2): Petrus mula-mula berprasangka dan ragu-ragu. Gary dalam ilustrasi di atas kurang-lebih sama. Tetapi kedua-duanya dengar-dengaran kepada Roh Kudus. Bagaimana dengan kita? Maukah kita mendengar dan menaatiNya bila Roh berkata: “. . . jangan bimbang, sebab Aku yang menyuruh . . . (10:20).
- - - NR - - -
06 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar