(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar
GALILEA (Ibrani galil, ‘cincin, bulatan’, menjadi ‘daerah’). Nama daerah bagian Palestina Utara, tempat masa kanak-kanak Kristus dan permulaan pekerjaan-Nya. [ .. . ] Inilah wilayah, tempat Kristus bertumbuh dan dibesarkan, di Nazaret, ditengah-tengah bukit-bukit berbatu kapur daerah Galilea Bawah. Karena letaknya sedemikian rupa, daerah ini dilintasi jalan-jalan raya, justru bukan daerah mati. Pertaniannya, perikanannya, perdagang- annya dan latar belakang kebudayaannya dengan baik dikenal oleh Kristus, dimanfaatkan- Nya dalam perumpamaan-perumpamaan dan ajaran-Nya. Murid-murid Kristus yg pertama adalah dari masyarakat daerah ini, dan tempat-tempat pemukimannya yg tersebar dan padat menjadi padang misi pelayanan Kristus [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid 1, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, 1992), hlm. 324].
2. Eksposisi
Apakah Simon dan Andreas terdorong oleh hasrat/gerak hati yang timbul secara mendadak (ayat 20)? Tidak. Diperkirakan bahwa bukan baru kali ini Yesus bertemu dengan mereka, juga mereka dengan Yesus. Beberapa orang di antara mereka adalah murid-murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1:35). Dengan latar belakang ini, maka diperkirakan bahwa paling tidak mereka telah pernah mendengar khotbah dan pengajaranNya. Malah mungkin sudah pernah bercakap-cakap de- ngan Yesus sendiri. Kini saatnya tiba bagi mereka untuk menjadi para murid awal dari Yesus --- “the challenge once and for all to throw their lot with him [Jesus]” [Sumber dan kutipan baha- sa Inggris dari William Barclay, The Daily Study Bible, the Gospel of Matthew, Vol. 1 (Edinburgh: the Saint An- drew, 1977), p. 78]. Informasi: Fresh from his baptism and temptation, Jesus launches his public ministry. Matthew stresses the fact that it continues that of John. John is arrested by Herod, and imprisoned in the terrible dungeons of Machaerus; Jesus imme- diately and boldly replaces him. John preached repentance, and that is pre- cisely the subject of Jesus’ preaching. [ . . . ] The Gentile mission would lie in the future. In the meantime Jesus was preaching the good news of the kingdom to his Jewish hearers, and that message demand- ed a response. The first to make that response were Andrew and Peter, two rough brothers in a fishing firm who were so captivated by Jesus that they left behind their belongings, their jobs and their families in order to become his disciples. Rough and ready they may have been, but they had the courage and decisiveness necessary to make these sacrifices and to follow Jesus, a step that proved too costly for the religious and the educated [kutipan dari Michael Green, The Message of Matthew (Leicester, England: IVP, 2000), pp. 84 and 86]. Apa makna informasi: “Simon yang disebut Petrus” (ayat 18; NIV: “Simon called Peter”)? Maknanya ialah bahwa panggilan “Petrus” itu baru kemudian diberikan kepada Simon (bnd. Mat 16:18). Bagaimana kita memahami tindakan Yesus untuk memilih para nelayan, dan justru bukan orang-orang yang terdidik atau mampu/berada untuk menjadi para muridNya? Seorang nelayan tulen memiliki sifat dan/atau watak sebagai berikut:
[1] Dia seorang yang sabar. Terutama sebagai pengail, ia harus bersabar sampai umpan di pancingnya disambar seekor ikan. Dia harus belajar untuk menanti.
[2] Dia harus ulet. Dia tidak cepat putus asa dan mau mencoba lagi kalau gagal.
[3] Dia harus punya “nyali” (keberanian). Ini terutama diperlukan, ketika angin keras dan topan melanda laut dan/atau danau. Itu berarti dia siap mengambil risiko.
[4] Dia harus jeli melihat adanya kesempatan. Nelayan berpengalaman tahu betul saat-saat ketika ikan dapat ditangkap dalam jumlah banyak. Kalau ia seorang penjala, ia tahu saat dan tempat yang tepat untuk menebar jalanya.
[5] Dia memakai umpan yang cocok dan menarik bagi jenis ikan yang ingin ditangkapnya.
[6] Ada jenis ikan-ikan tertentu yang peka dengan kehadiran seseorang di dekat “habitat” mereka. Seorang nelayan berpengalaman akan hanya muncul pada waktu tertentu di situ untuk menangkap ikan-ikan itu. Selebihnya ia tidak menampakkan diri. Sifat dan/atau watak para nelayan di atas juga diperlukan untuk menjadi “penjala manusia”. “It was the ordinary men whom Jesus chose. . . What Jesus needs is ordinary folk who will give him themselves. He can do anything with people like that” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Barclay, op. cit., pp. 78f.].
3. Excursus
[Dipilih dan Dipanggil Menjadi Murid] . . . kebanyakan isi keempat kitab Injil mengandung kesaksian utama tentang Yesus dan keduabelas orang “biasa” yang dipilih-Nya. Fakta mereka dipilih membedakan mereka dari murid-murid Yahudi yang memilih seorang rabi tertentu karena keahliannya dalam isi dan tafsiran Taurat. Demikian kita baca, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Aku-lah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Yang menarik pula ialah bahwa curriculum vitae mereka mustahil menjadi dasar mengapa mereka dipilih sebagai pengikut-Nya. Siapakah yang membayangkan bahwa di antara sekian banyak orang yang dipilih, justru, umpamanya, empat nelayan, seo- rang pemungut pajak, seorang revolusioner, yang Yesus pilih! Barangkali Yesus menganggap mereka lebih terbuka kepada pengajaran-Nya, karena tidak dibebani oleh prasangka gaya berpikir lama, tidak seperti halnya beberapa orang Farisi yang bertanya kepada Yesus. “Apa- kah itu berarti bahwa kami juga buta?” Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (Yoh 9:40a-41). Sesudah mereka dipilih, dimulailah proses yang memakan waktu yang panjang untuk men- didik mereka ke dalam rahasia Kerajaan Allah (Mat 4:11). Bagi Hunter “Khotbah di Bukit” (Mat 5-7) merupakan silabus untuk kursus itu. . . . Walaupun menarik usaha memusatkan inti peng- ajaran Yesus pada “Khotbah di Bukit”, namun ruang lingkup yang tersedia terlampau terbatas mengingat pengajaran Yesus yang terdapat di dalam keempat Injil begitu kaya, meskipun se- bagian isinya mungkin lebih mencerminkan kebutuhan dan perspektif persekutuan Kristen perdana ketimbang pengajaran asli dari Yesus. Semua sumber pokok ini sama-sama membe- ritakan betapa rajinnya Yesus dalam pelayananan mengajar keduabelas murid dan sekelom- pok murid yang lebih banyak jumlahnya lagi. Dia ingin mengajar mereka tentang jati diri dan tugas-Nya, dan intisari arti pengabdian diri manusia kepada Allah. Sejak awal Dia telah menitikberatkan bahwa Dia tidak hanya memanggil orang-orang un- tuk membuka diri kepada pengertian baru tentang rencana Allah bagi mereka yang sedang hadir dalam Diri Pribadi-Nya, tetapi, di samping itu, mereka terpanggil untuk menerima risiko yang bersangkutan dengan Rencana itu [bnd. Mat 16:24]. . . . Kalau begitu, berbeda dengan harapan pelajar yang lazimnya ingin memperbaiki kedaannya sebagai hasil pembelajaran, pa- ra pengikut Yesus tidak dibina untuk berharap demikian. Justru sebaliknya. Sesudah mengab- dikan diri secara total kepada Yesus, terdapat kemungkinan besar bahwa keadaan lahiriahnya lebih buruk lagi. Tetapi lain sekali keadaan batiniah. Akhirnya mereka akan menerima hadiah “seratus kali lipat” dan “hidup yang kekal” pada zaman yang akan datang (Mrk 10:28-31) [kutip- an dari Robert E. Boehlke, “Jemaat-Jemaat Perjanjian Baru sebagai Paguyuban Belajar-Mengajar” dalam Ioanes Rakhmat (ed.), Mendidik dengan Alkitab dan Nalar (Jakarta: BPK-GM, 1995) hlm. 306f.]. -
- - NR - - -
21 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar