1. Kerygma: Jaman Baru
Berita pokok dari gereja perdana (mula-mula) disebut kerygma, yakni
“maklumat seorang bentara dan merupakan berita utama khotbah para
rasul” (Barclay, 1989:34). Pengumuman pertama dari kerygma ialah:
“jaman yang baru telah terbit melalui kehidupan, kematian dan kebang-
kitan Yesus Kristus”.
Jaman yang baru ini dapat dibuktikan kebenarannya dalam empat
bidang kehidupan:
1.1. Dalam Yesus Kristus sesuatu yang baru terjadi untuk anak-anak kecil.
Di zaman kuno, hidup itu berbahaya untuk anak kecil. Kalau seorang
bayi dilahirkan, ia diletakkan di kaki ayahnya. Kalau ayahnya
membongkok dan mengangkatnya, bayi itu tetap dipelihara. Tetapi jika
ayahnya berpaling dan berjalan pergi, bayi itu dibuang.
1.2. Di dalam Yesus Kristus sesuatu yang baru terjadi untuk kaum perem–
puan. Di mata hukum Yahudi dan Romawi seorang perempuan tidak
lebih dari benda.
1.3. Dalam Yesus Kristus sesuatu yang baru terjadi untuk kaum buruh.
Dalam kepercayaan Kristen-lah manusia beroleh nilainya, yakni
manusia adalah citra Allah, artinya: manusia berharga bagi Allah.
1.4. Di atas segalanya, dalam Yesus Kristus sesuatu terjadi untuk orang
berdosa. “. . . kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah
dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus
dan dalam Roh Allah kita” (1 Kor 6:11).
2. Masa Roh Kudus
Juga masih sejak zaman gereja perdana telah dikembangkan anggapan bahwa
orang-orang percaya berada dalam masa Roh Kudus (Boff, 1981:196ff.). Dalam
suratnya kepada jemaat di Roma, yakni dalam Rm 5-7, Paulus membedakan tiga
tahap sejarah yang menyangkut hubungan Allah dan manusia.
2.1. Situasi kekuasaan dosa “sebelum hukum Taurat ada”. yakni masa antara Adam
dan Musa (Rm 5:13-14).
2.2. Situasi kekuasaan dosa “di bawah hukum Taurat”, yakni sejak Musa hingga
kedatangan Yesus Kristus (Rm 6:14).
2.3. Situasi kehidupan di dalam Kristus “di bawah kasih karunia” (Rm 6:14). Dalam
masa yang terakhir inilah kita kini hidup, di bawah hukum Roh, yang telah
memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut (Rm 8:2). Itu berarti bahwa
dosa berkuasa hingga Kristus tiba. Kini kasih karunia yang berkuasa (Rm 5:21).
Ini adalah situasi dan keadaan baru, yang dijelaskan oleh Paulus demikian: “. . .
sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi
dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan
baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut hukum Taurat”
(Rm 7:6).
Peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah selama ini, demikian pun selanjutnya,
semuanya terhisab dalam masa Roh Kudus.
3. Manusia Baru
Apa yang diutarakan di muka adalah dimaksudkan untuk menyatakan bahwa di
dalam Yesus Kristus pembaharuan telah terjadi. Paulus menulis: “Jadi siapa yang
ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguh-
nya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:17). Di sini pertanyaan perlu diapung-
kan: bagaimana kita harus memahami “manusia baru” itu?
Dalam Ef 5:8 Paulus melukiskan perubahan inti keberadaan kita yang terjadi
ketika kita diselamatkan: “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang
kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak te-
rang.” Ayat ini tidak mengatakan bahwa kita dahulu berada di dalam kegelapan,
tetapi bahwa dahulu “kamu adalah kegelapan”. Dahulu hakikat kita adalah
kegelapan. Menurut Paulus begitulah keberadaan kita secara hakiki, yakni sebagai
orang yang belum percaya. Ayat ini juga tidak mengatakan bahwa sekarang kita
berada di dalam terang, tetapi bahwa kita “adalah terang.” Menurut Paulus, Allah
mengubah hakikat kita dari gelap menjadi terang.
Masalah yang dilukiskan dalam ayat tadi bukanlah soal memperbaiki hakikat
kita. Hakikat kita yang baru itu sudah menjadi kenyataan dalam diri kita yang
sudah diselamatkan. Tegasnya, kita sekarang menjadi manusia baru di dalam
Yesus Kristus. Yang menjadi masalah ialah kita selanjutnya perlu belajar menja-
lani hidup ini selaras dengan hakikat kita yang baru itu. Bagaimana caranya?
Dengan belajar hidup beriman dan hidup menurut pimpinan Roh.
4. Kelahiran Baru, Kehidupan Baru
Kepada Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi, Yesus berkata: “. . .
sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Allah” (Yoh 3:3). Menurut Barclay (1979:125ff.), istilah dan gagasan “lahir kembali”
merupakan benang merah yang mewarnai keseluruhan Perjanjian Baru. Dalam 1 Pet
1:3 Rasul Petrus menulis bahwa kita telah dilahirkan kembali karena rahmat Allah
yang besar. Lalu dalam ayat 22 dan 23, Petrus menjelaskan bahwa kita telah
dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari yang tidak fana. Dalam
Yak 1:18 diungkapkan bahwa atas kehendakNya sendiri Tuhan telah menjadikan
(melahirkan) kita oleh firman kebenaran. Dalam Tit 3:5 dinyatakan bahwa Allah
menyelamatkan kita oleh “pemandian kelahiran kembali”. Gagasan yang sama
diungkapkan melalui istilah kematian yang diikuti dengan kebangkitan atau ciptaan
baru (cf. Rm 6:1-11). Istilah lain yang dipakai ialah “belum dewasa [Inggris “babe”]
dalam Kristus (1Kor 3:1, 2). Dalam 2 Kor 5:17 dan Gal 6:15 dinyatakan sebagai
“ciptaan baru”. Sedangkan dalam Ef 4:22-24 “manusia baru” telah “diciptakan
menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sebenarnya”.
Dalam Ibr 5:12-14, orang Kristen baru disebut sebagai “anak kecil”.
Pendek kata, dalam Perjanjian Baru ada empat gagasan yang terkait erat satu
terhadap yang lain: (i) kelahiran kembali; (ii) kerajaan Allah, yang tidak bisa dima-
suki tanpa kelahiran baru; (iii) menjadi anak/anggota keluarga Allah, dan (iv) kehi-
dupan kekal.
5. Pengembangan dan Peningkatan
Magnis-Suseno (1992:11f.) mengemukakan bahwa manusia mengambil sikap
terhadap tiga dimensi:
5.1. terhadap alam, a.l. pekerjaan;
5.2. terhadap manusia dan masyarakat, a.l. komunikasi dan interaksi;
5.3. terhadap Tuhan, a.l. doa dan/atau ibadah.
Mengenali ketiga dimensi tadi memerlukan beberapa sikap yang tepat. Meng-
arahkan doa kepada alam atau manusia adalah sama dengan menyembah berhala.
Mengadakan komunikasi dengan alam adalah takhayul. Sikap yang tepat terhadap
sesama manusia adalah komunikasi. Lalu model komunikasi yang tepat ialah dialog.
Dalam dialog masing-masing pihak saling menerima dan menanggapi seadanya dan
sewajarnya. Dan sesama itu adalah partner atau mitra.
Bertolak dari pemahaman Alkitab bahwa manusia adalah mahkota ciptaan,
Kirchberger (1987:204ff.) memperinci hakikat manusia dalam hubungannya
dengan ciptaan lain sbb.:
(1) Manusia pembangunan (homo faber). Didalam Alkitab manusia digambarkan
sebagai partner Allah yang boleh juga mengambil bagian di dalam kreativitas
Allah. Kerja dilihat sebagi berkah, di dalamnya manusia bisa merealisir diri
sebagai ”pencipta yang diciptakan”. Melalui upayanya manusia bisa mengubah
dunia, bisa membuatnya lebih manusiawi, sekaligus membawa dunia lebih dekat
kepada Khaliknya.
(2) Manusia Pengasih (homo amans). Bertolak dari kenyataan bahwa manusia
diciptakan untuk dikasihi dan mengasihi (cf. Kej 2:18, 23), kita mesti berusaha
menciptakan suatu suasana sosial, di mana setiap orang bisa berkembang
seturut kemampuannya. Tentu ia perlu berkembang sebagai manusia sosial yang
tahu mencintai, memperhatikan orang lain, supaya ia sendiri memberikan lagi
sumbangannya untuk perkembangan masyarakat. Dengan itu kasih tidak
sekedar merupakan ucapan melalui mulut saja, tapi juga dan sekaligus
merupakan tindakan konkret.
(3) Manusia Pendoa (homo orans). Kalau dalam doa manusia membuka diri terhadap
Allah, ia akan mengalami bahwa Allah tidak asing untuk dia. Malah sebagai citra
Allah, ia merasakan hakikatya yang terdalam. Dan kalau ia membiarkan diri
dibentuk oleh Allah dalam dan melalui doa, maka ia menjadi dan mengungkap-
kan diri sebagai manusia baru.
--- o0o ---
Buku-buku Bacaan dan Rujukan:
Alkitab (1986). Jakarta: LAI.
Anderson, Neil T. (1997). Siapa Anda Sesungguhnya. Terj. Bandung: LLB.
The Common Catechism, a Book of Christian Faith (1975). New York: Seabury.
Barclay, William (1979). The Daily Study Bible. The Gospel of John, Vol. I. Edinburgh: St. Andrews.
_____________ (1989). Mengkomunikasikan Injil. Terj. Jakarta: BPK-GM.
Blanchard, John (1990). Apa Sebenarnya Orang Kristen Itu? Terj. Malang: Gandum Mas.
Boff, Leonardo (1981). Liberating Grace. New York: Orbis.
Kastanja, Pieter J. (2004). “Manusia (Menurut Kesasian Alkitab)”, Materi Pembinaan Warga Jemaat.Malang: MUPEL GPIB, Regio II.
Kirchberger, G. (1987). Pandangan Kristen tentang Dunia dan Manusia. Ende: Nusa Indah.
Magnis-Suseno, Franz (1992). “Membangun Manusia?”. Artikel dalam Majalah Serasi, Proyek
Pembangunan Informasi dan Kependudukan, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta, No. 2092.
Rumpak, Nazarius (1990). Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia. Jakarta: BPK-GM.
Pdt. (Em.) Dr. Nazarius Rumpak
02 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar