(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar Bacaan kita termasuk dalam penggalan kedua (4:14-9:50) dari Injil Lukas. Dimulai dengan laporan perkunjungan Yesus ke Nazaret (4:16-30), Lukas memaparkan pelayanan Yesus dalam tiga cara: (i) dengan mengutip Yes 61:1-2 Yesus berkhotbah, menyembuhkan dan kemudian memungkinkan adanya pembebasan, misalnya dalam kasus Barabbas (23:25), yang mencerminkan “undeserved freedom through Jesus”; (ii) menyuguhkan bayangan penolakan terhadap Yesus; (iii) memunculkan perhatian Yesus terhadap “the universal mission”, yang memang berawal dari pelayananNya. “The mission to the Gentiles was entailed right from the start by Jesus”, meskipun pada saat itu perhatian dan keprihatinanNya tertuju kepada umat Israel [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari John Stott, Men with a Message (Suffolk, England: ELT, 1996), p. 60]. Informasi: Satu hal lain, yang diistimewakan Lukas ialah perhatian terhadap orang yang menderita, yang miskin, yang “hilang”, yang berdosa . . . Hanya Lukas saja yang membuka bagi kita belas kasihan Yesus terhadap penjahat yang bertobat di kayu salib (Luk 23:40-43). Matius melewati peristiwa ini . . . Patutkah juga pada bagian ini disisipkan minat-istimewa dari Lukas terhadap wanita? Dari Lukas kita mendapat gambaran yang luas dan halus tentang pem- beritaan kelahiran Yesus, tentang perkunjungan Maria ke rumah Elisabet (1:26- 44); nabiah Hanna dimunculkan dari masasilam (2:36-38); sikap Marta dan Maria dilukiskan dengan singkat dan tepat (10:38-42); perempuan-perempuan mengi- ringi Yesus pada perjalanan (!) dan melayani Dia serta murid-muridNya dengan kekayaan mereka (8:1-3); pada perjalananNya yang terakhir, perempuan- perempuanlah yang meratapi Dia (23:27-29) [kutipan dari M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK-GM, 1992), hlm. 64f.].
2. Eksposisi [Sumber utama: William Barclay, The Daily Study Bible, the Gospel of Luke (Edinburgh: the Saint Andrew, 1981)]. Bahwa Lukas adalah seorang tabib, itu nampak di sini. Ungkapan “demam keras” (Barclay, p. 52: “in the grip of a major fever”) merupakan istilah kedokteran, yang menyiratkan bahwa si penderita itu terbaring dalam keadaan sakit. Para tabib Yunani membedakan demam “keras” dan “ringan”. Jelas Lukas memahami ini dengan penje- lasannya tadi: “demam keras”. Melalui peristiwa penyembuhan yang dituturkan Lukas secara ringkas di sini, pa- ling tidak tiga hal yang ingin diungkapkan kepada para pembacanya:
2.1. Yesus selalu siap sedia dan siaga untuk melayani. Yesus baru saja meninggalkan rumah ibadat (sinagoge). Setiap pengkhotbah membutuhkan sekedar istirahat sesudah berkhotbah. Kalau bisa, sesudah berkhotbah, si pengkhotbah rata-rata menghindar dari keramaian orang banyak, termasuk panggilan yang mendadak untuk melayani lagi. Yesus tidak demikian. Ia langsung berkunjung ke rumah Simon. Di situ sedang terbaring oleh demam keras ibu mertua Simon. Baru saja Ia menyembuhkan ibu mertua Simon, maka “ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepadaNya orang-orang sakitnya . . .” (ayat 40).
2.2. Yesus tidak memamerkan mujizat yang dilakukanNya. Mujizat penyembuhan ibu mertua Simon dilakukanNya dalam sebuah pondok dusun (Barclay: “a village cottage”), disaksikan oleh sebuah kelompok kecil keluarga yang sederhana. Ba- nyak orang yang sibuk dan giat di depan umum di luar rumah, tetapi di rumahnya sendiri, dia tidak melakukan sesuatu yang berarti. Di depan orang banyak dia ramah dan baik hati, tetapi dalam lingkungan kecil keluarganya, dia “apa- tis”dan/atau tidak “simpatik”
2.3. Seperti yang dilaporkan dalam bacaan kita, segera sesudah ibu mertua Simon disembuhkan, “perempuan itu segera bangun dan melayani mereka”. Dengan dipulihkannya kesehatannya, ibu tsb. merasa terpanggil untuk melayani orang lain. “She wanted no fussing and no petting; she wanted to get on with cooking and serving her own folk and Jesus. Mothers are always like that” (Barclay). Informasi: Peristiwa penyembuhan ibu mertua Simon dan orang-orang lain juga dilaporkan dalam Mat 8:14-17 dan Mrk 1:29-38. Why rebuke a fever (LAI: menghardik demam itu)? (4:39) This is a figure of speech, not a formula for healing. It is a dramatic way to show that all nature is subject to God’s authority. The fever is personified to demon- strate Jesus’ healing power. Some see this as a type of exorcism, but the view seems unlikely because elsewhere Luke writes about casting out evil spirits in straightforward language [kutipan dari Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p. 1478].
3. Excursus Mujizat-Mujizat dalam Injil . . . [Patut diakui] bahwa bagi banyak pembaca justru cerita-cerita mujizat inilah yang meru- pakan kesukaran utama dakam menerima dokumen-dokumen Perjanjian Baru sebagai yang dapat dipercaya. [ . . . ] Jadi pertanyaan, apakah cerita-cerita mujizat itu benar, tidak dapat dijawab hanya berda- sarkan penelitian sejarah. Penelitian sejarah memang tidak sama sekali dihindari sebab pokok Injil ialah bahwa dalam Kristus kuasa dan anugerah Allah masuk ke dalam sejarah manusia untuk mendatangkan penyelamatan dunia. Tetapi seorang sejarawan, walaupun menyimpul- kan bahwa hal-hal ini mungkin sekali benar-benar terjadi akan tetapi dia cukup jauh dari ja- waban yang diharapkan pemberitaannya dari para pendengar berita itu. Pertanyaan, apakah mujizat-mujizat itu benar, pada akhirnya harus dijawab dengan jawaban iman dari pribadi --- bukan semata-mata kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa itu benar-benar historis, melain- kan kepercayaan kepada Kristus yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan itu. [ . . . ] Kalu kita sungguh-sungguh melanjutkan bertanya apakah bukti yang independen dan ti- dak kristiani bagi mujizat-mujizat dalam Injil, maka kita akan mendapatkan bahwa penulis- penulis kuno yang bukan Kristen yang panjang lebar mengacu kepada Yesus tidak menyang- kal bahwa Ia menampilkan mujizat. Yosefus . . . menyebut Dia seorang pembuat mujizat [ . . . ] Jadi mujizat-mujizat penyembuhan adalah tanda zaman Mesias, sebab bukankah telah tertulis dalam Yesaya 35:5 dst.: “Pada waktu . . . “ Kalau demikian maka mujizat-mujizat penyembuhan itu senada dengan perumpamaan-perumpamaan tentang kelepasan jiwa dari dosa, dan oleh karena itu tempat utama yang diambilnya dalam cerita Injil itu sangatlah tepat [kutipan dari F.F. Bruce, Dokumen-Dokumen Perjanjian Baru, terj. (Jakarta: BPK-GM, 2003), halm. 59ff.].
- - - NR - - -
06 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar