28 Mei 2008

Kis 8:9-13

K I S A H P A R A R A S U L 8 : 9 – 1 3
(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)


1. Filipus
Filipus adalah seorang dari ‘tujuh orang’ yg terpilih menjadi pelayan dari jemaat di Yerusalem (Kis
6:3,5). Dengan adanya penganiayaan terhadap gereja yg disusul oleh matinya Stefanus, Filipus pergi
ke Samaria untuk memberitakan Injil dan di situ penginjilannya mendapat berkat yg lebih banyak (Kis
8:26-38). Sesudah itu ia disuruh ke selatan ke jalan Yerusalem-Gaza, untuk membawa sida-sida
Etiopia kepada Kristus (Kis 8:26-38). Sesudah peristiwa ini, dia ‘dilarikan oleh Roh Tuhan’ ke Azotus,
yaitu kota Asdod di negeri Filistin. Dari sana ia berkeliling melaksanakan tugasnya sampai ia tiba di
pelabuhan Kaisarea (Kis 8:39-40). Agaknya ia menetap di situ (Kis 21:8) [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, Jilid I, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, t.t.), hlm. 310].
Informasi: Tanda-tanda yang dibuat Filipus, adalah khusus mujizat-mujizat penyembuhan, antara
lain pembebasan dari roh-roh jahat. Bahwa Filipus boleh dan dapat mengadakan tanda-
tanda pastilah telah sangat memperbesar kewibawaannya. Tentulah juga terhadap tokoh
seperti Simon, yang agaknya berpengaruh besar juga di seluruh daerah itu. . . . Dalam
tulisan yang panjang lebar tentang peristiwa Simon [8:9-11], tukang sihir itu, menjadi
jelaslah kepada kita bahwa pemberitaan Injil di sini berhadapan dengan rintangan-
rintangan yang lain daripada di Yerusalem dan Yudea [kutipan dari H. v. d. Brink, Tafsiran
Alkitab: Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 128].
The scattering of the Christians led to the most significant step forward in the mission of
the church. One might say that it required persecution to make them fulfill the implicit
command in 1:8. As the Christians moved to new areas they found a ready response to
the gospel, and this is exemplified by the way in which the Samaritan people responded
to it. The preaching of Philip was accompanied by the kind of signs which had been seen
in the ministry of Jesus and the apostles, and there was a powerful response to the call
for baptism. This was all the more remarkable since the people to whom Philip preached
had previously been under the spell of a religious charlatan called Simon [kutipan dari I. Ho-
ward Marshall, The Acts of the Apostles (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1987), p. 152].

2. Simon Tukang Sihir
PB melaporkan Simon di ‘suatu kota Samaria’ (Sebaste? --- Kis 8:9-24) dan di sana ia ‘menakjukkan
rakyat Samaria’. Tak ada acuan dari Lukas bahwa Simon orang Samaria. Sebetulnya dia penjual obat
palsu, tapi dia menyebarkan cerita bahwa dia merupakan pancaran ilahi, sehingga orang berkata,
‘Orang inilah kuasa Allah yg terkenal sebagai Kuasa Besar’. Konsep dan gelar ini jelas bersifat kafir . . . ,
tapi dengan kata ‘Allah’ yg dimaksud oleh orang Samaria pasti ‘Yahweh’, dan Simon tentu menye-
suaikan diri dengan iklim keagamaan yang ada di sekitarnya. Dalam dia digambarkan campuran
(sinkretisme) unsur-unsur ilmu gaib Helenisme dan unsur Yahudi sesat.
Bersama orang banyak yg mendengar khotbah Filipus, Simon mengaku bertobat dan dia dibaptis.
Lukas memakai ungkapan kebiasaannya, yakni ‘percaya’, dan tidak ada alasan untuk meragukan
kesungguhan hati Simon sampai di situ. Tapi, kenyataan selanjutnya menunjukkan, bahwa pegangan
dasar hatinya tetap ilmu gaib [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, terj. (Jakarta: YKBK/ OMF,
1995), hlm. 406].
Informasi: In the New Testament, the gospel exposed two sorcerers, Simon (Acts 8:9-25) and
Elymas (13:6-8). They may have been something like the “itinerant Jewish exorcists,” also
mentioned in the Book of Acts (19:13), who attempted to drive evil spirits out of people in
the name of Jesus (kutipan dari What Does the Bible Say About . . . (Nashville, Tenn.: Tho-
mas Nelson, 2001), pp. 281f.].
The Greek word for magic is mageia (its only NT use occurring in Ac 8:11). The NT identifies
a few people as magicians. Of its six uses in the NT, the Greek term magos is used four
times of the wise men who visited the child Jesus (Mt 2:1,7,16) and twice of Bar-Jesus (Ac
13:6,8). The passage concerning Simon the sorcerer employs two other words, each used
once in the NT --- mageia (Ac 8:11) and mageuo (Ac 8:9). Simon practiced sorcery and
amazed the population of Samaria. He “boasted that he was someone great” (Ac 8:9), and
the whole population seems to have accepted his claims. But Simon was himself amazed
when Philip came to Samaria with the gospel and performed miracles Simon could not begin
to match [kutipan dari New International Encyclopedia of Bible Words (Grand Rapids, Mich.: Zonder-
van, 1991), p. 425].
Suatu perubahan besar-besaran terjadi di tanah Samaria. Suatu hal, yang pasti sudah
membantu keadaan itu, ialah bahwa Simon tidak menentang Filipus, tetapi mengakuinya
sepenuhnya sebagai seorang tokoh yang lebih tinggi. . . .
Dengan kekuatan Allah, pemberitaan Filipus telah memikat hati seluruh rakyat . . . juga
Simon si tukang sihir. Hingga kini [Simon] telah membuat orang-orang lain takjub, tetapi
sekarang ia sendiri dibuat takjub. Dan tertangkap oleh ketakjuban ini Simon juga minta
dibaptis. Tidaklah pada tempatnya untuk mempersalahkan Filipus, bahwa ia terlebih dahulu
kurang menyelidiki keadaan Simon. Pada kita, yang berdiri di belakang sejarah, tentulah
mudah timbul pikiran-pikiran sedemikian itu. Dari baptisan yang dilakukan kepada orang ini,
bagaimanapun juga ternyata, bahwa pada mulanya Filipus menerima kemurnian pertobatan
yang terjadi pada diri Simon. . . . Tak dapat disangkal bahwa dari masa lampaunya banyak
hal yang sekarang masih juga bekerja terus dalam diri Simon. Iblispun tidak akan segera
melepaskan begitu saja mangsanya [kutipan dari v. d. Brink, op. cit., hlm. 130].

3. Kita semua tahu tentang adanya rasa saling membenci di antara orang-orang Yahudi
dan orang-orang Samaria. Dengan latar belakang ini, dan dengan keberhasilan upaya
penginjilan Filipus dan keterbukaan orang-orang Samaria untuk menerima Kristus,
kenyataan ini menyaksikan betapa Kristus adalah untuk dan bagi dunia. Samaria
merupakan loncatan pertama dari pertumbuhan gereja. Dan Filipus merupakan salah
seorang arsitek pertumbuhan dan pengembangan dari gereja perdana.
Informasi: Dengan latar belakang kebencian rasial dan agama yang telah berlangsung selama
berabad-abad, yang telah memisahkan orang Yahudi dari orang Samaria, maka
sungguh mengherankan bahwa orang-orang Kristen yang mula-mula, yang semuanya
orang Yahudi, mau memberitakankan kabar baik itu kepada orang Samaria [kutipan dari
Donald Bridge dan David Phypers, Karunia-Karunia Roh dan Jemaat, Terj. (Bandung: Penerbit
KH, t.t.), hlm 135].
Dua unsur disebutkan dalam pemberitaan Filipus, yaitu Kerajaan Allah dan nama
Yesus Kristus. Kerajaan Allah, itulah pemerintahan Allah sebagai Khalik, Pemelihara dan
Pemerintah langit dan bumi (alam semesta). . . .
. . . Filipus datang dengan pemberitaan tentang nama, artinya: tentang kedatangan
dan pekerjaan Yesus Kristus, yang dengan perantaraan pekerjaan Roh Allah dapat dan
mau membebaskan manusia dari pemberontakannya terhadap Kerajaan Allah dan sekali
lagi mejadikannya warga Kerajaan Allah itu (kutipan dari v. d. Brink, op. cit., hlm. 129)
The Samaritans had a rather distinctive understanding of the Coming One or Mesiah,
because they accepted only the Pentateuch as their Holy Scriptures. In sum, they spoke
of a Taheb who would be a prophet like Moses (or even Moses come back again), fulfilling
the promise of Deut. 18:15 and restoring true worship on Mount Gerizim [kutipan dari Ben
Witherington, The Acts of the Apostles, a Socio-Rhetorical Commnetary (Grand Rapids, Mich.: W. B.
Eerdmans, 1998), p. 282].

4. Refleksi
Orang-orang Samaria telah menyambut berita Injil dan telah dibaptis. Penting
untuk diperhatikan bahwa dengan jelas dinyatakan bahwa Roh Kudus belum turun ke
atas seorang pun di antara mereka (ayat 16). Kalau orang-orang Samaria dapat
menjadi orang-orang Kristen tanpa memiliki Roh Kudus, bukankah orang-orang lain
pun dapat berada dalam keadaan yang sama? Ini merupakan bukti bahwa baptisan Roh
Kudus tidak mutlak harus terjadi setelah pertobatan.
- - - NR - - -

Kis 7: 7-22

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)


1. Pengantar: Stefanus
(Yunani, stefanos, ‘mahkota’). Stefanus ialah satu dari 7 orang yg dipilih oleh para murid segera
sesudah [pencurahan Roh Kudus] untuk mengawasi pembagi-bagian bantuan kepada perempuan
balu di dalam gereja, sehingga para rasul bisa bebas melakukan tugas-tugas kerohanian (Kis 6:1-6).
Ketujuh orang itu mempunyai nama Yunani, yg mengisyaratkan bahwa mereka adalah Yahudi Helenis.
. . . Dikatakan bahwa Stefanus menonjol dari yg lainnya dalam hal iman, kasih, kuasa rohani dan
hikmat (6:5, 8, 10). Ia menggunakan waktu melebihi yg dibutuhkannya untuk melakukan pekerjaan
khusus yang ditugaskan kepadanya, sebab di antara mereka dialah yg paling ‘cakap’ mengerjakan
mujizat dan memberitakan Injil.
Segera ia berselisih dengan sinagoge Yahudi Helenis yg menyeret dia ke hadapan Sanhedrin atau
Mahkamah Agama dengan tuduhan menghujat nama Allah (6:9-14). Stefanus, dengan wajah seperti
wajah malaikat, menjawab tuduhan-tuduhan itu dengan uraian ringkas tentang sejarah Israel dan
serangan terhadap orang Yahudi yg meneruskan tradisi nenek moyang mereka dengan membunuh
Mesias (6:15-7:53). Hal ini membakar amarah mahkamah terhadap dia. Dan sesudah ia menyatakan
melihat Yesus berdiri disebelah kanan Allah (barangkali sebagai pembelanya atau Saksinya dlm
pembelaannya), ia ditangkap dan dirajam sampai mati (7:54-60) [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini, Jilid II (Jakarta: YKBK/OMF, 1995), hlm. 419].
2. Garis Besar [Pidato] Pembelaan Stefanus
Ayat 1 – 8 : Panggilan Allah untuk Abraham.
9 – 19 : Asal-usul bermukimnya orang-orang Israel di Mesir.
20 – 29 : Dimulainya tugas Musa yang penuh tantangan.
30 – 36 : Penyataan Allah kepada Musa, dan pembebasan Israel melalui dia.
37 – 43 : Pelanggaran-pelanggaran Israel di padang gurun.
44 – 50 : Bait Suci menggantikan Kemah Suci/Pertemuan.
51 – 53 : Tuduhan langsung yang ditujukan kepada para penuduhnya.
[Sumber: R.R. Williams, Acts of the Apostles (London: SCM, 1969), p. 71].
Informasi : Kalau diringkaskan, maka pidato Stefanus ini menyiratkan bahwa eksklusifisme yang
coba dipertahankan itu telah disisihkan oleh suatu universalisme baru. Allah tidak
terikat kepada suatu bangunan, atau kepada suatu tempat tertentu.
The importance of Stephen’s speech and death is threefold. Theologically, it paves
the way for the coming mission to the Gentiles. Personally, it leads into the conversion
of Saul, who participated in Stephen’s murder, and who no doubt had heard his speech.
He will become the greatest exponent of Stephens’s gospel! And geographically, as we
have seen, Stephen’s death leads to the expansion of the gospel from Jerusalem into
Judea and Samaria (8:1) [Sumber dan kutipan dari John Stott, Men with a Message (Suffolk,
England: ELT, 1996), p. 63].

3. Eksposisi
3.1. Ayat 8: Apa yang dimaksudkan dengan “perjanjian sunat” [Inggris: “covenant
of circumcision” (NIV)?
Informasi: Kej 17 menunjukkan bahwa sunat pertama-tama mewujudkan tanda rohani; kedua,
mempunyai arti kebangsaan. Bahwa sunat bersifat kebangsaan, yg mencirikan ke-
anggotaan bangsa Israel, tidak bisa disangkal [ . . . ] PL berbicara tentang sunat
sebagai ‘meterai’ (Rm 4:11) atas pemberian kebenaran dari Allah. Karena itu sunat
menjadi tanda dari karya kasih karunia dimana Allah memilih dan menandai orang-
orang milik-Nya.
Perjanjian sunat bekerja atas dasar kesatuan rohani antar anggota rumah tangga
dan kepalanya. Perjanjian itu diadakan ‘antara Aku dan engkau serta keturunanmu
turun-temurun’ (Kej 17:7). . . . Demikianlah asal mula dan caranya sunat menjadi adat
Israel . . . Sunat Israel tegas berbeda dari sunat pada bangsa-bangsa lain yang terkait
dengan ‘berjenjang dewasa’, dan melulu bersifat sosial. Sunat Israel adalah pertanda
kedudukan di hadirat Allah, dan bahwa kasih karunia ilahi mendahului perbuatan ma-
nusia [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, op. cit., hlm. 426f.; kata-kata miring oleh NR].
As a token of the promise which he was making with him, God gave Abraham the
rite of circumcision. He made a covenant [=perjanjian] with him, and the sign of
validitty of the covenant was the act of circumcision (Gn. 17:10). The covenant was
God’s promise that he would be the God of Abraham and his descendants, making
the objects of his special care; on the human side, submission to the rite of circum-
cision was the sign of commitment to God. There is no sign of any opposition by
Stephen to circumcision as such; the rite became a matter of contention only when
uncircumcised Gentiles became members of the church [kutipan dari Howard Marshall,
The Acts of the Apostles (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1987), pp. 136f.].
Dalam ayat 8 Stefanus menyinggung pula suatu peristiwa penting dalam hidup
Abraham, justru juga karena peraturan tentang sunat itu mempunyai arti yang
dalam. Sebab dari peraturan itu kita dapat mengerti maksud Allah dengan seluruh
bangsa Israel di dunia ini. Sebelum Allah menggenapi janjiNya untuk mengarunia-
kan keturunan kepada Abraham, maka Allah menetapkan suatu tanda perjanjian
bagi Abraham dan keturunannya (Kej 17:10 dyb) yaitu tanda sunat, sebagai
bayangan yang kelihatan dari tujuan utama, yang dirancang Allah terhadap Abraham
dan keturunannya dan sebagai suatu peneguhan janji-janjiNya. Di sini pun segala
sesuatu adalah kasih-karunia Allah. Demikianlah gambaran Stefanus mengenai asal
usul bangsa Israel yang adalah semata-mata kasih-karunia dan pemberian Allah.
Berdasarkan janji Allah kepada Abraham mengenai kasih-karunia ini, Abrahampun
memperoleh anaknya, Ishak, lalu menyunatnya sesuai dengan perintah Tuhan.
Sesudah itu disebutkan lagi Yakub dan duabelas patriarkh (pemimpin suku bangsa),
sebagai nenek-moyang bangsa Israel. Demikianlah “Allah yang Mahamulia” telah
bertindak di masa lampau [kutipan dari H. v.d. Brink, Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM,
2001), hlm. 109].
3.2. Pertanyaan untuk Diskusi
Bagaimana memaknai sunat dalam hubungannya dengan baptisan Kristiani?
Informasi: . . . di dalam P.L. juga sudah terdapat peringatan, agar orang jangan hanya memperha-
tikan kepada sunat lahiriah semata-mata, sebab yang perlu adalah sunat hati, artinya:
hatinya harus kudus, bersih daripada dosa. Musa sudah memperingatkan: “Sebab itu
sunatlah hatimu dan janganlah kamu tegar tengkuk (Ul 10:16). Demikian juga Musa su-
dah menjanjikan, bahwa Tuhan Allah akan mengkhatankan [=menyu- nat] hati Israel
dan hati segala anak-buahnya . . . Demikian juga para nabi menganjurkan . . .
Dalam Kol 2:11, 12 rasul Paulus berkata, bahwa di dalam persekutuan Kristus itu
kita sudah disunatkan dengan suatu sunat yang bukannya dengan tangan di dalam
hal menanggalkan tubuh yang berdosa ini, yaitu dengan sunat Kristus, sebab kita
sudah dikuburkan beserta dengan Kristus di dalam baptisan, dan di dalam baptisan
Itulah kita sudah dibangkitkan beserta Kristus oleh sebab percaya akan kuasa Allah
yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Kata-kata ini menunjukkan de-
ngan jelas, bahwa sunat hati yaitu pengampunan dosa yang dilaksanakan dengan pe-
numpahan darah tadi sudah dipenuhi oleh Kristus, yaitu dengan sengsara dan kema-
tianNya, dan dengan dikuburkannya serta dibangkitkannya Dia dari antara orang mati.
Di dalam persekutuan Kristus ini orang beriman sudah dikenakan sunat hati yang demi-
kian itu, yaitu sunat Kristus. Hal ini terjadi di dalam baptisan, sebab di dalam baptisan
itulah kita orang beriman turut dikuburkan dan dibangkitkan beserta Kristus [kutipan dari
H. Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1973), hlm. 337f.].

- - - NR - - -

20 Mei 2008

Kis 5 : 12 – 25

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas) 1. Pengantar
1.1. Berkumpul Sebelum Diutus

Dalam menggambarkan Gereja Purba naskah Perjanjian Baru, khususnya Kisah Para Rasul menyajikan cerita yang urutannya sering diulangi. Pada tahap pertama, komunitas- komunitas lebih memperhatikan kehidupan “di dalam”. Kemudian dengan tiba-tiba cakra- wala segala usaha berubah. Yang muncul ialah pertemuan dan dialog dengan yang “di luar”. Demikianlah alur cerita Lukas dalam bukunya. [ . . . ] . . . Soal “dalam” dan “luar” yang silih berganti berulang-ulang terjadi. Gerakan yang berlangsung dalam Kisah dengan cepat dan tidak sistematis itu, mencerminkan suatu keadaan selama beberapa tahun sebagaimana dinyatakan pula dalam buku-buku Per- janjian Baru yang lain. Sesungguhnya, di antara kebangkitan Kristus (kira-kita tahun 30) dan tahun 45, komu- nitas perdana terutama sibuk dengan struktur dalamnya. Kemudian sejak awal perjalanan Paulus, perhatian utama adalah pertemuan dengan dunia. Komunitas-komunitas berorga- nisasi demi pengabaran Injil, dan para rasul sebagai pemimpin jabatan gerejawi (1 Kor 12 :28; Kis 14:4-14) [kutipan dari C. Kiswara, Gereja Memasyarakat, Belajar dari Kisah Para Rasul (Yogya- karta: Kanisius, 1988), hlm. 33f.]. 1.2. Susunan dan Sinopsis Pada fasal kelima ini kita mempelajari beberapa peristiwa yang penting dalam gereja yang mula-mula itu. Yang pertama, Roh Allah mulai menghukum dosa orang-orang per- caya, supaya gereja itu suci di hadapan Tuhan. Yang kedua, rasul-rasul harus menderita bagi Tuhan Yesus, tetapi masih belum ada yang dibunuh . . . Sesudah peristiwa yang lu- ar biasa [itu], ialah kematian Ananias dan Safira, para rasul itu dipakai Tuhan untuk me- ngadakan banyak mujizat dan tanda-tanda [kutipan dari R. Dixon, Tafsiran Kisah Para Rasul (Ma- lang: Gandum Mas, 1997), hlm. 30 dan 33].

2. Eksposisi
Ayat 13-16: Dua hal menampak: (i) orang-orang tidak berani mengganggu orang-orang Kristen dan, di pihak lain (ii) pesatnya perkembangan jumlah warga jemaat menimbulkan penghargaan bagi orang-orang Kristen. Informasi: Tentulah perkara Ananias dan Safira telah menimbulkan kegemparan besar. Bah- wa jumlah [warga] jemaat bertambah dengan pesatnya oleh tanda-tanda dan muji- zat-mujizat, ini tak usah lagi diherankan. Walaupun demikian senantiasa ditunjuk- kan (dalam ayat 14), bahwa tentang sebagian sebab-sebabnya adalah lebih da- lam letaknya, yaitu kepercayaan dan penyerahan diri kepada Tuhan, yang diberi- takan oleh para rasul dan terutama oleh Petrus. Sampai-sampai juga dari luar Ye- rusalem orang datang membawa orang yang sakit dan orang-orang yang digang- gu roh jahat, supaya mereka dapat memperoleh kesembuhan. Seolah-olah seperti pada permulaan pekerjaan Yesus di Galilea [kutipan dari H. v.d. Brink, Tafsiran Alkitab: Ki- sah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 84].

Diskusi:

Apakah “bayangan” Petrus memang dapat menyembuhkan (ayat 15)? God used many means to heal hurting people. The passing shadow of an apostle was just one. What this verse may suggest is that Peter’s reputation as a man of God empowered to heal was so widespread that people tried to get as close to him as they could. In any case, God works in different ways at different times. When people respond in faith to God’s work, he can respond in various ways to their needs [kutipan dari Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: 2003), p. 1568]. Ayat 17: Para penguasa Yahudi merasa dirugikan. Mereka sangat iri hati, sebab orang banyak mengikuti para rasul. Informasi: . . . pada akhirnya, Imam Besar (Hanas, lih. 4:6) tak dapat menguasai dirinya lebih lama lagi. Seperti ternyata dari 4:1 dan 2, orang-orang Saduki berdri pada pihak- nya, sebab para rasul begitu jelas mengemukakan kebangkitan Yesus Kristus da- lam khotbah-khotbah mereka, padahal orang Saduki mengajarkan tidak mungkin [ada] kebangkitan. Tambahan pula bahwa sebagaimana orang-orang Farisi menguasai bidang pekerjaan dalam soal-soal rumah ibadat, orang-orang Saduki mengurus soal-soal Bait Allah. Tanpa diperiksa lagi para rasul ditangkap dan ditutup dalam penjara resmi. Rupanya mula-mula disangka bahwa ada cukup alasan untuk penangkap- an ini, disebabkan sikap keras kepala di pihak para rasul yang tidak mengindah- kan perintah Mahkamah Agama untuk menutup mulut (4:17) [kutipan dari Brink, op. cit.] Ayat 18: Semua rasul (12 orang) ditangkap, lalu dipenjarakan. Sebelum ini cuma Petrus dan Yohanes yang ditangkap (fasal 4:3). Ayat 19 dan 21a: Mujizat ini pun adalah suatu tanda. Bukan, bahwa para pemberita “seluruh firman hidup” itu akan melakukan pekerjaan tanpa penghambatan dan penderitaan. Sehari se- sudah itu mereka ditangkap pula, malah dicemeti. Tetapi mujizat ini adalah tanda kehendak Allah bagi para rasul dan jemaat, yang harus diteruskan pada jalan yang sudah ditempuh. Di pihak lain, mujizat ini adalah juga tanda bagi Mahkamah Agama Yahudi, sebagai peringatan bahwa mereka sedang menggugat pekerjaan Allah. Kepada mujizat ini terikat suatu perintah Allah yang jelas. Para rasul tidak dilepaskan untuk dapat menyembunyikan diri, tetapi supaya dapat berkhotbah di muka umum [kutipan dari Ibid.].

Informasi:

Deliverance from prison by miraculous means is a prominent theme in Acts (cf. 12:6-11, 16:26ff.). The progress of the gospel cannot be hindered by imprisonment of the missionaries, who are released so that they may, at least, have the opportu- nity of making their defence in open court and so continuing their testimony in a manner which brought a special blessing and inspiration of the Spirit [kutipan dari Peake’s Commentary on the Bible (London: Thomas Nekson, 1972), p. 892]. 3. Rangkuman THE ATTRACTION OF CHRISTIANITY (Acts 5:12-16) Here is a cameo-like picture of what went on in the early Church. (i) It tells us where the Church met. . . . The early Christians were constant in their attendance at the House of God, desiring ever to know God better and to draw upon his strength for life and living. (ii) It tells us how the Church met. The early Christians assembled where everyone could see them. They knew what had happened to the apostles and what might well happen to them; but they were determined to show all men whose they were and where they stood. (iii) It tells us that the early Church was a supremely effective Church. Things happened. The days when the healing ministry of the Church was in the forefront of its work are past, although they may well return. But the Church still exists to make bad men good; and men will always throng to a Church where lives are changed [kutipan dari William Barclay, The Daily Study Bible, the Acts of the Apostles (Edin- burgh: the Saint Andrew, 1989), p. 46].
- - - NR - - -

Kis 3 : 1 – 2 6

(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)

1. Pengantar

Dalam pasal 2:43 kita membaca tentang banyak mujizat dan tanda, yang dilakukan para rasul dalam hari-hari ini, berdasarkan kewenangan dan kekuasaan yang diterima mereka dari Roh Kudus. Dari segala mujizat . . . [yang] diceritakan oleh Lukas kepada kita, [ada] satu kejadian [yang merupakan] . . . permulaan “kisah perbuatan” para rasul. Menurut perintah Tuhan, tidak boleh terdapat pengemis di Israel (Kel 22:25; 23:6). Tetapi hukum sosial ini sudah lama tidak dipertahankan lagi. Hal memberi sedekah dipandang oleh orang Farisi sebagai jasa besar dan dipergunakan untk memperoleh nama harum (Mrk 12:40; Mat 6:1,2). Terutama di sekeliling kompleks Bait Allah terdapat banyak pengemis, sebagaian besar adalah orang bercacat; pagi- pagi dibawa dan malam-malam diangkat untuk mendapat makan dengan jalan demikian. Orang yang sejak lahirnya lumpuh yang berumur 40 tahun itu (Kis 4:22) mempunyai tempatnya yang tetap di pintu gerbang Bait Allah, yang bernama “Gerbang Indah”. Umumnya diterima, bahwa inilah pintu, yang menghubungkan halaman muka orang kafir (pintu halaman umum) dengan bagian yang lebih tinggi, yaitu halaman wanita. Pintu ini, menurut tulisan Flavius Yo- sephus, dihadiahkan oleh seorang Yahudi yang berasal dari Iskandriah, yaitu Nicanor, dan ternama oleh lapisan tembaga Korintus yang dikerjakan sangat indahnya [kuitpan dari H.v.d. Brink, Tafsiran Alkitab, Kisah Para Rasul (Jakarta: BPK-GM, 2001), hlm. 55].

2. Eksposisi
Ayat 1: Bukankah Petrus dan Yohanes adalah Kristen? Mengapa mereka dan orang-orang Kristen lainnya beribadah di gedung ibadah (“Bait Allah”) orang-orang yang ber- agama Yahudi? Lukas, penulis Kis, ingin menunjukkan bahwa para pengikutYesus adalah orang- orang Yahudi yang masih setia dengan kebiasaan lama mereka. Juga dengan itu nya- talah bahwa Yesus telah memenuhi janji-janji Allah bagi Israel --- “showing God’s faithfulness, not his rejection.” Juga dengan itu menjadi jelas bahwa Bait Allah tetap merupakan tempat beribadah bagi orang-orang Kristen perdana. Mereka secara tetap berdoa mengikuti jam-jam berdoa orang-orang Yahudi pada waktu itu [Sumber dan ku- tipan bahasa Inggris dari Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), hlm. 1565; untuk seterusnya sumber ini dipendekkan QSB].

Sinopsis:

Kita dapat mengerti, bahwa orang lumpuh ini sudah tak biasa lagi meminta dan su- dah biasa dengan pulang-baliknya begitu banyak orang, yang tidak menaruh perha- tian kepadanya, atau yang memberi sebuah mata uang kepadanya. Tetapi kini ada dua pengunjung Bait Allah yang melihat dia sebagai sesama manusia, dan ia tidak meminta perhatian mereka, tetapi kedua pengunjung ini [justru] memerintahkan ke- padanya untuk menaruh perhatian kepada mereka. Mungkin akan diperolehnya le- bih daripada sedekah yang dipintanya. Pandangan orang-orang ini tak mendusta. Tetapi . . . apa yang dikatakan mereka? Bukan uang, melainkan . . . Dan di saat itu didengarnya kata-kata . . . penyembuhan! Kemudian disusul dengan perintah un- tuk berdiri dan berjalan. Dalam nama Yesus, orang Nazaret. Bukan rasul-rasul, te- tapi Yesus yang menyembuhkan manusia ini. Dan karena banyaknya percakapan tentang Yesus dari Nazaret ini (terutama di mingu-minggu terakhir) di Yerusalem, mengertilah orang ini bahwa panggilan ini terjadi berdasarkan nabi yang terkenal dari Nazaret itu. Dalam hatinya pasti masih hidup ketidak-percayaan dan kebimbangan, tetapi juga iman. Lalu Petrus yang diyakinkan oleh Roh Kudus bahwa si sakit ini menaruh percaya untuk disembuhkan (Kis 3:15) memegang tangannya dan menarik dia. Serentak itu ia berdiri. Ia mengalami kebenaran perkataan Yesus (Mrk 9:23) [kutipan dari Brink, loc. cit.].

Informasi:

This story illustrates the signs and wonders, parallel to those of Jesus, per- formed in his name by his followers. Like the miracles of Jesus, they are effective signs that the ‘age to come’ has already dawned and is now operative. The story begins abruptly, and although Luke has carefully set it in its present context, he seems to have retained its original form as an independent unit of the oral tradition [kutipan dari Peake’s Commentary on the Bible (London: Thomas & Nelson, 1972), p. 890].
Ayat 6: Mengapa Petrus menyerukan penyembuhan dan bukan dengan berdoa? Di satu pihak Petrus tak mau memerintahkan Tuhan untuk menyembuhkan orang tsb. Namun, di pihak lain, ia menghendaki orang tsb. dapat sembuh. Jadinya ia memberi petunjuk kepadanya bagaimana dia me-respons mujizat Allah. “The man would never have received God’s healing if he had not responded in faith” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari QSB, loc. cit.]. Informasi: “Nama Yesus [Kristus]” mengandung arti dari seluruh kepribadian Yesus dan karya Yesus untuk menyelamatkan kita. Dengan rasa penuh hormat dan percaya, Petrus menyebut nama Yesus [Kristus] supaya kuasa ilahi yang ada pada Yesus dicurahkan pada orang lumpuh itu [kutipan dari R. Dixon, Tafsiran Kisah Para Rasul (Malang: Gandum Mas, 1997), hlm. 19].

Diskusi:

Apakah kuasa penyembuhan yang dimiliki para rasul waktu itu tidak berlaku lagi masa kini? Christians today disagree about this. Generally, we do not see miracles occurring in the way they were performed by the apostles. When they do occur, they seem to be in cutting-edge settings, where the gospel is being proclaimed for the first time or where spiritual darkness rules. Since these miracles appear throughout Acts, it appears that God gave the apostles the ability to perform signs, wonders and miracles (2 Cor. 12:12) to validate their authority [kutipan dari QSB, loc.cit ] Sinopsis: ayat 12-16 --- Allah dan Yesus dipermuliakan; ayat 17-21 --- panggilan betobat; a- yat 22-26 --- nubuat-nubuat Perjanjian Lama menyaksikan hal itu. Ayat 14-15,17: Apakah “ketidaktahuan” (ayat 17; NIV: “ignorance”) dapat terampuni? Kalaupun mereka tahu bahwa Yesus adalah Kristus, kemungkinan besar mereka pun tetap tak berdaya menghalangi penguasa pada waktu itu. Jadi sadar atau tidak sadar, mereka telah terlibat, langsung atau tidak langsung, dalam pembunuhan itu. Dan ka- rena itu mereka perlu bertobat (ay. 19). Dan di sinilah makna Injil itu, “[it] gives us hope of forgiveness. God’s mercy can cover all our sins,” apakah itu dilakukan de- ngan sengaja atau dalam “ketidaktahuan”. Berdasarkan pengalaman pribadinya da- lam memperoleh pengampunan itu, sehubungan dengan penyangkalannya terhadap Yesus, Petrus memang patut menyaksikan pengampunan ini [Sumber dan kutipan baha- sa Inggris dari QSB, loc. cit.]. Ayat 21: Ayat ini mengandung suatu berita yang kaya pemberitaan pada hari Kenaikan. Pa- ra rasul dan jemaat Kristen [perdana], sama seperti kita ini, hidup sesudah kenaikan dan sebelum kedatangan [Kristus] kembali. Berarti benar ucapan, bahwa sorga harus menerima Yesus. Tugasnya mengada- kan penghapusan dosa isi dunia, sudah digenapkan dengan cara yang sempurna. Dan Pemenang, Yesus Kristus ini, kini diperuntukkan bagi jemaatNya, untuk menjadi Kepala dan Tuhannya sampai kepada hari kedatanganNya kembali. Sampai pada hari itu, jemaatNya masih akan hidup di bawah penindasan dan penghambatan, se- perti juga dengan jelas pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga beratnya penindasan ini, penghiburan dan kekuatan kemenangan Yesus Kristus tetap ada. Kepastian penghiburan ini berakar di dalam kenyataan bahwa Yesus sebagai Kristus ada di dalam sorga (lihatlah juga keterang- an Katekismus Heidelberg, Minggu 18 dan 19) [kutipan dari Brink, op. cit., hlm. 66].
- - - NR - - -