(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar
1.1. Kronologi
Kira-kira (kr.) thn. 1406 sM: Umat Israel mulai memasuki Tanah Kanaan. Kr. thn. 1406-1375 sM : Secara bertahap Tanah Kanaan diduduki. Kr. thn. 1390 sM : Yosua meninggal. Kitab Yosua ditulis. Kr. thn 1375 sM : Dimulainya masa pelayanan para hakim. Thn. 1050 sM : Saul diangkat menjadi raja. Thn. 1010 sM : Daud diangkat menjadi raja. Thn. 930 sM : Kerajaan Israel pecah menjadi dua --- utara: Israel; selatan: Yehuda [kutipan dari Quest Study Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p. 298].
1.2. “Why Read this book?” Have you ever wished for a second chance? Perhaps you squandered a rare opportunity. May be you tried something, but your halfhearted attempt failed. Or perhaps you wasted the prime time of you life, a precious gift or a valued friendship. The book of Joshua reminds us that God often offers us a second chance. Though the Israelites failed to enter the promised land the first time, and though they wasted 40 years for the failure, God gave the next generation another chance. Having learned their lesson, the results were different the second time around. The story of their conquest and settlement of the land is inspiring [kutipan dari Ibid.].
2. Susunan, Konteks dan Sinopsis
Fasal 24: Pembaharuan perjanjian di Sikhem (ayat 1-28). Yosua dan Elieser mati dan dikubur- kan. Tulang-tulang Yusuf dikuburkan (29-33) [kutipan dari J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanji- an Lama (Jakarta: BPK-GM, 1996), hlm. 71]. Informasi: Bagian paling akhir Kitab Yosua (bab 24) memang menceritakan bahwa Yosua memperbaharui perjanjian Allah dengan umat. Mungkin aslinya cerita ini menge- nai peristiwa bahwa sejumlah suku yang tetap tinggal di negeri Palestina mengga- bungkan diri dengan mereka yang memasuki negeri. Suku-suku yang mengga- bungkan diri mengambil alih agama dari suku-suku lain. Rupanya perayaan pembaharuan perjanjian dengan Tuhan berulang kali diadakan. Tetapi dalam Kitab Yosua sekarang, cerita itu menegaskan bahwa perebutan negeri Palestina merupakan pelaksanaan perjanjian. Dalam perebutan itu ternyata Tuhan kembali melimpahkan anugerah-Nya atas umat pilihan-Nya. Tetapi umat mesti menang- gapi kasih karunia Tuhan itu dengan kesetiaan dan ketaatan. Dengan demikian terjaminlah bahwa Tanah Suci tetap dapat dan boleh dinimati oleh umat [kutipan dari C. Groenen, Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 141f.].
3. Eksposisi
3.1. Ayat 14: “ . . . takutlah akan Tuhan”. Seruan “janganlah takut” telah disampaikan beberapa kali (8:1; 10:8,25). Tetapi di sini, seruannya ialah “takutlah”. Istilah ini pertama kali muncul dalam Alkitab pada kesempatan Abrahan telah selesai membawa putranya Ishak ke atas bukit Moria. Abraham diperintahkan Tuhan ke situ untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Persis ketika Abraham akan menyembelih putranya itu, malaikat Tuhan meng-interupsi-nya dan berkata: “. . . telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah . . .” (Kej 22:12). Dalam konteks ini “takut akan Allah” adalah patuh kepada kehendakNya, apapun konsekuensi-konsekuensinya. “Takutlah akan Tuhan” hendaklah diwujudnyatakan dalam “beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia” (NIV: “serve him with all faithfulness”). “It is true that God had served Israel, as he had earlier reminded them, but they were also to serve God, and do it faithfully” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Charles Price, Dis- cover ing Joshua (Leicester,England: Crossway Books, IVP, 1997), p. 177f.]. Mengapa mereka diperintahkan untuk menjauhkan allah yang kepadanya nenek moyang mereka telah beribadah? Allah menuntut “mono loyalitas”. Dalam keseluruhannya umat Israel telah berpaut kepada Tuhan (23:8). Tetapi dalam berbagai kasus mereka ternyata tidak “tulus dan jujur” kepada Tuhan. Ini tentunya karena pengaruh bangsa- bangsa tetangga mereka yang menyembah berhala. Kemungkinan lain ialah bahwa mereka beranggapan: siapa tahu, Allah tidak lagi mempedulikan mere- ka, toh, masih ada allah lain yang juga bisa diandalkan [Sumber: Quest . . ., p. 331].
3.2. Ayat 15: Yosua cukup bijaksana menyatakan bahwa ada kemungkinan memilih: atau allah yg kepadanya nenek moyangmu beribadah . . . atau allah orang Amori yg negerinya kamu diami ini. Yg terakhir ini menjadi pencobaan yg terus-mene- rus dalam sejarah kemudian dari Israel. Ada kesempatan memilih. Yosua me- nyatakan pilihannya yg tak dapat diganggu-gugat. Tetapi aku dan seisi rumah- ku, kami akan akan beribadah kepada TUHAN! [kutipan dari Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Kejadian-Ester, terj. (Jakarta: YKBK/OMF, 1998), hlm. 380f.]. Informasi: In every action of life man is confronted with a choice; and he can never evade the choice, because he can never stand still. He must always take one way or the other. Because of that, it has always been one of the supreme functions of the great men of history that they should confront men with that inevitable choice. . . . When Joshua was laying down leadership of the nation at the end of his life, he presented [the Israelites] with the . . . choice: “Choose this day whom you will serve” (Joshua 24:15) [kutipan dari William Barclay, The Daily Study Bible: the Gospel of Matthew, Vol. 1 (Edinburgh: the Saint Andrew, 1977), pp. 277f.].
3.3. Ayat 16-18: Pilihan Umat Umat memilih untuk beribadah kepada Tuhan. Mereka mengakui karya Tuhan yang membebaskan mereka dari Mesir, mengantar mereka memasuki Tanah Kanaan, dan mendudukinya. Yosua mengikat mereka dalam perjanjian yang diperbaharui dalam cara sekhidmat mungkin Informasi: Berbeda dengan perjanjian-perjanjian lain dalam Alkitab, perjanjian Musa [di Sinai] haruslah selalu diperbaharui lagi oleh umat. Setiap generasi wajib ber- janji untuk mematuhi hukum (Taurat) yang diberikan Tuhan kepada mereka melalui Musa di Sinai. Setiap generasi wajib memilih kepada siapa mereka beribadah. Hingga saat ini anak-anak orang Yahudi yang telah berusia 12 tahun diwajibkan untuk memilih kepada siapa mereka akan beribadah (bnd. upacara “sidi”]. When he becomes bar mitzvah, a “son of the commandment”, he accepts responsibility to live in accord with the stipulations lain down in the ancient Mosaic code” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari New International Encyclo- pedia of Bile Words (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1991), p.196].
- - - NR - - -
05 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar